Part 19👭

3 1 0
                                    

Sepi yak, 🥱

Jangan lupa kasih bintang ya guys, komennya juga🤩

***


Seorang titisan malaikat pencabut nyawa untuk Antonio malah tertawa geli, ekspresi histeris terakhirnya dinikmati dengan tatapan bahagia.

Hanya ada perasaan senang yang menyelimuti suasana hati Varlega. Sebentar lagi, dia akan mencabut nyawa seorang balita paling menyebalkan.

"Huaaaaa!" teriak Varlega saat sudah bersiap untuk menghantamkan pisau tersebut menuju kepala Antonio.

Bragh!

Tangan Varlega mendadak tertahan kala mendengar sebuah gebrakan pintu yang berasal dari kediaman rumah Antonio.

Mata Varlega tertuju pada seorang ibu yang mulai mencari sang buah hati kemudian menatap ke arah mereka dengan ekspresi cemas.

Ibu Antonio menghampiri mereka dengan begitu cepat kemudian menggendong Antonio yang sudah terjatuh di atas tanah. "Kamu kenapa, Antonio?"

"Mama, Antonio mau dibunuh."

Antonio mengadu kepada ibunya tanpa merasa takut dengan ekspresi datar yang siap membuat detak jantung Antonio berdetak lebih kencang kapan pun.

Ibu Antonio memperhatikan pisau mainan yang sangat mirip dengan pisau asli milik Antonio tengah tergeletak didekat kaki Varlega.

Ibu Antonio menempelkan telapak tangan di dahi Antonio kemudian menganggukan kepala seolah mengerti dengan ucapan sang buah hati. "Panas sama halusinasi kamu semakin tinggi, nanti kita ke dokter."

Varlega masih terpaku di tempat yang sama yaitu berhadapan langsung dengan ibu Antonio, dia tidak menampilkan ekspresi panik sama sekali dan malah memberi tatapan tenang.

"Antonio sakit?" gumam Varlega.

Ibu Antonio mengangguk. "Iya, panasnya meninggi dan Antonio sering berhalusinasi."

Varlega memalingkan wajahnya dari Antonio karena tidak ingin menatap anak balita tersebut sudah tenang ketika berada dipelukan sang ibu.

"Hufffhhh ...." Varlega menarik nafas dalam-dalam, dia sendiri tidak ingat, kapan terakhir kali merasakan hangatnya pelukan seorang ibu?

Ibu Antonio menatap wajah tenang dari Varlega kemudian berpaling menatap tangan Varlega yang terluka cukup parah.

"Ega, tangan kamu kenapa?" Nada bicara ibu Antonio terdengar cukup panik, tetapi Varlega terlihat masih tenang.

"Kena minyak panas, Tante." Varlega menjawabnya dengan penuh kebohongan, dia tidak ingin berkata yang sesungguhnya dan tetap ingin menjaga rahasia tersebut seorang diri.

"Sakit banget, ya?" tanya ibu Antonio kembali.

Varlega menganggukan kepala secara perlahan kemudian berkata, "Nggak papa, lukanya udah Ega obatin, sebentar lagi pasti sembuh."

Rambut Varlega dielus dengan lemah lembut oleh ibu Antonio, terasa sangat nyaman dan Varlega menikmatinya.

"Cepat sembuh, kak Ega. Semoga tangan itu bisa seimut wajahnya lagi." Ibu Antonio tersenyum dengan penuh ramah tamah.

Varlega tidak menimbulkan ekspresi apapun, dia hanya berekspresi datar ketika berucap, "Ega sekolah dulu, Tante."

Varlega membalikan tubuh dan juga tidak ingin berkata-kata lagi kepada Ibu Antonio sehingga memberi kesan tidak sopan kepada seseorang yang melihat tindakannya.

Ibunda Antonio malah menganggap hal tersebut sebagai hal biasa karena Varlega memang jarang bicara terkecuali kepada Clara.

Varlega meraba saku di dalam jaketnya kemudian terlihat tenang karena pisau yang dia bawa sudah masuk kembali pada tempat asalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Varlega, A Little PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang