Ketos Galak : 4 | Kak Aru

85.7K 9.7K 1.7K
                                    

Ketos Galak | [Kak Aru]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketos Galak | [Kak Aru]

Kenapa Aru nggak diperkenalkan di awal?
Karena Aru bukan anak Adiwangsa, bukan berarti Aru bukan pemeran penting. :P

Siap ketemu Aru versi remaja? XD

Mohon dibantu tandain typo ya.
***

Aku masih berada di Absis pada pukul tujuh malam. Baru saja berhasil menyelesaikan tiga puluh soal Matematika, menumpuk lembar jawaban dan soal di atas meja setelah membereskan alat tulis. Bab Limit selesai dibahas di pertemuan kali ini dan aku berhasil menyelesaikan sampai akhir soal-soal yang diberikan tanpa hambatan.

Namun, aku tidak boleh terlalu bangga pada hal itu, karena tadi siang Kaezar lebih dulu bisa mengerjakan soal dengan mudah, bahkan sebelum mengikuti kelas bimbingan belajar hari ini karena dia berada di kelas platinum yang memiliki jadwal lebih padat dan soal lebih berat.

Di Absis, setiap angkatan akan di bagi ke dalam tiga kelas menurut kemampuan yang dimiliki yaitu; silver, gold, dan platinum. Dan aku berada di kelas silver, yang mana ketika merasa bangga menyelesaikan soal tersulit, Kaezar akan tertawa.

Aku keluar kelas seraya membawa dua lembar kertas di tanganku, tutor Absis biasanya lebih dulu keluar dari kelas dan membiarkan kami mengerjakan soal yang diberikan untuk dikumpulkan di meja administrasi yang terletak di lobi.

Aku baru saja berbalik dari meja lobi seraya mengotak-atik layar ponsel, memberi kabar pada Papi bahwa aku tengah menunggunya. Namun, suara tepukan sepatu di belakangku, yang seolah-olah sangat kukenali itu, membuatku menoleh.

Aku melihat Kaezar melangkah keluar dari ruang kelas dan memasuki lobi dengan raut wajah yang ... tidak bisa kujelaskan, tapi setelah melihat siapa yang membuntutinya di belakang, aku langsung memgerti.

"Kae!" Favian melangkah terburu, berusaha menyejajari langkah Kaezar yang sepertinya tidak ada niat menunggu. "Ya udah lah, lupain omongan gue," lanjutnya. Keberadaan cowok itu membuatku mengernyit, karena seingatku, Favian bukan siswa Absis. Dia baru menjadi siswa Absis hari ini atau bagaimana?

Kaezar berhenti melangkah, berbalik dan tatapannya mampu membungkam Favian yang berniat kembali bicara.

Aku mengalihkan tatapan pada hal lain, seperti langit-langit atau telepon di atas meja administrasi, tidak mau terlihat tertarik pada drama dua orang yang seumur hidupku di sekolah tidak pernah akur itu. Mereka mungkin termakan oleh warisan turun-temurun permusuhan OSIS dan MPK.

Kaezar melanjutkan langkah, tidak menatapku sama sekali, melewatiku begitu saja. Tidak masalah, aku sudah sering diacuhkan seperti itu olehnya.

Sementara Favian yang kembali mengejarnya, sempat menyapaku dengan santai. "Hai, Je! Lo di sini juga? Duluan, ya!"

Ketos GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang