9. | Sebuah Kejujuran

7 5 1
                                    


"Harapku, jika kamu memang tidak bisa menerimaku,
tolong jangan paksa aku untuk berhenti.
Karena,
Aku sudah terlanjur jatuh terlalu dalam,
dan sulit bagiku untuk kembali menjadi biasa saja."

~Farrell Raynar Alvaro~

____________________________________________

"Apa gue terlihat egois ketika gue sangat membenci orang yang berusaha ngendeketin lo?" Tanyanya lagi memperjelas.

"Maksudnya?" Kyla masih belum mengerti.

"Please Kyl, cukup sudah lo bersikap pura-pura gak peka kayak gini,"
"...jujur gue capek."

"..."

"Jujur, gue suka sama lo Kyl." Akhirnya ia jujur dengan perasaannya selama ini.

Kyla membatu, tangannya terasa dingin, bibirnya kelu.
Hal yang sangat ia takutkan kini terjadi adanya.

"Ke...kenapa bisa Rell?" Tanyanya terbata dengan bodohnya.

"Gue sayang sama lo, gue gak mau kehilangan lo, gue udah mendam perasaan ini udah sejak lama," Jujurnya lagi bertubi-tubi.

"Ta...tapi Rell,"

"Gue tau, lo gak bakalan nerima gue, tapi gue harap lo gak akan nyuruh gue buat berhenti sayang sama lo, buat cinta sama lo."

"Maaf Rell." Ucapnya dengan tertunduk.

"Lo gak perlu minta maaf sama gue Kyl." Farrell tersenyum menatap Kyla yang kini sedang tertunduk.

"Tapi," Jedanya lalu mengangkat kepala gadis itu agar menatapnya.

"...gue harap, jika elo memang gak bisa nerima gue, tolong jangan paksa gue untuk berhenti." Ucapnya serius sambil menatap lekat manik mata Kyla.

"Karena,"
Farrell masih menatap lekat manik mata gadis dihadapannya itu. Lalu ia tersenyum, senyum yang sangat sulit diartikan dari Kyla.

"...gue udah terlanjur jatuh terlalu dalam, dan sulit bagi gue buat kembali jadi biasa aja." Finalnya lalu menantikan reaksi yang akan diberikan Kyla.

Kyla tak bergeming, ia masih menatap dalam mata coklat sahabatnya itu. Bibirnya kelu, ia tak tau hendak berkata-kata apa lagi.

"Diamnya lo gue anggap bahwa lo mulai risih sama gue," Tuduh Farrell sepihak. Namun Kyla tak menyangkalnya, ia memang benar merasakan apa yang barusan dikatakan Farrell.

"Kalo gitu, mari kita pulang." Sambungnya lagi sambil mengamit tangan Kyla dan menggandengnya ke kasir lalu berjalan seperti yang biasa mereka lakukan.

Kyla masih terdiam, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia masih tak menyangka kejadian ini benar-benar nyata.

****

"Rell." Panggilnya sambil berusaha agar suaranya terdengar oleh cowok itu yang kini terlihat sedang fokus mengendarai motornya.

"Hmm." Deham Farrell menyahuti dengan tatapan yang masih fokus ke jalanan.

"Kenapa lo bisa suka sama gue?" Tanyanya yang membuat Farrell berdecak kesal.

"Memang gue harus punya alasan gitu buat suka sama lo?" Farrell balik bertanya.

"Ya gimana ya, gue kan heran Rell, eumm."

"Heran kenapa lagi sih?" Tanya Farrell agak mengeraskan suaranya, sedangkan pandangannya masih fokus ke jalanan.

"Gue heran, kok elo bisa suka sama gue."

Farrell terdiam, sepertinya sahabatnya ini memang sangat-sangat tidak peka.

SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang