Telulas : Akhire

3.4K 184 17
                                    

Duduk di tengah, di antara Mbak Fitri dan Mas Satria adalah salah satu bentuk training sebelum pergi ke neraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk di tengah, di antara Mbak Fitri dan Mas Satria adalah salah satu bentuk training sebelum pergi ke neraka. Tadi sewaktu berangkat ke pikatan, aku berhasil menduduki kursi depan disamping Mas Heru yang menyetir. Kali ini, saat kita akan ke Magelang untuk membeli oleh-oleh, aku kebagian tempat duduk paling belakang bersama Mbak Fitri dan Mas Satria karena kursi depan sudah ditempati oleh bapak. Aku pikir, karena berangkatnya aku di depan, seharusnya seterusnya aku di depan juga, ya kan? Tetapi bapakku juga tidak mau kalah. Dengan alasan bahwa jika duduk di belakang beliau akan mabuk, berhasil mengelabuhiku. Lihat saja, bapakku itu sedang tertawa terbahak-bahak di depan bersama Mas Heru, sedangkan aku menderita di belakang sini. Tetapi ya sudahlah, daripada jadi anak durhaka.

Aku memutuskan untuk menikmati situasi ini, "Mas, udah liat ini belum?" aku menunjukkan sebuah poster film. Mas Satria mengambil hape yang aku pegang dari tanganku. Kami curi-curi kesempatan untuk saling memegang tangan walau hanya sekejap. "punya nggak di laptop, Mas?"

"Belom," Mas Satria sedikit menggeser tubuhnya, aku pun meringsek lebih dekat. Memang ya kalau orang pacaran itu kadang lupa situasi dan kondisi. Lupa tempat juga kadang. Aku jadi memaklumi beberapa orang yang bisa sampai ngewe di semak-semak atau bangunan kosong yang kotor. Ya itu, sudah enak, kepalang tanggung dan tinggal di ujung. Crut. "Nanti kalau udah ada, Mas kasih."

"Lewat apa?"

"Gampang. Mas upload ke google drive, nanti Mas kasih link-nya ke kamu."

"Ekh hmm!!"

Kaget. Aku kira barusan ada gorila lagi bersin. Ternyata Mbak Fitri pura-pura batuk. Aku dan Mas Satria langsung kembali ke posisi kami semula. Aku mencondongkan tubuhku sedikit ke depan, "Arion mau Om Afik pangku nggak?" baris kedua, dimana hanya ada dua kursi ini ditempati oleh ibu dan Mbak Kartika juga Arion yang sesekali ke depan mengganggu bapaknya. Tujuanku menawarkan diri untuk menjaga Arion agar anak ini memecahkan suasana suram di baris belakang.

Aku mengulurkan kedua tanganku dan Arion langsung menanggapi. Untung bocil satu ini mau diajak bekerjasama. "Eh, Om punya jajan nih, Ari mau nggak?" tawar Mas Satria begitu Arion sudah anteng di pangkuanku. Dan bocil mana yang menolak dikasih jajan, ya kan? Jadilah Arion sedikit condong ke arah Mas Satria dan aku, karena dalam posisi memangkunya, jadi ikutan condong ke arah Mas Satria. Beberapa kali Mas Satria dan aku menggoda Arion dan membuat keponakan pertamaku ini tertawa terbahak. Saking asyiknya, aku tidak menyadari betapa rapat posisiku dan posisi Mas Satria. Tubuh kami saling berdempetan, dan itu membuat ekspresi Mbak Fitriana bete. Padahal aku tidak ada maksud untuk memanas-manasi. Semuanya terjadi secara natural.

"Ya ampun kalian itu kayak Hatsukoi no Kanata deh!" komentar Mbak Kartika, "bentar jangan gerak, sini hadap kamera," Mbak Kartika memberi arahan dari bangku di depan kami, "Arion sini ngadep kamera Mama!" dan cekrek, Mbak Kartika mengambil beberapa gambar kami bertiga. "Kawaaiiiii, coba deh Mas lihat!" seru Mbak Kartika

TAUFIK THE SERIES I : MAS SATRIA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang