#7 Playlist: Forget Jakarta

1.5K 217 39
                                    

"Nih," Shelma menerima kopi panas yang baru saja Arjun seduh di pantry untuknya. Ini adalah kedua kalinya mereka menyeduh kopi bersama.

Untuk beberapa saat, Shelma dan Arjun hanya diam sembari menyeruput kopi panas mereka dengan hati-hati. Saat ini mereka sedang menikmati istirahat. Tadi saat setelah berkenalan, keduanya tidak sempat saling berbicara lagi karena disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Begitu masuk jam istirahat dan setelah makan siang bersama—dengan Raras dan Ansel tentunya, barulah Arjun mengajak Shelma ke pantry untuk menikmati kopi.

"Gue agak sedikit kecewa sebenernya," sahut Arjun menyudahi kesenyapan di antara mereka.

Shelma hanya menolehkan kepalanya, menunggu Arjun untuk melanjutkan ucapannya.

"Karena ternyata lo lebih tua dari gue," Arjun tertawa kecil. "Jadi gue harus manggil lo Mbak Shelma apa gimana nih?"

"Terserah lo aja, Jun. Gimana yang lo nyaman aja. Gue enggak superior banget loh orangnya." balas Shelma ikut tertawa.

"Kalau senyaman gue, gue bakalan tetap manggil lo Shelma. Tapi, lo nya nyaman apa enggak nih?"

Shelma mengangguk dan menatap Arjun bingung. "Ya nyaman aja. Emang kenapa?"

"Habisnya lo ngomong terserah sih. Gue paling bingung kalau ada yang jawab terserah." balas Arjun lagi. "Kalau gitu, kalau di depan yang lain gue panggil lo Mbak Shelma. Biar sopan."

"Tahu enggak kemarin gue nyebut lo siapa?" tanya Shelma.

Arjun mengulum senyumnya, "Siapa emang?"

"Mas-mas Taman Safari," Shelma tertawa pelan, "Padahal lo udah kenalin nama tapi tetep aja, Mas-mas Taman Safari lebih pas."

"Jelek banget. Padahal nama gue udah bagus,"

"Iya iyaaa, Deo Arjuna Damaputra ya?"

"Iyaaa, Shelma Laila Iswari." balas Arjun lalu tertawa bersama.

"Ngomong-ngomong, lo masih kuliah?"

"Udah selesai. Gue lagi nunggu wisuda dan jadwalnya tuh belum keluar-keluar. Ya udah, mending daftar intern aja." balas Arjun. "Tenang aja. Kita beda dua tahun doang kok."

"Dih, gue enggak nanya?"

"Kali aja lo penasaran,"

"Duh duh, asik bener nih... udah akrab aja,"

Shelma dan Arjun menghentikan tawa mereka dan menoleh ke ambang pintu. Atika terlihat sedang bersandar di pintu dan Shelma langsung memudarkan senyumannya.

"Shel, boleh ngomong bentar enggak?" tanya Atika.

Shelma termangu sejenak. Bahkan sebelum mendengar balasan dari Shelma, Atika sudah lebih dulu pergi—entah kemana dan seolah memberi perintah kepada Shelma untuk mengikutinya. Shelma menghembuskan napasnya dan menoleh kepada Arjun.

"Gue ke sana dulu ya, Jun." katanya kepada Arjun. Lelaki itu menganggukkan kepala dan melihat Shelma berjalan untuk menghampiri Atika di luar sana. Ia menyeruput kopi hangatnya dalam diam sembari memandangi kepergian Shelma dengan penuh tanda tanya.

☘☘☘

"Mau ngomong apa, Kak?" Shelma berjalan mendekati Atika, yang membawanya keluar ke balkon. Sejujurnya, perasaannya sudah tidak enak.

"Shel," Atika tiba-tiba menggenggam kedua tangan Shelma dan membuatnya langsung mengerutkan dahi. "Lo tuh kerjanya yang paling rapi dan yang paling cepet. Di antara semuanya, kerjaan lo yang paling rapi."

Alah, enggak usah basa-basi lo, rutuk Shelma dalam hati. Tapi pada kenyataannya, Shelma malah mengulum senyum semanis mungkin. "Terus? Kak Atika mau dibantuin apa?"

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang