Part 1

368 71 4
                                    

KAKI jenjangnya berjalan menuju sebuah meja di tengah ruangan itu. Orang yang di sana sudah menunggunya. Orang yang spesial untuknya. Bisa terlihat jika gadis itu sudah menahan senyuman. Katakan pada Sohyun jika ia terlihat menggemaskan. Beberapa langkah lagi dia akan sampai tapi terhentikan karena ada yang memanggilnya. "Doyoung!"

Langkahnya langsung berbelok ke arah lain dan barulah ia berbalik. Itu manajernya, Lee Taeyong. Lelaki itu berlari pelan ke arahnya."Kenapa?"

Taeyong mengatur nafasnya sebentar. "Jangan lupa nanti kau ada pemotretan, dua puluh menit lagi," ujar sang manager. Ia lupa memberitahukan tadi.

Doyoung mengangguk. "Iya, aku makan dulu."

"Bukankah katamu sebelum datang kemari kau sudah makan?" Mata Taeyong menelisik ke arahnya.

Gawat dirinya lupa. Namun berhasil ia tutupi, tak boleh kentara diwajahnya. Jangan lupakan jika ia seorang aktor. "Entahlah aku merasa lapar lagi." Ia mengelus perutnya sendiri.

Pikiran-pikiran mulai memenuhi otak Taeyong. Ia memegang dagunya. "Apa kau memakan obat penambah nafsu makan?" tanya Taeyong ngawur. "Ah- apa kau ingin perutmu menjadi agi bae? (perut bayi)" Sekali lagi Taeyong menanyakan hal ngawur yang membuat Doyoung ingin segera menjitak kepala lelaki yang setahun lebih tua darinya itu.

Doyoung menatap malas ke Taeyong. Dia sendiri juga bingung mengapa bisa dapat manager seperti Taeyong. "Sudah cukup dengan pertanyaan diluar nalarmu itu. Tutup mulutmu dan kembalilah sebelum aku dengan suka rela melepaskan sepatuku dan melemparkan padamu."

Tangan Taeyong bergerak menepuk bahu Doyoung. "Calm done. Amarahmu selalu memuncak."

Doyoung memutar matanya malas. Jika ia bisa ia akan menendang Taeyong sampai ke planet lain sekarang juga. Dia pikir yang membuatnya marah siapa? "Oke-oke. Apa kau tak ada pekerjaan lain?"

Taeyong menggeleng tapi langsung berhenti. Dahinya berkerut. Gawat dirinya melupakan sesuatu. "Ya Kim Doyoung!! kau benar, aku ada pekerjaan lain. Kenapa kau tak bilang sejak tadi?"

Doyoung menepuk dahinya. "Berhenti--"

Taeyong memotong perkataan Doyoung. "Sudah-sudah aku harus pergi." Tanpa sepatah kata lagi Taeyong segera berlari keluar kantin gedung ini.

Sedangkan Doyoung sudah membuang nafas lega. Setidaknya ia bisa pergi ke arah tujuannya yang sebenarnya. Baru berbalik ia sudah terkejut. Sohyun sudah tidak ada di tempat itu. Doyoung menggeram. Lee Taeyong, ini karena kau!

Doyoung mengeluarkan ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan. Ia tak merasakan jika ponselnya bergetar. Maaf aku harus pergi. Aku ada pemotretan, bukankah kau juga? Sayang pemotretan kita berbeda. Jangan lupa mengisi perutmu.

Doyoung mengetikkan balasannya. Kau juga. Apa sore nanti kau ada jadwal? Doyoung mengirimkannya dan menyimpan ponselnya lagi. Hampir setiap pesan Sohyun selalu mengatakan untuk tidak terlambat makan sampai dia merasa akhir-akhir ini dia terlalu banyak makan. Entah bisikan dari mana ia terus menuruti perkataan Sohyun. Sepertinya dia harus mengurangi berat badannya, ia tak ingin manager lee-nya itu mengejek terus-terusan.

Ponselnya bergetar lagi. Kali ini bukan pesan dari Sohyun tapi orang lain. Aku akan menemuimu nanti.

Tidak. Sore ini aku yang akan menemuimu. Aku tidak ada jadwal.

~💔~

Sohyun memijat pangkal hidungnya. Ia menyandarkan badannya di kepala jok yang ia duduki dan memejamkan matanya. Terasa melelahkan untuk hari ini. Sang manager yang sejak tadi memperhatikan dari spion dihadapannya memandang Sohyun sendu. "Setidaknya dramamu kemarin memiliki rating tinggi dan membayar rasa lelahmu." Sohyun menganggukinya.

"Ah ya. Aku merasa setelah drama kalian kemarin kau semakin dekat dengan Doyoung."

Sohyun segera membuka matanya, menatap langit-langit mobil yang masih bergerak itu. "Tidak, biasa saja."

Manager Kim itu menghela nafasnya. "Mulai banyak gosip yang beterbangan. Setidaknya jangan terlalu dekat untuk beberapa hari nanti selain kebutuhan syuting."

Sohyun membalas. "Memperdulikan gosip itu hanya akan membunuhmu perlahan."

"Sohyun aku mengingatkan mu. Ini berhubungan dengan karirmu. Ingat satu peraturan perusahaan, tidak ada cinta jika masih satu agensi. Kau dan Doy-"

Sohyun segera memotong. Ia tahu managernya itu begitu baik dan memperhatikannya tapi jika untuk yang ini, dia ingin mengurusnya sendiri. "Lagi pula aku tak ada hubungan spesial dengannya hanya sebatas teman."

"Teman?"

"Sudahlah aku lelah Kim Taehyung."

Jika sudah begini Taehyung hanya bisa mengalah. Jika Sohyun memanggil nama lengkapnya, tandanya gadis itu serius bahkan sangat serius. "Ya sudah, istirahatlah."

Sohyun membuang muka, ia menatap jalanan yang seolah bergerak dari arah pandangnya. Tatapannya menyendu, mengasihani diri sendiri. Jika terus dipikirkan ia juga tak tahu mau dibawa ke mana hubungan mereka. Apakah diantara mereka harus melakukan pengorbanan dengan melepaskan karir mereka?

Merenung sebentar ia baru ingat jika ia belum memeriksa ponselnya sejak berangkat lagi. Ia mengambil ponselnya menekan tombol di sisi kanan untuk menyalakan ponselnya. 17:00 waktu yang ditunjukkan ponselnya, tak terasa hari ini akan berakhir. Salahkan dirinya yang tak begitu memperhatikan jika ada balasan dari Doyoung.

Kau juga. Apa sore nanti kau ada jadwal?

Maaf, sepertinya sore ini aku tidak bisa menemuimu. Manager-ku si Lee Taeyong itu mengajakku pergi. Maaf sekali lagi.

Sohyun tersenyum melihat emoticon yang disertakan Doyoung diakhir kalimatnya. Emoticon dengan mata yang berbinar, seperti anak kecil yang sudah siap menumpahkan tangisnya. Tak bisa membayangkan jika Doyoung yang memberikan tatapan itu padanya. Tak tahu akan semenggemaskan apa.

Ia mengetikkan jawaban. Tak apa. Aku juga baru pulang. Bukankah menyenangkan pergi dengan kak Taeyong hahaha... Mungkin besok bisa. Besok akhir pekan apa kau ada jadwal ?

Beberapa menit kemudian ada jawaban dari Doyoung. Mungkin lelaki itu sedang memegang ponselnya. Ya, tak ada. Aku akan menemuimu besok. Aku merindukanmu.

Pipi Sohyun bersemu. Apa-apaan lelaki itu, padahal baru pagi tadi mereka bertemu di kantin. Dia membalasnya. Baiklah. Istirahatlah yang cukup.

Untuk beberapa saat Sohyun terus memandangi ponselnya menunggu jawaban dari Doyoung. Tapi bermenit-menit berlalu tak kunjung ada balasan. Apa dia sudah tak memainkan ponselnya? Huh, baiklah. Lebih baik ia menyimpan ponselnya juga. "Antarkan aku ke apartemenku saja." Dari kursi pengemudi Taehyung mengangguk.

~💔~

Mereka sudah berhenti di depan apartemennya. Taehyung akan beranjak turun tapi dengan cepat Sohyun menghentikannya. "Jangan kemana-mana. Aku bisa."

Taehyung memutar badannya. "Jika ada apa-apa hubungi aku." ujarnya mengingatkan.

Sohyun mengangguk dan membuka pintu lalu berlari masuk ke apartemennya. Taehyung menatap badan Sohyun yang hilang ditelan pintu. Setelah tenang barulah ia mengendarai mobilnya menjauh dari apartemen itu.

Sohyun menjatuhkan dirinya ke kasur. Memejamkan matanya menikmati rasa empuknya kasur. Tahukan rasanya lelah. Tapi lelah inilah yang dia nikmati. Ia dulu begitu mendambakan untuk menjadi seorang aktris. Ya, walaupun ada sedikit bantuan dari orang dalam. Tapi dia bisa membuktikan jika dirinya mampu.

Terlalu menikmati sampai akhirnya rasa kantuk menghampiri dan membuatnya terjun ke alam bawah sadar nya.

~💔~

To be continue..

Jangan lupa vote and comment 😊

BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang