#29 Playlist: Someday

1.2K 169 29
                                    

"Sebenernya gue pengin ngomongin soal Tante Nora, kalau lo enggak keberatan."

Mendengar nama Tante Nora atau pun Fidel disebut, masih selalu membuat jantung Shelma berdetak atau hatinya seperti tersayat. Apalagi, jika orang lain yang menyebut dua nama itu.

Namun, Shelma sudah yakin dengan pilihan yang ia buat. Shelma akan menyelesaikan ini, agar hatinya lapang dan ia tidak lagi menyalahkan diri atas semua kejadian yang terjadi kepadanya atau pun Tante Nora.

Tadi malam pun, Shelma memberanikan diri untuk bertanya kepada Savira dan Kinan tentang keberadaan Tante Nora. Namun sayang, keduanya tidak memberikan kabar apa pun.

"Lo tahu Tante Nora?" tanya Shelma.

Dery mengangguk. "Sebelum Bang Fidel pindah ke komplek lo, Bang Fidel tinggal di beberapa gang dari rumah gue. Masih satu kelurahan."

"Di mana Tante Nora sekarang?"

Dery menghela napasnya. "Sayangnya, gue enggak tahu di mana Tante Nora sekarang. Tapi, enam bulan yang lalu, gue tahu. Tante Nora sempat tinggal lagi di Bogor. Cuma sebentar."

"Sebentar?"

"Semenjak kejadian itu, Shel, tentu bukan cuma lo yang berada di titik terbawah. Tante Nora juga. Tante Nora sempat balik ke kampung halamannya. Tapi enggak lama dia balik lagi ke Bogor, pindah-pindah rumah. Kata nyokap gue, Tante Nora ngerasa kayak dikejar-kejar sama hari di mana Bang Fidel enggak ada lagi. Tiap hari ... kayak mimpi buruk."

Shelma mengeratkan pegangannya pada sendok yang sedang ia pegang. Shelma paham sekali bagaimana rasanya menjadi Tante Nora. Bahkan, Shelma tidak akan sanggup jika ia berada di posisi Tante Nora.

"Enggak apa kalau gue lanjutin?" Dery mencoba memastikan.

Shelma menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Enggak apa, Der. Tolong."

Dery kemudian mengambil sesuatu dari dalam ransel, dan menyerahkannya kepada Shelma. Selembar foto seorang wanita tanpa menoleh ke arah kamera. Wanita cantik itu, Tante Nora.

Shelma mengambil selembar foto itu dan memandangnya dengan lekat, mengusapnya sambil menipiskan senyum di wajahnya. Shelma mendongak, kembali menatap Dery. "Ini pas kapan, Der?"

"Enam bulan yang lalu, waktu ibu-ibu di dekat rumah lagi arisan, Shel. Ternyata, enam bulan lalu, Tante Nora tinggal di dekat rumah gue lagi dan ikut nyokap ke Puncak. Gue baru tahu, soalnya waktu itu kan masih di Lampung. Tapi setelah itu, Tante Nora pindah lagi dan ganti nomor. Nyokap gue enggak tahu lagi Tante Nora tinggal di mana."

Shelma kembali menatap lembar foto yang ia pegang. Tante Nora di lembar foto itu dan saat di pemakaman seperti dua orang yang berbeda. Saat bertemu Tante Nora di pemakaman, wanita itu kehilangan banyak berat badannya.

"Der ... boleh gue simpan fotonya?"

"Boleh. Gue emang sengaja bawa buat lo kok, Shel. Tapi, maaf ya ... gue enggak bawa info yang banyak."

Shelma menggeleng pelan. "Ini udah cukup kok, Der." ucapnya sambil tersenyum kecil. "Makasih ya, Der. Padahal, udah lama enggak ketemu. Ngobrol pun enggak banyak, tapi lo mau bantuin gue segininya."

"Jangan ngomong gitu, Shel. Waktu tahu lo temenan sama Arjun, gue langsung kepikiran kabar lo, sih. Karena semua orang juga tahu, yang paling hancur saat itu lo dan Tante Nora. Bukan Cindy."

"Thanks, Der ... lo juga, Jun, makasih banyak." kata Shelma dengan tulus.

Sekarang tujuan Shelma hanya satu; ingin mencari Tante Nora dan berbagi apa yang selama ini mereka rasakan.

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang