Rasa ini tumbuh sendirinya dari apa yang kita pikirkan.
Lantas, jangan menyalahkan dirinya yang mungkin tak sadar dengan apa yang telah ia perbuat.
Siapa yang salah di sini?
Dia dengan segala perhatian kecilnya yang wajar-wajar saja, atau pikiranmu sendiri yang tanpa sadar sering merekayasa keadaan?____________________________________________
"Bunda! Kyla berangkat dulu ya." Pamit seorang gadis yang terlihat sedang terburu-buru.
Ia berlari dengan sebuah tas yang tersampir di punggungnya.
Roti yang baru saja masuk ke dalam mulutnya, tak sempat ia telan.Bundanya hanya keheranan dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah putrinya yang sangat ceroboh itu.
Tiada hari tanpa tarlambat bagi seorang gadis yang sering disapa Kyla. Ia selalu saja santai dalam melakukan segala hal, seolah waktu bersedia berhenti untuk dirinya.
Ia sesekali melirik ke arah jam tangannya, seakan sedang memperhitungkan waktu.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima menit, sedangkan kelasnya akan dimulai pada pukul delapan, ia sudah terlambat lima menit! Gadis itu pun semakin mempercepat larinya.
Ia memang tidak pernah memakai kendaraan untuk pergi ke kampusnya, karena jarak rumah menuju kampusnya itu lumayan dekat, hanya terbentang jarak sekitar 200 meter.
Sesampainya di depan gedung fakultasnya, ia beristirahat sejenak, sekedar untuk mengontrol nafasnya sebelum masuk ke dalam kelas dan menghadapi dosennya.
"Untung aku jago lari." Celetuknya pelan.
Keringatnya sudah membasahi baju yang ia pakai, sedangkan nafasnya masih memburu."Hey, kamu kenapa?" Tanya sebuah suara yang sanggup membuat Kyla yang sedang kecapean menjadi terkejut.
Mata gadis itu melebar, dan dengan perlahan ia memutar kepalanya kebelakang untuk mengetahui siapa gerangan sumber dari suara tersebut.
"Ehh, hai." Terlihat sesosok laki-laki yang sangat dikenali Kyla.
"Hah!" Refleks gadis itu melompat kaget. Laki-laki itu kini mengerutkan keningnya sembari menggaruk tengkuknya yang sedikitpun tidak terasa gatal."Kamu mau kemana?" Tanyanya lagi agak sungkan.
Kyla masih terlihat berusaha mengontrol nafasnya, lalu sesaat kemudian ia membuka suara.
"Gue mau ke kelas, tapi udah telat nih, hehe." Cengir Kyla sambil tersenyum paksa.Laki-laki itu terlihat membulatkan mulutnya seolah mengerti, lalu ia kembali bersuara.
"Btw, kelas kamu di mana?"Bagaikan tersambar petir disiang hari, Kyla terdiam, ia tercekat tak tau mau berkata apa lagi untuk menjawab pertanyaan dari laki-laki di hadapannya ini.
"Kamu kenapa?" Ia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gadis yang sekarang terlihat cengo itu.
"Ehh, ga... Gak kenapa napa kok." Jawab Kyla agak terbata.
"Gue duluan ya." Sambungnya lagi lalu bergegas masuk ke dalam kelasnya.Betapa terkejutnya laki-laki itu setelah dilihatnya gadis itu memasuki kelas yang sama dengannya.
"Ternyata dia satu kelas denganku." Batinnya dengan sedikit perasaan bersalah. Namun kemudian ia mengedikkan bahunya merasa bodo amat dengan hal itu, dan kemudian ia menyusul gadis itu ke dalam kelas.
Baru selangkah ia menginjakkan kaki ke dalam kelas, atmosfer yang ia rasakan seketika berubah.
Terlihat gadis tadi sedang tertunduk sambil sesekali mengangguk mendengarkan siraman qalbu dari pak Dosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu
ChickLitUntukku dan untukmu Kita mungkin satu Tetapi mungkin tak bisa menyatu Kau candu Kau juga rindu Tapi apa yang terjadi setelah itu Kita hanya berakhir di sebatas temu Yang berujung sendu.