"Baguuus.. Anak perempuan kok jam segini baru pulang. Kamu gak lihat sekarang sudah jam berapa huh?"
Baru saja Rembulan menginjakkan kakinya di dalam rumah. Sudah terdengar suara nyaring Tantenya itu dari lantai dua. Kini Tantenya berjalan menuruni anak tangga menghampiri Rembulan.
"Baru jam sepuluh tante" sahut Bulan
"Baru? Baru kamu bilang. Hhh emang dasar anak gak beretika ya begini" -Senja
"Ada apa ini ribut ribut" Alam selaku kepala keluarga datang bersama bundanya yang berada disampingnya untuk menghampiri Rembulan.
"Lihat. Lihat anak kalian berdua. Sudah jam segini baru pulang. Perempuan macam apa seperti itu" sarkras Senja
Rembulan hanya bisa terdiam menundukan kepalanya karena tak berani menatap Tantenya.
Alam memijat keningnya
"Senja. Kakak memang membatasi Bulan sampai jam sepuluh kalau dia keluar bersama teman-temannya""Hah? Apa?. Benar-benar gak habis fikir aku. Kalian ngijinin anak perempuan keluar malem-malem?. Kalau sampai dia main ke Club bagaimana? Nama keluarga kita akan jelek karena dia" tunjuk Senja tepat di hadapan Bulan.
"Bulan bukan anak yang seperti itu. Senja" bantah Dewinta selaku bunda Bulan
"Gak bundanya gak anaknya. Kalian berdua tuh sama saja. Sama-sama gatau diri" -Senja
"SENJA! CUKUP!" bentak Alam karena tak tahan dengan hinaan adik kandungnyya itu kepada istri dan anaknya.
"Kakak ngebentak aku? Sejak kapan kakak berani ngebentak aku? Hanya karena mereka" Senja menatap Dewi dan Senja.
"Kamu sudah keterlaluan Senja. Jaga ucapanmu pada kakak ipar dan ponakanmu sendiri" -Alam
"Hah? Apa? Ponakan? Hahaha. Aku gak sudi punya ponakan seperti dia" -Senja
"Senja. Kakak bilang jaga ucapanmu" tegas Alam
"Aku ini hanya menjalankan peraturan keluarga kita saja kak. Apa aku salah? Oh atau kakak lupa dengan peraturan yang sudah dibuat dari leluhur kita karena kakak sudah tidak tinggal di Australia lagi?" -Senja
"Peraturan dimana anak perempuan tidak boleh keluar di atas jam sembilan malam. Dulu setiap aku gak sengaja melanggarnya, kakak selalu memarahiku. Dan juga pada saat aku telat pulang walaupun itu hanya telat satu menit." lanjut Senja
"Kakak masih ingat Senja. Tidak mungkin kakak melupakannya. Tapi sekarang zamannya sudah berubah. Ini bukan zaman seperti kita dulu" -Alam
"Dan kakak juga masih menjalankan peraturan tersebut walaupun kakak memberikan toleransi satu jam untuk Bulan" lanjut Alam
"Dulu dan sekarang tidak ada yang berbeda kak. Pokoknya, mulai detik ini. Batas jam hanya sampai jam sembilan. Kalau jam sembilan kamu belum ada dirumah. Siap-siap untuk mendapatkan hukuman" ucap Senja memgakhiri
Senja pergi begitu saja setelah membuat keributan.
Dilain sisi, Bulan tengah menangis dalam diam."Kamu kenapa nangis sayang" Dewinta menyadari jikalau Bulan menangis saat air mata Bulan jatuh tepat di lengannya
"Kenapa tante Senja gak sudi punya ponakan seperti aku hiks" -Bulan
Alam yang melihat Bulan menangis dipelukan Dewi. Ikut memeluknya untuk menenangkan putri semata wayangnya itu.
"Jangan dipasukin ke hati ya sayang. Lupain saja yang tadi tante kamu bilang" Bulan hanya membalas dengan anggukan kepalanya
"Sudah. Sekarang kamu istirahat ya. Besok sekolah kan" Dewi menghapus air mata Bulan yang mengalir dipipinya

KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN
Teen FictionApakah ini memang sudah ditakdirkan? Apanya yang sudah ditakdirkan? Bulan yang selalu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh si gadis cantik yang bernama REMBULAN PURNAMA. Jikalau si gadis sedih, Bulanpun akan ikut bersedih. Ia akan tertutup oleh aw...