POV Aimer
"Ai, bangunlah! Truknya berhenti," bisik seseorang sembari mengguncangkan tubuhku yang terbaring lelap. Aku duduk menyender pada kardus di belakangku. Tanganku mengucek mataku yang terus ingin terpejam."Kau turunkan barang-barang dari truk yang itu!" teriak seseorang dari luar. Suara langkah kaki dapat kudengar. Kak So memasang ancang-ancang dan menatap ke arah pintu truk waspada.
"Bersiap, Ai."
"Untuk apa?"
"Lari," bisik kakakku.
Pria dengan kaus putih dan celana hitam serta topi di kepalanya membuka pintu truk perlahan.
"Sekarang!"
Kakakku berlari menuju ke luar dengan cepat. Kemudian ia menunjukkan lompatan tinggi, bersamaan dengan kakinya menginjak kepala pria itu tepat. Aku berlari mengikuti kakakku. Kusempatkan menoleh ke belakang, tampaklah jejak kaki menghiasi kepala botak pria itu yang tadi tertutupi topi. Sepertinya, pria itu baru saja pingsan.
Aku melongo. Barusan itu lumayan keren.
Kak So dengan gesit bersembunyi saat melihat orang-orang, lalu kembali berlari setelah mereka pergi melewati kami. Tangan Kak So menggenggam pergelangan tanganku erat selama berlari.
Aku tidak tahu kami dimana, tapi gedung ini seperti foto pabrik-pabrik yang ada di buku pelajaran. Kami kehabisan napas setelah cukup lama berlarian. Kakakku menarik tanganku pelan seraya melihat-lihat sekitar.
"Masih belum ketemu ya, pintu keluarnya?" tanyaku dengan napas terputus-putus.
Kak So diam tak menjawab. Ia kembali berjalan. Lalu, di ujung sana, terdapat cahaya bersinar terang. Pintu dua sisi terbuka lebar. Menampakkan jalan raya yang dilewati berbagai kendaraan.
"Itu pintunya!" Aku berseru pelan.
Kak So menarik tanganku lagi, tanda bahwa kami akan berlari lagi.
"Kalian mau ke mana?"
Suara itu menghentikan kami. Aku menoleh. Seseorang berpakaian sama dengan pria botak tadi berdiri menatap kami.
"Dari divisi mana?" Tunggu, lebih baik mengabaikannya saja atau menjawab?
Kurasa mengabaikannya adalah jawaban yang benar, karena sekarang Kak So berlari kencang tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.
"HEI!! ADA PENYUSUP." Teriakannya begitu keras hingga bergema.
Tak lama, sejumlah orang berdatangan dari berbagai sisi mengejar kami. Baiklah. Ini buruk.
"Lari lebih cepat, Ai!"
Perintah kakakku membuatku berlari tanpa menoleh lagi ke belakang. Kulangkahkan kakiku selebar dan secepat mungkin. Berharap supaya orang-orang itu tidak dapat mengejar.
Kami berhasil keluar dari gedung itu. Pusat perbelanjaan yang kebetulan berada di seberang jalan menjadi tujuan kami. Kami berbelok ke kiri mengikuti panah penunjuk toilet. Toilet di Surface cukup aneh. Berbentuk menyerupai kursi dan tanpa gayung untuk menyiram. Di Underground, toilet yang kami gunakan menempel di semen dan digunakan dengan cara berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-SOUL
FantasyAimer dan Soula adalah dua kakak-beradik terlahir dari salah satu pasangan di Underground. Suatu keajaiban, puluhan batu azur melesat di langit bagaikan bintang jatuh saat Festival Akhir Tahun. Sembilan diantaranya diambil Soula, satu lagi tak senga...