Annyeong, Yeoreum! 9

133 19 7
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca chapter ini....

*****

Semenjak bersekolah di NAPA, Jaehyun kini sudah terbiasa bangun pagi. Tidak terkecuali hari ini, walaupun dia lupa menyetting alarm di hapenya, nyatanya ia tetap bisa bangun awal. Hanya saja, dia sedikit terkejut sekaligus takut tatkala mendengar lengkingan suara menyeramkan yang melaung di dalam kamarnya.

Jantung Jaehyun hampir lepas saat mendengar bunyi yang keras itu. Setelah diselidiki, ternyata suara itu bersumber dari benda yang tergeletak di meja kecil samping ranjangnya. Dengan mata terbelalak namun masih setengah sadar, Jaehyun meraih benda itu.

"Aish, kenapa dia menyetel suara kuntilanak sebagai dering alarm?!" Jaehyun menatap angka 05:00 di layar hape Winwin seraya mematikan alarm.

Salju kembali turun pagi ini, dengan rasa malas Jaehyun menapakkan kakinya di lantai condo yang dingin. Kendati ia sempat mematikan alarm Winwin, nyatanya ia belum sadar bahwa ia sedang berada di kamar orang lain. Makanya saat ia melihat sekeliling, ia merasa asing dengan tempat ini.

"Di mana aku sekarang?" pikir Jaehyun. Ia baru tersadar begitu merasakan jemari tangan kanannya yang terasa sakit akibat pelintiran Winwin tadi malam. "Ah, aku di kamarnya ternyata. Sialan, tanganku masih sakit sekali."

Hampir sepuluh menit lamanya Jaehyun termenung di tepi ranjang. Sedari tadi kepalanya tertunduk, kelopak matanya masih tertawan rasa kantuk. Gravitasi di ranjang yang begitu kuat sekali menarik tubuhnya untuk kembali limbung. Namun Jaehyun berusaha menguatkan diri dan segera bangkit menuju kamar mandi.

Sementara itu, di ruangan lain, seorang pemuda tampan yang sempat terbakar api emosi semalam, masih terbujur kaku di atas sofa panjang. Kedua tangannya bersedekap dalam balutan selimut tebal. Entah karena alasan apa, pemuda itu bangun lebih lambat dari biasanya. Di hari-hari sebelumnya, pada pukul sekarang, ia sudah berseragam lengkap dan tengah menyiapkan makan pagi untuk anjing peliharaannya.

Dalam balutan jas handuk yang membalut tubuhnya, Jaehyun keluar dari kamar mandi. Dia membutuhkan waktu hampir setengah jam untuk mandi. Sesaat sebelum meraih gagang pintu kamarnya, ia teringat sosok yang bersamanya semalam. Ia belum sempat melihatnya dari tadi.

"Aish, anak ini, sudah jam segini belum bangun juga."

Jaehyun mengamati sejenak tubuh Winwin yang berbalut selimut itu. Pandangannya berakhir pada wajah Winwin yang tampak damai saat tertidur. Seketika rasa bersalah memenuhi hatinya. Seharusnya dia tidak mengatakan hal itu tadi malam, karena mungkin itu bisa menyinggung perasaan Winwin.

Namun, rasa bersalah itu hanya berlangsung sebentar saja, karena saat ia teringat dengan rasa sakit di jemari tangannya, niat jahil tiba-tiba muncul di benaknya. Jaehyun tersenyum licik, lalu menggosok-gosok rambutnya yang basah tepat di atas wajah Winwin.

Winwin saat ini tengah bermimpi sedang melakukan syuting di gurun Gobi, makanya dia terkejut saat hujan tiba-tiba turun dan memercik wajahnya. Setelah itu, ia merasakan tubuhnya bergoyang dengan sendirinya seperti tengah terjadi gempa. Winwin semakin merasa aneh dengan kondisinya sekarang, kru-kru yang tadi bersamanya pun hilang entah ke mana.

"Kamu tidak mau bangun? Sudah hampir pukul enam!"

Dengan masih terpejam, Winwin menjerit, "argh!! Su ..., suara siapa itu?!"

Jaehyun tertawa keras saat melihat Winwin mengigau akibat ulahnya. Dia kembali menggoyang-goyangkan tubuh Winwin seraya berkata, "aku ..., aku adalah dewa hujan. Kamu harus meminta maaf kepadaku, kalau tidak, kamu akan kusambar dengan pedang halilintarku, ha ha ha!!!"

Sembari tertawa, Jaehyun memercikkan kembali sisa air di rambutnya ke wajah Winwin. Beberapa saat kemudian, Winwin menjerit keras sambil membelalakkan matanya. Hal itu membuat Jaehyun terkejut, hingga ia terjungkal ke belakang.

Annyeong, Yeoreum! [bxb] [JaehyunxWinwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang