"Dari mana kamu? Pulang sekolah, bukannya langsung pulang. Malah pacaran dulu"
"Bulan gak pacaran kok tan. Bulan tadi abis dari gramed sama temen-temen, beli novel sama buku pelajaran"
"Halah. Itu cuma alasan kamu saja kan"
"Bulan udah bilang ke bunda kok. Kalau gak percaya tanya bunda aja"
"Kamu berani nyuruh-nyuruh saya. Hah!" Bentak Senja membuat Bulan menunduk
"Senja cukup! Yang Bulan bilang itu benar. Lagipula mba sudah memberikannya izin" sahut Dewi menghampiri Bulan saat mendengar suara keributan ketika dirinya berada di dapur
Senja tersenyum sinis memperhatikan Bulan yang ada dipelukan Dewi dengan tatapan yang mematikan
"Dasar" Senja meninggalkan mereka berdua dari ruang tamu
"Kamu gapapa sayang?" Tanya Dewi khawatir
Bulan tersenyum ceria, seperti tak ada luka yang terbesit sedikitpun lain dengan hatinya yang ketakutan saat di bentak oleh tantenya. Seumur hidup orang tuanya saja tidak pernah membentak dirinya.
"Bulan ke kamar dulu ya Bun, lelah nih mau istirahat"
"Yaudah sana. Nanti kalau waktunya makan malam kamu turun ya sayang"
"Siaap Bundaku yang paling cantik"
"Haha. Kamu bisa saja"
Sesampainya di kamar.
Bulan menyenderkan tubuhnya dibalik pintu, tubuhnya meluruh begitu saja ke lantai kamar. Dadanya sesak sekali saat mati-matian menahan air matanya agar tak jatuh didepan bundanya.
Yang pernah menahan air mata dan tangisan, pasti tahu rasanya Se sesak apa.
Ia menumpahkan air matanya tanpa suara, takut terdengar oleh bundanya. Bersamaan dengan air mata Bulan yang jatuh, hujanpun turun dengan sangat deras.
"Sebenarnya gue salah apa sih? Kenapa tante benci banget sama gue. Hiks"
"Jadi, begini ya rasanya di bentak"
.
"Hoooam" Tari menguap
"Tumben banget udah ngantuk aja nih gue. Padahal masih jam 9"
"Cuci muka dulu deh"
Tari menuju walk in closet yang berada di kamarnya untuk melakukan rutinitasnya sebagai wanita.
Dimulai dari mencuci mukanya terlebih dahulu.
Tetapi, saat baru saja membasuh air ke wajahnya. Tangan Tari tak sengaja menyentuh dahinya sendiri. Ia merasakan ada sesuatu yang menempel di dahinya, ia mengangkat wajahnya untuk melihat sesuatu yang menempel di dahinya dari cermin.
Ia bingung saat melihat sebuah plester menempel di dahinya, ia meraba plester tersebut dan melepaskannya perlahan hingga menampakkan memar di dahinya."Plester? Siapa yang makein gue plester? Tapi gue gak ngerasa makek plester deh tadi. Apa jangan-jangan Sam? Arrhgg.. masa sih. Mana mungkin dia ngelakuin itu" Tari mengacak rambutnya sendiri, saking bingungnya memikirkan siapa yang mekaikannya plester.
Tari membuang plester tersebut kedalam tempat sampah begitu saja
.
Sedangkan Intan tengah memeluk boneka pemberian Langit sedari pulang dari mall, ia sama sekali tidak mau melepaskannya.
wangi boneka tersebut seperti wangi parfum Langit, itu lah penyebab Intan tak bisa lepas dari bonekanya."Malem ini lagi hujan. Baby Sky temenin Intan bobo ya. Dingin niih, coba aja kalau Skyang ada disini. Duh.. nambah anget deh" Intan ngehalu Langit ada di pelukannya
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN
Teen FictionApakah ini memang sudah ditakdirkan? Apanya yang sudah ditakdirkan? Bulan yang selalu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh si gadis cantik yang bernama REMBULAN PURNAMA. Jikalau si gadis sedih, Bulanpun akan ikut bersedih. Ia akan tertutup oleh aw...