23. Dad and Son

3.8K 1K 549
                                    

Luxurious car, Ferrari 812 superfast merah berhenti di salah satu kedai kopi asal amerika dengan merk terkenal di seluruh dunia.

Pengemudi mobil itu adalah Wooseok. Dengan mengenakan turtle neck warna abu-abu muda, flanel shirt motif kotak warna merah maroon dan outer mantel panjang selutut warna cokelat moca. Di seluruh negara ini, bisa dipastikan kalau bapak-bapak paling fashionista ya cuman Wooseok seorang.

Banyak wanita cantik yang bersedia menjadi mahmud untuk Gafian, tapi, di mata Wooseok janda lebih menarik.

Hujan gerimis yang ngga berhenti-berhenti sejak dua setengah jam yang lalu memaksanya untuk sedikit berlari dari tempat parkir masuk ke dalam kedai.

Setelah hampir satu bulan, Gafian baru mau diajak bertemu. Itupun Gafian kasih waktu hanya tiga puluh menit.

Wooseok jelas harus menghargai tiga puluh menit berharga itu baik-baik.

Pelayan kedai menyambut kedatangan Wooseok, tapi Wooseok ngga memedulikan mereka. Wooseok sibuk nyari dimana anaknya berada.

Ketemu! Itu dia! Bahkan tanpa janjian mereka mengenakan coat dengan warna dan merk yang sama. Tahun kemaren mereka ikut London Fashion Show dan mendapat penghargaan sebagai Dad and Son goals.

Mereka berdua emang udah digadang sebagai Ayah dan Anak terseksi dan paling diminati di Asia sih.

Gafian menatap malas ke arah si Papih. Beneran males banget tapi ya gimana, harus hormat juga kan. Mau seganteng, segagah, sesukses apapun Gafian, dia tetap merupakan bagian dari Wooseok.

"Waktu Papi tinggal 20 menit."

"What, butㅡ"

"Tinggal 19 menit 30 detik."

"Okay. Okay. Papi cuman mau tanya, kamu kapan pulang? Ngga ada yang berubah mau se-lama apapun kamu kabur dari rumah. Iya, ini salah Papi. Tapi Papi nggak bisa membatalkan pernikahan Papi sama tante Soojin yang udah dipublikasikan. Papi yang salah karena nggak ngasih tau ke kamu siapa wanita itu. Papi minta maaf. Papi tau itu berat buat kamu dan Papi nggak akan memaksa kamu menerima ini semua, cuman, tolong, hormati wanita itu. Jangan benci dia. Ngga apa-apa kamu nggak bisa tinggal serumah sama kita. Tapi, setidaknya, kamu harus datang di hari pernikahan kita."

Papinya kelihatan desperate banget. Bahkan pas Mami kandung Gafian memilih meninggalkannya dan berselingkuh dengan laki-laki lain yang waktu itu jauh lebih kaya dari Wooseokㅡtapi kabarnya sekarang perusahaannya udah bangkrut dan mereka jatuh miskin, Wooseok nggak sekacau ini.

Mau kasihan, tapi diri sendiri juga sama ngenesnya.

Gafian menghabiskan sisa waktu dua puluh menit yang ia berikan tadi untuk menghabiskan minumannya tanpa ada tanda-tanda memberi jawaban. Wooseok ngga nanya lagi soalnya dia ngerti anaknya ini kalo lagi kesel sikapnya agak jelek. Gafian kan reckless banget.

"Oke kalau belum bisa kasih kepastian. Kamu pikirin dulu nantiㅡ"

"Aku nggak mau, Pi."

Wooseok terus terang kecewa. Harapannya pupus. Tapi dia juga nggak bisa marah ke Gafian karena Gafian nggak salah. Pasti menyakitkan mendatangi pesta pernikahan itu kalau ada diposisi Gafian.

"Aku nggak mau fitting jas sendiri. Papi mau nganterin kan?"

"Aku juga mau temen-temenku diundang. Sanha, Nancy dan Aisha. Mereka suka makan gratis soalnya."

"Everything for my son!" Saking bahagianya Wooseok memanggil pelayan yang barusan lewat untuk menyerahkan debit cardnya. Membeli tiga ratus cup kopi termahal untuk dibagikan kepada siapapun di ruangan ini yang mau. Di bawa pulang dan dibagiin ke satu kelurahan juga boleh. Pokoknya ini syukurannya Wooseok.

Royaltionship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang