#34 Playlist: Best Part

1.3K 167 43
                                    

Namanya juga Gaharu Achazia Arsa. Kalau tidak membuat Shelma pusing sehari saja, rasanya ada yang kurang.

Sekitar lima belas menit, Shelma memandangi chat room-nya dan Gaga di Whatsapp. Chat yang ia kirimkan sekitar dua jam yang lalu itu hanya bercentang biru dan tidak dibalas oleh lelaki itu. Lagi.

Sudah beberapa hari semenjak kejadian di balkon, Shelma tidak bertegur sapa dengan Gaga. Lelaki itu juga lebih banyak bekerja di luar karena harus meeting dengan klien-klien Scote bersama Venka dan Rangga. Beberapa kali, Gaga sempat mengingatkan kepada Shelma jangan lupa makan atau kerja terlalu larut yang setelah Shelma balas, Gaga menghilang lagi.

Shelma rindu bertemu dan berbicara dengan Gaga secara langsung. Shelma bahkan tidak melihat Gaga makan siang di kantin. Yang Shelma dengar, Gaga memang sedang sibuk-sibuknya mengurus beberapa hal terkait tentang perusahaan. Shelma khawatir jika Gaga sakit atau melewatkan makan siangnya. Lantas, Shelma mengirimkannya sebuah pesan agar Gaga tidak terlambat makan siang.

Setelah lama menunggu, ternyata lelaki itu hanya membaca pesannya tanpa berniat untuk membalas chat itu. Shelma jadi berpikir ulang dan menyangka Gaga memang marah padanya.

Helaan napas terdengar dari Shelma dengan dirinya yang bangkit dari kursi dan membuat Ansel menoleh kepadanya.

"Mau ke mana?" tanya Ansel.

"Nyebat."

Ansel langsung melotot. "Hoi!"

Shelma terkekeh pelan. "Mau ke toilet, Sel. Posesif amat nanya-nanya."

Ansel hanya berheham. Setelahnya, ia kembali menatap layar komputer dan membiarkan Shelma pergi ke toilet. Saat Ansel yakin Shelma sudah benar-benar meninggalkan ruangan, lelaki itu membalikkan tubuhnya, mencolek punggung Arjun yang ternyata sedang melihat Shelma juga.

"Jun, Jun."

"Kenapa, Bang?" Arjun memutar kursinya dan menatap Ansel.

"Dia masih berantem sama Gaga ya?" tanya Ansel penasaran. Padahal sudah tahu, tetapi Ansel iseng aja untuk bertanya kepada Arjun. Sebab, Arjun akhir-akhir ini lebih banyak diam.

Arjun mengangkat bahunya. "Enggak tahu gue."

"Kan, sejak dari balkon itu Shelma galau enggak sih. Lo yang bareng Shelma saat itu. Lo ngapain, sih? Meluk Shelma?" tanya Ansel iseng, pura-pura tidak tahu.

"Ngaco lo," tegur Arjun sebal. "Gue enggak ngapa-ngapain, sumpah. Gue sama Shelma cuma cerita tentang masalah Fidel doang."

"Gaga denger kali," Raras yang sejak tadi diam pun akhirnya menyahut dan ikut memutar kursinya menatap Ansel serta Arjun. "Gaga kan enggak tahu soal itu."

Ansel manggut-manggut. "Cemburu."

"Kenapa harus cemburu?" tanya Arjun.

"Soalnya lo tahu soal itu tapi dia enggak. Mungkin dia sedikit kecewa." kata Ansel lagi.

"Tapi, itu bukan salah Shelma. Kenapa dia malah cuekkin Shelma? Aneh."

Mendengar komentar Arjun, Ansel malah tertawa dan memukul punggung lelaki itu. "Ya elah, sensi amat sih lo, sama Gaga."

"Hah? Enggak tuh." Arjun mendengus dan kembali menatap layar komputernya.

Sensitif terhadap Gaga? Tentu saja. Sebab di mata Arjun, Gaga tetap saja orang yang telah mengalahkannya dalam mendapatkan hati perempuan yang ia sukai.

☘☘☘

Shelma mencuci wajahnya beberapa kali dan menatap cermin besar di depannya. Make up tipisnya sedikit hilang dan membuat Shelma merapikan kembali make up-nya. Saat itu pula, pintu toilet terdorong dan Venka masuk ke dalamnya.

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang