Jangan lupa vote sebelum membaca chapter ini....
*****
*Jaehyun Pov*
Setelah housemateku pergi, aku pun mulai menyantap makan malamku. Aku hanya makan setengah piring nasi merah dan beberapa sayur plus ubi jalar. Dari kecil aku sudah terbiasa makan makanan sehat. Selain karena orang tuaku yang mengajarkannya, kondisi kesehatanku jugalah yang mengharuskanku menjaga pola makan.
Aku mengidap hemofilia, entah dari usia berapa. Yang jelas, sejak kecil aku sudah terbiasa dengan yang namanya obat-obatan dokter dan aneka macam jarum suntik. Eommaku bilang aku sudah terkena hemofilia sejak lahir, yang kupikir karena turunan gen orang tuaku. Namun ternyata, tidak ada dari mereka yang mengidap penyakit ini. Jadi aku bingung dari mana aku mendapatkannya.
Appaku seorang jenderal angkatan udara. Pangkatnya yang tinggi membuat namanya begitu disegani. Namun, aku tak pernah merasa bangga atas statusku sebagai anak jenderal. Karena sejujurnya, hubunganku dengannya tak begitu akrab.
Bisa dibilang, dia tidak begitu peduli tentangku. Maksudku, dengan statusnya sebagai petinggi di angkatan bersenjata negara, sudah pasti dia menaruh harapan besar kepadaku sebagai putra sulungnya untuk meneruskan karirnya di dunia militer. Namun, anak penyakitan sepertiku tidak mungkin bisa lolos tes masuk militer. Bahkan jika Appaku menggunakan kekuasaannya untuk meloloskanku, tubuhku tidak akan mampu beradaptasi di sana.
Harapan satu-satunya Appa untuk meneruskan estafet kekuasaannya adalah dongsaengku, Jung Sungchan. Beda denganku, Jung Sungchan adalah remaja lelaki yang tangguh dan sehat. Dia dua tahun lebih muda dariku. Kondisi fisiknya sangat prima, tubuhnya tinggi, dan tentu saja tidak penyakitan. Sudah sejak kecil Appa secara khusus memperlakukan Sungchan lebih dariku. Mulai dari sekolahnya, gizinya, olahraganya, hingga semua keperluannya. Itu semua dilakukan semata-mata karena harapan yang begitu besar yang Appaku taruh kepadanya.
Jika Appaku mendengar Jung Sungchan bersin saja, maka Appa akan langsung menelpon dokter keluarga. Pernah saat Appaku sedang bertugas di Timur Tengah, lalu mendapat kabar bahwa kaki Sungchan terkilir akibat jatuh saat bermain sepak bola, Appa langsung bertolak ke rumah dan membawa Sungchan ke rumah sakit militer di Beijing.
Perlakuannya terhadapnya memang lebih spesial dariku, namun aku sama sekali tidak cemburu akan hal itu. Selama Appa tidak pernah absen mentrasfer uang bulananku, maka aku tidak peduli dia peduli denganku atau tidak. Yang penting aku bisa menjalani apa yang aku suka, membeli apa yang kumau, dan mendapatkan apa yang kuimpikan, dengan uangnya tentu saja.
"Halo, ada apa, Eomma?" Eomma menelponku saat aku baru selesai makan.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah, baru saja."
"Baiklah, jangan lupa minum obatmu."
"Baik, Eomma."
"Jaehyun-ah, kamu sudah ...," kalimat Eomma terpotong karena aku menutup telepon. Sebenarnya aku jengah dengannya, setiap malam Eomma akan menelponku dan menanyakan hal yang sama terus menerus.
Hidup jauh dari orang tua sekarang adalah yang pertama kalinya aku lakukan. Biasanya, setelah makan, aku akan langsung pergi begitu saja. Namun kali ini, aku harus membawa piring dan gelas kotorku lalu mencucinya. Pada awalnya, aku agak kagok dengan kebiasaan ini, karena memang aku tak pernah melakukannya. Namun, setelah dua minggu lebih tinggal di asrama, aku mulai terbiasa.
Sebenarnya, Appa sudah menyiapkan sebuah apartemen mewah dekat stasiun NAPA untuk aku tinggali selama bersekolah di sini, namun aku menolaknya. Aku tidak ingin terus-terusan bergantung padanya, ditambah aku juga belum berani tinggal sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annyeong, Yeoreum! [bxb] [JaehyunxWinwin]
FanfictionUPLOAD ULANG DAN RE-MASTERED😍😍 Dong Winwin (18 tahun) adalah seorang siswa dari School of Performing Arts of North Atlanta, atau biasa disebut dengan North Atlanta Performing Arts (NAPA), jurusan Teater dan Film. Tahun ini, Dong Winwin memasuki se...