#37 Playlist: Tentang Perasaan Yang Tertahan

1.2K 162 18
                                    

Dulu setiap Minggu pagi, Shelma selalu berbelanja bersama Ibu dan Tante Nora di pasar kaget di dekat rumah dengan berjalan kaki. Kata Ibu, supaya sehat. Meski lelah karena berjalan kaki, tetapi saat itu Shelma tidak mengeluh karena pergi bersama Ibu dan Tante Nora.

Namun, ketika ikan-ikan atau pun bahan memasak lainnya tidak tampak enak di sana, Ibu dan Tante Nora akan menyuruh Fidel datang menjemput menggunakan mobil Ayah lalu mereka akan pergi ke pasar pusat.

Kedekatan antara keluarga Shelma dengan Nora dan Fidel tentu saja mendapat pro kontra di dalam komplek perumahan itu. Apalagi status Nora yang merupakan seorang janda. Shelma bukan lagi anak kecil dan dia jelas mendengar semua gosip bodoh itu. Ibu yang kala itu tidak dapat meredam emosi akhirnya memarahi semua ibu-ibu yang suka bergosip dan mengatakan bahwa Nora sudah seperti adiknya. Jadi, semua dilarang keras untuk bergosip hal yang tidak benar.

Itu adalah pertama kalinya Shelma melihat Ibu dan juga Savira marah besar di komplek perumahan. Karena Ayah merupakan salah satu orang yang disegani di sana, semuanya pun bungkam dan bersikap seolah gosip itu tidak pernah ada.

Saat itu, Shelma berpikir, betapa kerasnya kehidupan yang Tante Nora dan Fidel jalani setiap harinya—bahkan mungkin sebelum pindah ke komplek perumahan itu. Sehari-harinya, mereka selalu menebar senyum ramah, membagikan bolu pisang buatan Nora kepada tetangga, Fidel yang selalu membantu ibu-ibu di sana. Namun, ketika hanya berdua saja di rumah, Nora lebih banyak mengeluh dan meminta maaf kepada Fidel. Katanya, ia bukan seorang ibu yang baik.

Nora tidak pernah tahu, saat itu, Shelma ingin sekali berteriak kepadanya bahwa Nora merupakan wanita yang baik dan banyak yang menyayanginya. Tapi, semua hanya tersimpan di dalam hati Shelma hingga sekarang.

"Shel," Nora yang beberapa menit lalu pamit untuk ke kamarnya kembali membawa sebuah kotak yang dibungkus kado. Bungkus kado itu sudah menguning, sudah usang. "Ini buat Shelma."

"Apa ini, Tan?" Shelma menerima kotak itu dan menatapnya bingung.

"Itu kado ulang tahun buat Shelma dari Fidel." Jawaban yang Nora berikan kepadanya membuat Shelma terdiam. "Fidel siapin beberapa hari sebelum itu."

Shelma lupa. Dua minggu setelah kejadian itu, ia berulang tahun. Namun ulang tahunnya saat itu, tidak berarti apa-apa.

"Boleh ... aku buka?"

Nora mengangguk, tersenyum.

Shelma akhirnya membuka kotak itu, meski ia tak yakin isinya masih baik-baik saja karena bertahun-tahun telah berlalu. Di dalamnya terdapat dua buku bersampul lucu dengan kertasnya yang berubah warna menjadi kuning. Selain buku, terdapat juga pena cantik berwarna pastel. Senyum Shelma terkulum sempurna melihat itu.

Di antara benda-benda itu, ada kertas yang sangat menarik perhatiannya. Jemari Shelma meraihnya, menggigit bibir untuk menahan tangis. Itu sebuah tiket gigs, lagi. Dengan bintang tamu yang sama, Potret. Di dekatnya, terdapat sebuah surat dengan tulisan tangan Fidel.

"Ayo kita nonton Potret lagi. Kali ini, di lapangan, bukan di kafe. Tapi, Shelma harus belajar yang rajin supaya ujiannya bagus. Nanti, Kak Fidel izin sama Ayah dan Ibu."—Fidel.

Shelma tidak tahan dan akhirnya membiarkan air mata turun membasahi pipinya. Ia menangis terisak, meremas tiket konser Potret itu.

Nora yang sejak tadi hanya memperhatikan meraih tangan Shelma dan menggenggamnya erat, membuat Shelma mendongakkan wajah untuk memandanginya.

"Tante mau minta maaf sama Shelma," ucapnya lembut. "Selama ini, Tante lari dari Shelma. Karena Tante enggak mau lihat Fidel di dalam Shelma. Tante punya dua anak, dua-duanya udah ninggalin Tante. Waktu Tsabita dan ayahnya meninggal, Tante sudah bisa mengikhlaskan itu. Tapi waktu Fidel ninggalin Tante ...," Napas Nora tercekat. Cukup lama ia terdiam sebelum melanjutkan ucapannya sendiri. "Tante susah untuk mengikhlaskan Fidel. Tante tahu itu salah. Fidel pasti menderita di sana. Tapi, susah. Berat sekali buat Tante untuk enggak mikirin Fidel lagi."

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang