#17 Playlist: Lagu-lagu dan Arjuna

1.4K 202 46
                                    

"Jangan lupa malam ini. Gue jemput habis Maghrib, ya." Sebuah pesan dari Arjun sabtu siang itu sukses membuat Shelma—yang tadinya sedang santai sembari menonton Netflix di ruang televisi—langsung terduduk di sofa dan mengabaikan Enola Holmes yang sedang ia tonton.

"Lo serius banget ya, Jun?" Shelma segera mengetikkan pesan balasan dan satu menit kemudian, balasan dari Arjun langsung muncul di handphone-nya. "Serius. Kan lo udah janji. Jangan phpin gue dong, Shel."

Shelma tertawa saat membaca pesan yang Arjun kirimkan dan langsung mengirimkan pesan balasan lagi untuk lelaki itu. "Hahahaha kirain lo becanda, Jun. Ya udah. Gue share loc alamat ya."

Sebenarnya, Shelma sama sekali tidak menduga kalau ajakan Arjun kemarin itu bukan hanya sekedar basa-basi. Dan sebenarnya lagi, Shelma sempat melupakan ajakannya itu karena pagi ini ia langsung sibuk dengan pekerjaan rumah yang hanya bisa ia lakukan setiap akhir pekan.

Shelma kembali melirik ke arah televisi, berusaha untuk kembali konsentrasi menonton Enola Holmes. Namun setelah menit berlalu, Shelma tak juga bisa fokus untuk menonton film tersebut. Ia menggeleng lalu memutuskan untuk menyudahi menonton dan kembali masuk ke kamarnya.

Suasana siang itu begitu sepi. Delyn dan Alana sudah pergi dari pagi sekali karena urusan mereka masing-masing. Yang tersisa hanya dirinya, Iris, dan Naresya yang sama-sama berdiam diri di kamar. Karena merasa jenuh di kamar, Shelma bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar Iris.

Lantunan suara gitar terdengar beriringan dari gumaman kecil Iris menyanyikan lagu Lauv, Paris In The Rain. Shelma tersenyum kecil sebelum mengetuk pintu kamar Iris dan mendorongnya pelan.

"Ris?"

Iris menghentikan jemarinya di atas gitar dan menyunggingkan senyum saat melihat Shelma membuka pintu kamar. "Iya, Kak?"

"Boleh masuk?"

Iris mengangguk. "Masuk aja, Kak Shel."

Shelma balas tersenyum lalu masuk ke dalam kamar tanpa menutupnya lagi. Ia kemudian duduk di samping Iris. "Bosen, Ris. Mau nonton udah males."

"Bukannya Kak Shel tadi lagi nonton Enola?" tanya Iris.

"Tiba-tiba enggak tertarik lagi," Shelma terkekeh lalu netranya menatap lekat gitar yang sedang Iris pangku. "Kamu tuh, keren banget deh kalau lagi main gitar."

"Jadi kalau lagi enggak main gitar, Iris enggak keren ya, Kak?" canda Iris.

Shelma tertawa lagi. Walau ia tahu Iris hanya sedang iseng mengerjainya. "Aku selalu suka kalau Iris udah main gitar atau serius banget sama kameranya."

Iris menatap Shelma dengan penuh selidik. Ia kemudian meletakkan gitarnya di atas kasur. "Kenapa nih, tiba-tiba?"

"Enggak ada... Aku cuma bosen aja, Ris. Sepi banget. Eca lagi ngapain ya kira-kira di kamar?"

"Mungkin lagi nonton atau ngerjain skripsinya?"

Shelma manggut-manggut, tanpa perlu bersusah payah untuk memeriksa apa yang sedang Naresya lakukan di kamarnya. Perempuan itu sangat tertutup dibanding siapapun yang ada di rumah ini. Naresya juga tidak suka jika mereka sembarangan masuk ke dalam kamarnya.

"Ngomong-ngomong soal gitar," kata Shelma ketika netranya kembali melirik gitar milik Iris itu. "Dulu aku berusaha banget buat belajar main gitar. Soalnya kelihatan menarik dan mungkin keren juga kalau aku bisa main gitar. Tapi ternyata, susah banget. Atau mungkin akunya aja yang males belajar."

"Dulu Kak Shel belajar main gitar sama siapa? Sama Kak Kinan?"

Pertanyaan itu membuat Shelma termangu. Awalnya ia enggan menjawab, hingga akhirnya ia tersenyum tipis. "Ada... Dulu ada yang ngajarin. Waktu aku SMA, Ris. Dia juga keren tuh main gitarnya. Tapi karena emang yang diajar itu aku, yang males banget. Makanya enggak berhasil-berhasil deh."

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang