"Sayang. Bangun sudah pagi, nanti kamu telat sekolah loh" Dewi membangunkan anak semata wayangnya itu dengan membelai rambut halus anaknya yang sedari tadi masih terlelap tidur
"Hoooaaam" Bulan menguap dan mengerjap-ngerjapkan matanya
"Pagi Bun" sapa Bulan dengan suara serak khas orang bangun tidur serta tersenyum kepada Bundanya
"Bangun sayang. Yuk sarapan"
"Bulan mandi dulu deh Bun, nanti Bulan nyusul ke bawah kalau sudah rapih"
"Yaudah cepat sana, yang lain sudah nunggu kamu buat sarapan"
"Otewe" Bulan bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan segera bersiap-siap agar yang lain tidak terlalu lama menunggunya
Dewi terkekeh melihat tingkah laku anak semata wayangnya itu
.
"Good Morning, everybody" sapa Bulan ceria kepada seluruh penghuni rumah yang tengah berada di meja makan
"Muuach. Muaach" seperti biasa. Bulan selalu mencium pipi kedua orang tuanya kapanpun itu
"Tante mau Bulan kiss juga gak?" Tanya Bulan pada tantenya yang sedari tadi tak mempedulikan kedatangan Bulan
"Gak sudi" ketus Senja yang membuat Bulan terhenyak
"Senja!" Panggil Alam memperingatkannya
"Masih saja di alem anak kayak gitu. Perempuan macam apa dia bangun siang seperti itu" ketus Senja membuat Bulan makin mematung
"Kamu ini Senja. Kan kakak sudah bilang jaga ucapan mu"
"Ya ya ya. Terserah kakak deh, aku mau berangkat. Nafsu makan ku hilang"
"Mau kemana kamu? Habiskan makanan mu"
"Maaf kak, aku bisa makan di luar. Dan aku juga ada urusan. Permisi, aku duluan"
Alam menghela nafas menghadapi adik nya itu
"Jangan dimasukin hati ya sayang. Yuk kita sarapan, sini duduk samping Bunda" seru Dewi seraya menghibur anaknya
"Maafkan tante kamu ya sayang" Alam mengelus tangan Bulan yang ia taruh di atas meja makan
"Iya Yah. Bulan ngerti kok, kalian gak usah khawatir sama Bulan. Mungkin memang tante Senja yang belum bisa berbaur dengan Bulan" Bulan membalas dengan senyuman yang sangat hangat dan menenangkan
"Yaudah yuk kita sarapan, sudah mau siang nih. Nanti kamu telat loh"
"Iya Bun"
.
"Belajar yang pinter ya sayang. Fighthing" Alam memberi semangat kepada putrinya
"Laksanakan Kapten Ayah" Bulan memberi hormat seperti layaknya benar-benar menghormati seorang Kapten
"Ayah kerja dulu ya. Dah sayang"
"Dah Ayah. Hati-hati di jalan Yah" Bulan melambaikan tangan kepada Ayahnya yang baru saja mengantarnya sekolah
Raut wajah Bulan langsung berubah menjadi murung saat ayahnya sudah pergi dari pelataran sekolahnya.
Bulan masih memikirkan tentang tantenya. Senja.
Kenapa dari awal datang hingga pagi tadi tantenya sangat jutek dan kesal saat melihat dirinyaBulan begitu pintar menyembunyikan mimik wajah murung di depan orang tuanya. Ia tidak mau orang tuanya khawatir padanya.
Jujur saja. Kata-kata tantenya saat tadi malam masih terngiang di pikirannya dan menimbulkan tanda tanya besar di benaknya "memangnya saya tante kamu"

KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN
Teen FictionApakah ini memang sudah ditakdirkan? Apanya yang sudah ditakdirkan? Bulan yang selalu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh si gadis cantik yang bernama REMBULAN PURNAMA. Jikalau si gadis sedih, Bulanpun akan ikut bersedih. Ia akan tertutup oleh aw...