#20 Playlist: Hujan

1.4K 217 48
                                    

Shelma menggenggam erat kedua tangannya yang saling terpaut. Bukan—bukan karena dirinya gugup duduk di sebelah Gaga dengan jarak yang dekat, tetapi karena cuaca yang begitu dingin.

Entah sudah berapa lama dirinya terjebak di rooftop bersama Gaga. Tiga puluh menit? Empat puluh? Atau mungkin satu jam? Untuk yang satu ini, Shelma terlalu gugup untuk melihat-lihat ke arlojinya. Ia sesekali melirik ke arah Gaga. Seperti biasa, lelaki itu terlihat tenang. Bahkan sesekali, ia melantunkan beberapa lagu yang familiar di telinga Shelma. Entah itu hanya perasaan Shelma saja atau tidak, tetapi Gaga terlihat jauh lebih ceria dari sebelumnya.

Saat sedang asik memperhatikan wajah pria itu, Gaga tiba-tiba menoleh dan membuat mereka beradu pandang. Sudah kepalang ketahuan, Shelma mendadak kaku, tidak berani membuang pandangannya ke arah lain.

Gaga tersenyum, melepas jasnya dan memakaikannya ke punggung Shelma. "Dingin."

Shelma kemudian teringat dengan jaket yang Gaga pinjamkan beberapa waktu lalu yang sekarang tersimpan di dalam lokernya. Sepertinya, ini saat yang tepat untuk membahas jaket itu.

"Kak... Inget jaket yang lo pinjemin ke gue waktu itu?"

"Waktu kapan?"

"Waktu gue kambuh," jawab Shelma. Gaga tidak membutuhkan waktu lama untuk mengingat kejadian itu. Ia kemudian mengangguk, memahami jaket mana yang Shelma maksudkan.

"Kenapa sama jaket itu?"

"Lo enggak nyari-nyari apa? Soalnya gue lupa balikin."

Gaga malah tertawa. Ia pikir, ada hal yang lebih penting dari itu. Jaketnya hilang lah, atau apa lah.

"Ya enggak apa. Mau lo simpan terus juga enggak apa."

"Enggak. Udah gue bawa tuh di dalam loker. Nanti... Ingatin gue untuk balikin ke lo, ya?"

Mata Gaga mengerjap, kok rasanya Shelma terlihat sangat lucu ya? Caranya meminta Gaga untuk mengingatkan itu di luar pemikirannya terhadap Shelma. Melihat Gaga tidak kunjung membalas ucapannya, Shelma malah menatapnya cemas. Apa jangan-jangan Gaga pusing karena terjebak bersamanya di sini?

"Kak? Lo pusing?"

"Hah? Enggak..." balas Gaga. Setelah itu, keduanya sama-sama terdiam dan menatap ke langit Jakarta yang sudah berubah menjadi warna oranye. Hujan sudah reda.

"Cantik banget!" pekik Shelma. Kehebohannya itu tidak berlangsung sama karena detik berikutnya, ia teringat bahwa ia tidak membawa handphone-nya. "Yah... Enggak bisa foto."

Cekrek!

Shelma tersentak lalu menoleh ke asal suara jepretan kamera yang baru saja ia dengar. Shelma melongo, Gaga baru saja memotret dengan handphone-nya sendiri!

"Kak... Bukannya handphone lo habis baterai?"

Gaga tidak menjawab, ia malah tersenyum puas dengan hasil jepretannya sendiri. Setelah itu, tanpa merasa berdosa, Gaga menunjukkan hasil potretnya kepada Shelma. "Cantik. Nanti gue kirimin ke elo ya."

"KAK!"

"Hahahahahahaha," Tawa Gaga akhirnya tumpah lalu mencubit pipi Shelma gemas. "Gue bohong. Ada kok baterainya. Habisnya, lo lucu banget, Shel."

"Enggak lucu, Kak!" cetus Shelma. "Padahal bisa nelepon pakai handphone lo dari tadi!"

"Kan, biar bisa lama-lama bolos." jawabnya enteng dan berhasil membuat wajah Shelma semakin cemberut.

Gaga semakin tertawa tentunya. Shelma mengerucutkan bibirnya sebal. Tetapi begitu melihat wajah senangnya Gaga, Shelma mendengus dan mengurungkan niatnya untuk marah. Perlahan, ia ikut tersenyum dan memberanikan diri untuk memukul lengan Gaga ringan. Shelma juga mencubit perut pria itu dan membuatnya tersentak. Satu lagi, satu lagi yang Shelma ketahui tentang Gaga hari ini.

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang