Part 14

69 27 2
                                    

~💔~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~💔~

Mungkin bisa dibilang hal kesukaannya adalah berdiri di balkon apartemennya dengan menatap langit malam. Apalagi yang lebih menenangkan untuknya. Untuk kesekian kalinya sekarang Sohyun berdiri di balkon dengan menatap langit. Tidak, sekarang dia sudah kembali ke Seoul. Sejak beberapa hari yang lalu dia sudah aada di sini. Tepatnya mungkin sehari yang lalu. Sekarang sudah memasuki hari-hari tahun bahun. Hanya menunggu beberapa hari lagi. Hanya tunggu sehari lagi.

Mengingat hari kemarin seketika senyumnya mengembang. Dia teringat saat ia pergi bersama kekasihnya. Hari terindah yang ia punya. Mungkin hanya sederhana. Berjalan kaki di sepanjang trotoar dengan gedung ikonik di Malaysia yang berdiri megah di tengah kota, gedung kembar.

Flashback on,

"Bukankah ini hari tertenang yang pernah kita punya?" ujar Sohyun sembari menatap ke sekitar.

Tangannya setia menggenggam erat tangan Doyoung. Kali ini mereka menjadi pasangan umum seperti yang lain. Tanpa perlu memikirkan paparazi atau apa. Gelapnya langit sudah cukup menutupi wajah mereka.

"Oppa aku ingin menceritakan sesuatu."

"Apa?"

"Soal keluargaku." 

Doyoung menengok ke Sohyun. "Kau yakin menceritakan ini padaku?"

"Tentu."

"Baiklah, aku dengarkan. Jika nanti ada sesuatu yang berat untukmu ceritakan, kau tidak perlu melanjutkan. Aku tidak mau kau bersedih."

Sohyun mengangguk. Rasanya senang mendengar pengakuan Doyoung. Lagi-lagi dirinya dibuat jatuh cinta akan pemikiran dari kekasihnya itu.

"Sejak kecil aku tidak pernah menghabiskan waktu dengan eomma-ku. Setiap aku mencari, eomma selalu tidak ada. Sibuk bekerja,lah. Pergi dengan teman atau lainnya,"

"Appa-ku, satu-satunya orang yang selalu bersamaku. Aku selalu berharap kedua orang tuaku ada di sampinhku. Tapi saat harapan itu terwujud mereka bertengkar. Aku lelah dengan pertengkaran mereka,"

"Entah mengapa aku menjadi benci pada ibuku. Kau tahu bagaimana rasa sakitnya bukan? Saat seharusnya dia adalah orang pertama yang ada di sisiku justru tidak ada." 

"sayang appa-ku tidak di sini. Aku bahkan belum pernah menemuinya. Terakhir saat aku masih kecil,"

"Oppa, menurutmu sebenarnya siapa yang harus aku benci? Aku ingin membenci appa-ku tapi tidak bisa. Aku menyayanginya. Sangat menyayanginya."

Tubuh Sohyun bergetar. Telapak tangan yang semula hanya bahkan ikut mendingin. Doyoung melepaskan genggamannya. Beralih merangkul bahu Sohyun. Mengusapnya pelan. "Jangan, jangan mengotori hatimu dengan membenci orang tuamu,"

BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang