Meskipun akhir-akhir ini sibuk karena banyak acara di rumah, hal itu sama sekali nggak memengaruhi nilai Shasha.
Ulangan hariannya sempurna, nilai kuis dadakannya sempurna, semua tugas yang harus segera dikumpulkan karena waktu untuk ujian kelulusan dan ujian masuk universitas akan segera tiba juga sempurna.
Semua orang memandang Shasha sebagai sosok putri yang sempurna. Seolah hidupnya tidak pernah kurang apapun.
Wajah yang cantik, otak cemerlang, kehidupan gemilang, Mama yang memberikan segalanya untuk dirinya... wah, terdengar seperti kehidupan impian, bukan?
Semua orang ingin menjadi Shasha, tapi, suatu hari Shasha pernah tenggelam dalam pikirannya, 'kenapa sih, gue harus jadi Shasha?'
Shasha sempat khawatir. Padahal, khawatir itu nggak perlu. Karena hidup orang lain memang ditakdirkan untuk terlihat lebih indah daripada hidup kita sendiri.
Realistisnya, mari kita lihat sedikit manusia manusia yang masih kesulitan buat mandi dan minum karena air bersih yang susah didapat. Mari kita lihat manusia lain di negara sana yang setiap hari terancam teror, terkena ledakan, bahkan bernafas saja rasanya tidak tenang. Mari kita lihat betapa banyak manusia di luar sana yang susah payah mencari sisa makanan yang masih layak makan walau dari tempat sampah. Demi bertahan hidup, ada beberapa orang yang harus rela makan makanan sisa orang, makanan yang sudah dibuang orang lain.
Memang, banyak manusia yang ekonominya di atas kita, dan gemerlapnya dunia mereka terasa sangat nyaman. Kerlap kerlip itu begitu cantik, siapapun yang melihat mungkin akan iri. Tapi jangan salah, yang ekonominya jauh di bawah kita juga nggak kalah banyak. Mungkin jutaan manusia. Dan jutaan manusia itu ingin mencuri kehidupanmu.
Sekali lagi, kehidupan orang lain memang sudah ditakdirkan untuk terlihat lebih mudah dari pada kehidupan diri sendiri.
Begitu juga kehidupan Shasha.
Di malam minggu yang mana merupakan hari tenang detik-detik ujian nasional, malam ketika Chenle meminta Shasha untuk mengajarinya suatu materi Kimia di Animal Cafe, Shasha mendapat tamu spesial yang sudah sangat lama tidak ia temui.
Oh, soal Mama dan Papanya, mereka sudah berangkat ke Qatar dua hari yang lalu. Shasha dan Gafian turut mengantar kepergian mereka ke bandara.
Bukannya nggak bahagia, tapi setelah Mamanya pergi untuk bulan madu ke Qatar bersama suaminya, Shasha mulai kesepian dan merasa kalau Mamanya bukan hanya miliknya saja sekarang. Untuk beberapa malam tidur dengan nyenyak adalah hal yang sulit bagi Shasha. Relung hatinya terasa kosong, Shasha sedih tanpa alasan yang jelas. Mungkin bawaan hormon juga, karena harusnya ini sudah tanggal Shasha untuk mulai datang bulan.
Dan perasaan kelabu itu makin menjadi-jadi di malam minggu yang harusnya menyenangkanㅡ karena Haku dan Mata akan bermain dengan Daegalㅡ Menjadi sangat tidak menyenangkan karena kehadiran tamu tersebut.
"Papa minta uang 500 juta. Malam ini. Atau kasi Papa ATM kamu."
Sosok yang sudah lama pergi, sosok yang beberapa tahun terakhir tidak pernah Shasha lihat lagi, seorang Ayah yang melalaikan tanggung jawabnya sebagai Ayah, seorang Ayah yang nggak pernah ada untuk mengajari anaknya naik sepeda, seorang Ayah yang nggak pernah ada untuk memarahi teman anaknya ketika anaknya dijahili, Seorang Ayah yang nggak pernah ada untuk menemani saat-saat Shasha diopname karena terlalu ambis belajar, seorang Ayah yang nggak pernah datang untuk mengambil raport Shasha ketika Mamanya sibuk... kini datang secara mendadak, di malam minggu yang mendung, dengan pakaian branded yang terlihat kotor dan meminta uang lima ratus juta.
Mata Shasha berkaca-kaca. Ini adalah pertemuan pertama setelah bertahun-tahun, bukannya menanyakan kabar atau datang untuk menemani Shasha agar tidak kesepian, sosok yang terkadang Shasha rindukan itu malah merampoknya. Meminta uang sebanyak itu semendadak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royaltionship [✓]
FanfictionBukan sekedar cinta segitiga biasa, ini adalah kisah cinta segitiga orang kaya. ㅡcindereyna, 2O2O