Songo : Sowan

2.7K 177 8
                                    

Aku bangun masih dalam pelukan hangat Mas Satria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bangun masih dalam pelukan hangat Mas Satria. Aku bahkan merasakan kegarangan penis milik Mas Satria yang tengah dilanda serangan fajar. Tanganku gatal sekali ingin ke bawah sana dan mengocok penis itu pelan. Namun ketika aku mengingat perkataan Mbak Fitri semalam, aku jadi malas. Tidak mood. Secara hati-hati, aku memindahkan tangan Mas Satria yang tengah memelukku. Aku juga menyingkirkan kakinya yang secara posesif memperlakukanku bagai guling. Setelah terbebas, aku meregangkan tubuhku, ke kiri dan ke kanan, lalu menarik kedua tanganku ke atas. Duduk di tepi ranjang sebentar, sebelum akhirnya keluar kamar. Yang aku temukan pertama kali adalah Mas Heru yang tengah memandikan Arion di kamar mandi ketika aku mau kencing. Arion sudah berada di dalam ember hitam besar berisi air hangat, sedangkan Mas Heru disampingnya hanya mengenakan celana bola.

Karena kebelet pipis, aku tidak begitu memperhatikan mereka. Berjalan begitu saja masuk ke dalam toilet sambil teriak permisi. Di rumahku memang kamar mandinya ada 3 bagian. Bagian pertama bagian luar, biasanya dipakai untuk mencuci karpet, atau panci-panci besar. Jika ada kegiatan hajatan, bagian ini lah yang dipakai oleh ibu-ibu untuk mencuci dandang-dandang besar. Masih beralaskan semen basah dengan permukaan tidak rata, jadi tidak licin walaupun sering terkena air. Nah, posisi Mas Heru dan Arion ada di sini. Di bagian depan ini juga terdapat mesin cuci. Mesin cuci yang dibelikan oleh Mas Heru beberapa bulan yang lalu. Mas Heru itu memang menantu idaman. Ibuku saja sayang banget sama Mas Heru, sudah seperti anak sendiri. Lalu di belakang bagian kanan ada kamar mandi. Di dalamnya terdapat bak mandi, gayung dan beberapa peralatan mandi lainnya seperti sampo dan sabun mandi. Ini yang biasanya dipakai untuk mandi. Alasnya pun sudah menggunakan keramik. Di sebelahnya ada toilet untuk buang air kecil atau buang air besar.

Bapakku merancang ini semua agar orang yang mau mandi dan buang air besar tidak harus saling menunggu. Oleh karena itu dipisah.

"Tumben Mas, Mbak Kartikanya ke mana?" tanyaku begitu sudah keluar dari toilet. Mas Heru memang jarang memandikan Arion. Aku bahkan baru kali ini melihatnya dan tersadar, ketika aku sedikit menundukkan pandanganku, tatapanku terpaku pada celana bola milik Mas Heru. Celana bola itu berwarna putih dan tipis, juga sedikit basah karena Arion mencipratkan air ke mana-mana. Biji kontolnya tampak begitu tertekan oleh celana bola tersebut. Sedangkan kontolnya diposisikan ke atas oleh Mas Heru. Semua itu tampak berbayang di celana bola putihnya yang sedikit basah.

"Lagi ke pasar sama ibu," jawab Mas Heru yang kali ini mengambil sampo dan mengusapkannya dengan lembut ke rambut Arion, "Tumben kamu udah bangun, Fik?"

Aku tertawa, "Asem ik!" Asem ik itu umpatan yang sering warga sini ucapkan. Umpatan ini termasuk dalam golongan umpatan yang sedikit lebih sopan. "Biasa juga aku bangun pagi, kok!" belaku. Ya kalau aku tidak membela diriku sendiri, siapa yang akan membelaku coba?

"Masak?" Lha? Nggak percaya dia! Aku memilih mengabaikan Mas Heru dan malah menciprati Arion dengan air dingin dari keran yang membuat ponakanku itu menjerit marah.

TAUFIK THE SERIES I : MAS SATRIA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang