1. Usia Delapan Tahun

35 1 0
                                    

Malam ini suasana pada kediaman rumah Yusi Ivanka Merlin tampak seperti biasa yaitu minuman keras berserakan dimana-mana seakan menghiasi seluruh sudut keramik.

Bau menyengat dari minuman keras tercium sampai melewati kamar seorang anak kecil berambut panjang dan bergelombang yang sedang duduk di balik pintu kamar sambil memeluk kedua kakinya yang tertekuk.

Varlega yang kala itu masih berumur delapan tahun mulai memberanikan diri untuk membuka pintu kamar demi melihat keadaan sang ibu.

Ketika pintu terbuka lebar, Varlega sangat terkejut bukan main. Dengan bola mata yang terbuka lebar, dia menatap Yusi sudah kalap dalam linangan dosa bersama seorang om-om.

"Mom!" teriak Varlega membuat acara senang-senang ibunya terhenti.

Yusi menengok dengan begitu perlahan ke arah kamar paling belakang, kamar paling kotor dibandingkan kamar lainnya.

Matanya menyipit, senyum nakalnya mengembang dan tentu masih belum sadar sepenuhnya.

Tangan kanan Yusi seakan memerintah Varlega untuk segera menghampirinya lewat isyarat jari-jari yang menekuk, tapi Varlega malah terlihat sangat ketakutan kemudian menggelengkan kepala dengan begitu cepat.

"Dasar anak sialan!" gerutu Yusi ketika menyadari bahwa Varlega tidak berkenan untuk menghampirinya dan malah berlari menuju kamar, menutup pintu rapat-rapat dan membuatnya kehilangan kesabaran.

Yusi menggedor kamar Varlega sambil berkata, "Buka pintunya!"

Nada bicaranya terdengar lemas, menandakan bahwa Yusi masih tidak bisa mendapatkan kesadarannya dalam waktu dekat.

Mendengar perintah Yusi tidak langsung membuat Varlega segera membuka pintu, dia pun segera bersembunyi di tempat paling rahasia.

Beberapa menit kemudian, Yusi menyipitkan mata dengan begitu curiga kala tidak mendengar suara apapun dari dalam kamar Varlega.

Yusi bahkan tidak merasakan tanda-tanda kehidupan sang putri dari dalam kamar dan hal tersebut malah membuatnya semakin geram.

DOR!

DOORRR!

Suara gedoran pintu kamar Varlega terdengar semakin kencang dan membuat sang anak dalam kamar tersebut merasa sangat kacau.

Varlega mengusap kedua tangannya yang terasa sangat dingin. Karena baginya, suara gebrakan kencang tersebut seperti sedang mewakili perasaan kesal dan amarah dari hati Yusi.

Tubuh kaku Varlega semakin terasa dingin, dia merasa sangat ingin memotong nadi ditangan ibu tirinya yang kejam tersebut hingga putus. Varlega ingin hidup Yusi berakhir dengan keadaan apapun, kalau perlu detik ini juga.

"Buka pintunya sebelum Momy dobrak!" perintah Yusi.

Tidak! Varlega tidak memiliki keberanian untuk membuka pintu kamar, dia hanya dapat menutup mata seperti sedang berusaha mengikuti arahan ayah untuk terus berdo'a kepada sang kuasa dan berharap semoga ibunya tidak sampai mendobrak pintu kamar.

"EGAAA!" teriak Yusi sambil menggebrak pintu kamar Varlega dengan telapak tangannya.

Tubuh Varlega bergetar karena merasa terkejut dengan teriakan sang ibu, tubuhnya menggigil karena sudah berada di puncak rasa takut. Varlega menangis perlahan, batinnya sangat tersiksa bila terus di posisi seperti itu.

Braaagh!

Pintu kamar Varlega akhirnya berhasil didobrak dengan bantuan selingkuhan sang ibu. Jantung Varlega berdetak semakin kencang, perasaan takut mulai menyelimuti benaknya, dia menelan ludah dengan susah payah kala melihat kaki sang ibu berjalan di hadapannya.

Varlega, A Little PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang