Annyeong, Yeoreum! 2

196 27 4
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca chapter ini....

*****

Minggu pagi telah datang dengan membawa angin dingin dari utara. Dong Winwin baru saja terjaga karena bunyi alarm di ponselnya. Tangannya meraba—menuju ke—sumber suara nyaring itu. Suara nyaring itu adalah suara kuntilanak yang ia jadikan dering alarm. Kelopak matanya secara perlahan terbuka, melahirkan bola mata Dong Winwin yang berwarna cokelat tua.

Dong Winwin tengkurap dengan hanya kepalanya yang tidak berbalut selimut. Matanya berputar-putar layaknya jarum kompas, menerawang kosong sekeliling, kemudian dengan susah payah meraih ponselnya. Dia hanya melihat angka di layar ponselnya, lalu melemparkannya ke sembarang tempat. Winwin kemudian beranjak ke tepi kasur, membiarkan kedua kakinya menjuntai ke lantai. Karena masih tertawan rasa kantuk, kepalanya tertunduk dengan kelopak mata yang tertangkup. Dia tersadar kembali setelah hawa dingin menerobos sweater tebalnya.

Salju turun di minggu pagi. Walau Winwin tidak dapat melihatnya dari dalam kamar, intuisinya dapat menebak dengan jelas. Perlahan, gravitasi di kasurnya memudar, Winwin menarik nafas panjang, kemudian bangkit.

Dong Winwin berjalan menuju dapur setelah mendengar bunyi ceret air masak. Saat sampai, dia berpapasan dengan Nenek Dong.

"Aku pikir Nenek lupa."

"Kamu pikir Nenek sudah tua?"

Winwin, "...."

"Salju turun dari tadi malam, sepertinya jalanan belum bisa dilalui kendaraan. Kamu ke Condonya agak siangan saja, tunggu petugas bersihkan salju dulu."

"Tidak bisa, Nek. Kereta berangkat pukul tujuh. Kalau aku telat, aku akan ketinggalan kereta, dan harus nunggu lagi sampai jam satu siang."

Dong Winwin meraih sebuah cangkir, kemudian menuang air tawar hangat.

"Kalau begitu, mintalah Kakekmu antar."

"Tidak perlu, Nek. Winwin akan jalan kaki saja, lalu naik taksi."

"Kamu ini, kapan kamu akan dengerin kata-kata Nenek?"

"Nek, Winwin tidak apa-apa, Nenek sama Kakek di rumah saja, jagain Xiao Zhong. Lagipula, mumpung Kakek cuti hari ini, biarkan dia istirahat."

Nenek Dong menekuk bibirnya ke dalam seraya menarik nafas panjang. "Kamu sudah mengemas barang-barangmu?"

"Sudah, Nek."

"Kalau begitu, segeralah bersiap-siap. Cuci mukamu, lalu sarapan bareng-bareng."

"Baiklah."

Tepat pukul 6 pagi, Dong Winwin berpamitan dengan keluarganya. Dia hanya membawa tas ransel sedang dengan isi tak begitu banyak. Pakaian yang ia pakai saat pulang ke rumah, ia kenakan kembali sekarang. Dari rumahnya, dia berjalan santai menuju jalan raya.

Ada peningkatan kualitas pelayanan publik dari pemerintah kota. Biasanya, petugas pembersih salju akan mulai bekerja saat pukul tujuh ke atas, namun hari ini, beberapa mobil pembersih sudah tersebar di titik-titik pembersihan.

Dong Winwin berjalan dengan kedua telapak tangan bersembunyi di kantong jaket. Sebuah mobil taksi menghampirinya ketika ia baru saja sampai di pinggir jalan raya. Dong Winwin segera masuk, lalu bertitah, "tolong antarkan saya ke stasiun." Dia tidak perlu menyebutkan nama stasiun yang hanya berjarak empat mil dari tempatnya sekarang.

Setelah sampai di stasiun, kerumunan orang terlihat di antrean loket. Masih pagi saja sudah banyak orang yang datang. Dong Winwin tidak bisa membayangkan kalau dia berangkat lebih siang. Segera dia berhambur menuju salah satu loket.

Annyeong, Yeoreum! [bxb] [JaehyunxWinwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang