part 13

7 2 0
                                    

Varlega berjalan dengan begitu tenang bahkan ketika sedang melewati setiap kelas sekali pun, dia tetap menampilkan sebuah senyuman manis kepada semua orang yang berpapasan dan juga merasa heran pada baju milik berdarahnya.

"Eh, kok banyak darahnya sih?" bisik salah satu siswa ke siswa lain.

Varlega menoleh dengan tatapan elang yaitu tatapan tajam kepada dua siswa yang menggibahi sampai mereka tampak ketakutan.

Sebuah senyuman indah malah Varlega berikan kepada dua siswa yang sempat menggibahi sampai mereka bersikap dengan begitu manis.

"Aduh, aduh, cute banget," goda mereka berdua secara bersamaan.

Varlega mendadak tidak tahu harus berbuat apa lagi, dia langsung saja berjalan meninggalkan mereka berdua untuk beberapa langkah. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengarkan suara.

"Eh, kok bajunya berdarah?" tanya siswa tadi yang memiliki rambut ikal.

Varlega berhenti melangkah, dia menoleh dengan begitu perlahan. Namun, tetap terlihat tenang. Tidak ada ekspresi lain yang ditunjukannya termasuk kepanikan.

"Kamu habis bunuh orang, ya?" tuduh siswa lain, terlihat berandalan. Namun, memiliki jiwa penakut apalagi bila dihadapkan dengan seorang anak perempuan yang cantik seperti Varlega.

Varlega menggelengkan kepala dengan cepat, dia menepis fakta bahwa dia telah menghabisi nyawa seekor kucing di belakang gedung sekolah.

Varlega masih bersikap tenang bagaikan sedang bersandiwara di depan umum agar bisa menutupi fakta paling rahasia dihidupnya.

"Ish kamu ini!" sergah siswa berambut ikal sambil menempeleng kepala temannya. "Mustahil kalo gadis imut ini bisa bunuh orang."

"Ega harus pergi, Ega buru-buru."

Sebuah senyuman ragu mulai diperlihatkan menuju dua orang yang sedang beradu argumen tersebut tanpa mengeluarkan sepatah dua patah lagi, dia mulai berjalan perlahan meninggalkan keduanya ke arah kelas.

Varlega bergumam, "Apa aku seimut itu?"

Yah, Varlega memang memiliki bentuk wajah babyface. Tentu sangat berbeda dengan teman-teman Varlega yang perlahan memperlihatkan wajah dekil mereka masing-masing.

Sebuah tarikan nafas dibarengi hentakan kaki secara perlahan mulai dilakukan dengan baik oleh Varlega. Sebentar lagi Varlega sampai di depan pintu kelas.

Bruuugh!

Tubuh Varlega terbanting kala tidak sengaja karena tidak sengaja menabrak seorang gadis super pecicilan dengan ekspresi ceria yang kini sedang tersenyum kepadanya.

"Weeh, kamu kenapa?" tanya Clara dengan nada bersemangat.

Varlega berhenti mengukir sebuah senyuman manis, dia tidak tertarik untuk berwajah ceria di hadapan sahabatnya sendiri dikeadaan seperti ini.

Kenapa Varlega bisa demikian? Ayolah, Clara sangat sulit untuk diajak serius! Apalagi ketika sedang diajak berbicara tentang dunia kriminal, Clara pasti sangat sering melawak dan membuat suasana seram berubah menjadi suasana lucu.

"Abis nabrak tiang listrik!" ledek Varlega.

Varlega langsung berdiri dari posisi terduduk manis di atas keramik tanpa bantuan Clara yang masih terlihat cengengesan dan bahkan sedang menertawakannya.

"Yah, masa aku dipanggil tiang?" Clara terkekeh geli.

Mata Clara segera tertuju menuju seragam sekolah Varlega yang telah dipenuhi oleh darah segar dan kental, mata Clara melebar karena tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya.

Mulut Clara terbuka, dia ingin mempertanyakan kejadian buruk yang sudah menimpa sang sahabat, tetapi mulutnya tidak kunjung bisa diajak kompromi.

"Mau nanyain baju aku juga, ya?" tanya heran Varlega.

Rupanya Varlega sudah dapat menebak bahwa Clara akan bertanya demikian, Clara menganggukan kepala dan membuat Varlega malah memutar bola mata pertanda malas menjawab.

Varlega merentangkan tangannya yang terluka karena daun liar super tajam, tentunya dia tidak akam bercerita tentang kejadian sesungguhnya. Lalu, Varlega akan menjawab apa kepada Clara?

Tentu Varlega harus mengarang cerita, dia tidak ingin Clara tahu tentang kejadian kucing super malang itu.

"Hufff ...."

Varlega menarik nafas dalam-dalam sebelum berkata, "Karena tangan aku ke sayat daun tajam, aku susut darahnya ke seragam."

Varlega memperhatikan kepala Clara yang sedikit memiring, sepertinya Clara kurang percaya pada ucapannya.

Clara terus memperhatikan tangan Varlega yang mengepal sendari tadi, kenapa tangan Varlega terus mengepal? Padahal di sana telag hadir luka penuh darah, apakah Varlega sedang berbohong?

Pertanyaan demi pertanyaan terus muncul dibenak Clara sampai akhirnya Varlega merentangkan kedua tangan sebagai bukti atas jawaban tadi.

"Yaampun, Ega!" Clara terlihat sangat terkejut sekaligus cemas.

Clara menutup mulutnya yang sedang terbuka lebar karena terlalu terkejut, dia sangat mencemaskan keadaan Varlega padahal Varlega menganggap luka tersebut adalah luka kecil.

Bagi Varlega, luka itu bukanlah masalah besar jika harus dibandingkan dengan luka dihati serta psikisnya ketika telah tiba di rumah terutama saat sedang malam hari.

"Nggak papa, ini nggak sakit kok," balas Varlega dengan wajah datar.

Clara tidak habis pikir dengan Varlega, luka sedalam itu masih saja dianggap sebagai luka biasa. Bila dia sedang ada di posisi Varlega, mungkin Clara akan teriak-teriak, salto, dan lain-lain.

"Ayo kita ke UKS!" ajak Clara.

Varlega segera menggeleng pelan pertanda menolak terhadap tawaran yang diberikan Clara terhadapnya. Clara sendiri langsung mengangkat salah satu alis dan merasa heran, kenapa juga Varlega menolak?

"Kenapa, Ega?" tanya Clara sambil menepuk pundak Varlega.

Varlega memegangi tangan Clara dengan tangan yang masih bersimbah darah sehingga Clara langsung bergidik ketakutan.

"Iiih ... Tangan kamu tuh kotor!" Clara menampilkan ekpresi ketakutan.

Varlega tersenyum devil ketika menatap wajah penuh rasa ketakutan Clara, dia menikmati kejadian tersebut. Yah, Varlega sangat senang melihat orang lain terlihat ketakutan.

Tangan Varlega kembali diarahkan menuju wajah Clara, Clara pun langsung berlari terbirit-birit menuju kelas.

"Eh, mau ke mana kamu?!" sergah Varlega dengan nada yang terdengar cukup geli kala melihat tingkah ketakutan dari sang sahabat.

Varlega menyusul Clara ke dalam kelas dan kini mereka berdua hanya berjarak satu meter, tubuh mereka hanya dihalangi meja sekolah.

"Sampe neraka pun, kamu akan aku kejar," ancam Varlega sambil terus memajukan tangan penuh darahnya menuju arah Clara.

"Kejar aja kalo bisa," tantang Clara.

Varlega menggelengkan kepala kemudian berdecak kecil, dia menatap Clara dengan tatapan licik.

Clara hanya kurang tahu, sedang dengan siapa dia berbicara? Varlega menyunggingkan sebuah senyuman licik, ingin rasanya menunjukan sifat asli di depan umum sekarang juga.

Ketika Clara sudah lengah, Varlega langsung meraih sebuah benda berbentuk segitiga dengan ujung-ujung yang sangat tajam kemudian berjalan secara perlahan ke arah Clara.

Sttttt!

Varlega dengan cepat berusaha menancapkan benda tersebut di perut Clara. Namun, Clara rifleks menepis tangan Varlega sambil berteriak kencang.

"Aaaa,Ega!" rutuk Clara dengan wajah ketakutan.

Varlega, A Little PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang