4. | Hanya sahabat

7 4 1
                                    

"Perasaan seseorang memang tak bisa dipaksakan.
Tapi, bisa diperjuangkan."

~Farrell Raynar Alvaro~

____________________________________________

Hari sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dan Kyla masih bergelung di dalam selimut tebalnya.

"Kyla!" Teriakan kencang Bundanya menggelegar sampai ke lantai dua di mana kamar gadis itu berada. Namun sedikitpun tak dihiraukannya. Gadis itu mungkin masih berada di alam mimpi.

Sudah berapa kali Bundanya berteriak, ia juga tak kunjung merespon. Bundanya yang geram akhirnya memutuskan untuk menyeret paksa gadis itu dari singgasananya.

Brakk!
Bundanya membuka kasar pintu kamar anak gadis satu-satunya itu. "Kylaaaa!" Teriaknya lagi, namun nihil, tidak ada tanda-tanda bahwa Kyla sudah sadarkan diri dari alam bawah sadarnya.

Lalu Bundanya menggoncang badannya. Namun hasilnya juga sama. Akhirnya dipakailah cara jitu Bundanya yang paling ampuh.

Bundanya naik ke atas tempat tidur anaknya itu, lalu menarik tangan anaknya sampai berdiri. Nah! Barulah putri tidur itu terbangun.

Ia mengucek matanya sambil menguap.
"Kenapa sih Bun? Hoam...." Ia menguap tanpa menutup mulutnya. Spontan Bundanya menutup hidung, lantaran bau yang berasal dari mulut gadis itu sangat bau. Iler yang kini mengering ia garuk-garuk dengan keadaan yang masih setengah sadar. Gadis itu masih mengumpulkan nyawanya.

"Pake nanya kenapa lagi! Udah siang! Anak gadis kok bangunnya siang." Omel Bundanya lalu berjalan keluar dari kamarnya. Namun saat di tengah pintu ia berhenti sejenak. "Di bawah udah ada Farrell, buruan gih." Ucapnya lalu berlalu.

Kyla berdecak malas. "Apaan sih tuh babi, pake acara dateng ke rumah pagi-pagi segala." Gerutunya lalu langsung keluar dari kamarnya.

"Ngapain Rell?" Tanyanya saat ia sudah berada di tiga anak tangga terakhir.

Farrell melihat ke arahnya, lalu terlihat seperti menahan tawa.

"Pfftt, Hahaha"

"Ngapain ketawa?"

"Hahaha."

"Apasih Rell?"

"Hahaha." Farrell belum juga berhenti tertawa.

Kyla yang geram langsung mencubit lengan cowok itu. "Nyebelin banget sih lo! Ngapain lo ketawa hah?!"

"Ya jelas ketawa lah, orang penampilan kamu udah kayak babi ngepet ketangkep warga." Cibir Bundanya yang kini menyajikan minuman dan cemilan di atas meja.

Tawa Farrell semakin menjadi-jadi dibuatnya. Sedangkan Kyla hanya memberengut. Ia langsung duduk di samping Farrell dan mengambil jus alpukat yang baru saja diletakkan Bundanya.

"Makasih Bunda." Ucapnya lalu meminum jus itu.

"Nahkan jorok, belum cuci muka aja udah langsung nyosor es." Cibir Bundanya lagi.

"Mandi dulu Kyl, minimal cuci muka dulu kek." Ujar Farrell lalu mengambil minuman juga.

"Mentang-mentang gue bukan doi lo, lo gak malu berulah depan gue, hahaha."

"Ish, diem Rell."

"Kyla punya doi?" Tanya Bundanya yang kini juga sudah duduk di dekat mereka.

"Ya pasti punya lah Bun." Jawab Farrell lalu tersenyum jahil ke arah sahabatnya itu.

"Apa sih Rell!" Geramnya. Matanya mendelik ke arah cowok itu.

"Hmm, Bunda kira doinya Kyla tuh Farrell." Celetuk Bundanya yang membuat Farrell yang baru saja hendak membuka mulut untuk menjahili Kyla dengan kata-kata ejekannya kini bungkam.

"Idihh, apa sih Bun, Farrell tuh cuman sahabat Kyla yang sampe kapanpun ga bakalan pernah lebih dari itu." Sahut gadis itu sambil menyedot habis minumannya. "Kyla mandi dulu ya." Ucapnya lagi lalu berlalu meninggalkan Bunda dan Farrell yang sudah terdiam.

"Hmm." Farrell menghela nafasnya.
"Aduh Rell, Bunda kira dia bakalan berubah, ternyata enggak." Ucap Bundanya dengan agak tidak enak dengan Farrell.

"Gapapa kok Bun, perasaan memang ga bisa dipaksakan." Ujar Farrell lagi lalu tersenyum.
"Lagian, Kyla udah nemuin cowok yang benar-benar bisa bikin dia jatuh cinta. Dan yang pastinya bukan cowok jahil kayak Farrell." Ia terkekeh pelan.

Bundanya kini mengelus pelan bahu anak laki-laki dari sahabatnya itu. "Bunda udah ga tau mau gimana lagi kalo udah gini nak, kita cuman bisa liat kedepannya aja ntar gimana."

"Tenang aja Bun, perasaan seseorang memang gak bisa dipaksakan, tapi bisa diperjuangkan."

****

Kyla yang sudah selesai mandi kini turun lagi ke lantai bawah. Dilihatnya di sana masih ada Farrell dan Bundanya yang sedang asik berkelakar.

"Rell, btw tadi lo ke sini mau ngapain?" Tanyanya lalu duduk di sebelahnya.

"Oh itu? Gak ngapa-ngapain kok, cuman mau main aja, and ngobrol sama Bunda mungkin?" Jawabnya yang membuat gadis itu semakin cemberut.

"Gue kira mau ngajak jalan-jalan, ih ga seru, gue balik ke kamar lagi deh." Beo gadis itu lalu bangkit dari duduknya.

"Haha, jadi lo mau diajak jalan-jalan nih ceritanya?" Goda Farrell sambil melirik ke Bundanya.

"Ya iya lah, bosen tauk."

"Oke, yuk! mau ke mana nih? Mall? Pantai? Bioskop? Taman? Atau apa gitu yg seru."

"Bioskop!" Jawabnya antusias dan langsung diangguki oleh cowok itu.

"Yeay! Bunda, Kyla pergi dulu ya." Pamitnya mencium punggung tangan Bunda lalu berjalan meninggalkan Farrell yang juga masih ingin pamitan dengan Bundanya.

"Gimana Rell?" Bisik Bundanya pelan sambil memberi kode kepada cowok itu.

Farrell tersenyum lebar. "Kesempatan emas Bun, haha."

****

TBC🌻

SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang