Between Us 2

6.8K 1.3K 225
                                    

Voter ke berapa nih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter ke berapa nih?








Anne saja sampai tidak bisa membendung bagaimana suara melengking Hera ketika ia menceritakan apa yang terjadi. Barisan pohon-pohon dan gedung seakan berlari kala Anne menyandarkan kepalanya pada jendela bis. Kartu nama yang Seokjin berikan tiga hari lalu ia genggam, dan Anne mengangkat tangannya hanya untuk mengulangi kata apa saja yang tertera di sana. Bahkan penjelasan Hera yang bersemangat kembali membumbung di dalam telinganya.

"Kau benar-benar tidak tahu keluarga mereka?! Anne, kau sepertinya baru saja mendapatkan keajaiban yang sangat indah. Keluarga Choi adalah salah satu perusahaan otomotif yang terkenal! Dan dia menawarimu tinggal bersama?! Sial, kau harus membagi keberuntangnmu itu jika kecantikanmu tidak mungkin diberikan padaku."

Anne menurunkan tangannya pasrah, dan ia mengembuskan napas kelewat panjang, "Hanya demi penelitian, Hera. Demi penelitian," gumam Anne pada dirinya sendiri. Tas ransel hitam Anne sampirkan pada pundaknya kala kakinya turun dari pijakan bis. Ia bisa melihat pintu masuk komplek perumahan mewah di sana. Sungguh? Lalu bagaimana caranya Anne masuk jika ada sebuah portal yang seakan tidak mengijinkan kakinya pergi ke dalam.

Jika seperti ini, Anne menyadari betapa sebuah dunia berbeda di luar jangkauannya benar-benar ada. Tapi, jelas kartu nama ini memang memiliki kekuatannya sendiri. Setelah Anne menghubungi Seokjin seperti yang diarahkan sebelumnya, Anne berhasil membawa langkahnya masuk. Mengamati puluhan rumah dengan desain kelewat mewah. Ia menoleh ke belakang punggungnya. Pasti akan sangat merepotkan jika ingin memesan makanan pesan antar, dan ia mendadak ragu orang-orang di sini mengetahui nasi kimchi kemasan.

Berdasarkan alamat yang Seokjin berikan, Anne sudah mendapati dirinya berdiri di salah satu rumah dengan pagar berwarna hitam tinggi. Beruntung sinar matahari tidak terlalu terik, kendati ia bisa mengeluh seharian jika gerahnya mampu membunuh pori-pori kulit. Tapi sungguh, saat ia mengintip dari celah-celah pagar, Anne bisa menjamin barangkali ia bisa menggunakan jalan menuju depan rumah itu untuk berlari santai di sore hari. Sembari meneguk salivanya, dan membawa sebuah ransel pada pundaknya, Anne lalu menekan tombol interkom pada sisi pagar di mana ia yakin terpasang kamera cctv di sana.

"Ada yang bisa saya bantu?" kotak berwarna hitam itu bersuara terlebih dulu, dan Anne yakin itu adalah seorang laki-laki paruh baya.

Sedikit gugup, Anne pada akhirnya menjelaskan tujuannya, "Maaf, aku Jeon Anne," jedanya sembari menunjukkan kartu nama Seokjin di sana, "Choi Seokjin-nim menyuruhku untuk datang ke sini."

Tidak berapa lama, suara roda pada bagian bawah pagar bergerak, dan Anne cukup terperangah bagaimana seseorang sudah berdiri di sana menyapanya, "Silahkan masuk Nona Anne, Tun Pertama sudah menitip pesan jika kau akan datang."

Menitip pesan. Kalimat itu membuat Anne yakin jika Seokjin berkata jujur mengenai kegiatan pergi ke luar kota, dan ia seakan tidak ingin kaget lagi apa yang akan terjadi jika Hera menjelaskan cukup banyak mengenai keluar Choi padanya.

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang