Between Us 37

2.3K 539 265
                                    




Terima kasih sudah dipenuhi tantangannya! Part ini panjang, boleh komen-komen di paragraf yang paling disuka.

Terima kasih sudah dipenuhi tantangannya! Part ini panjang, boleh komen-komen di paragraf yang paling disuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voter keberapa nih?





Anne dulu bisa mengatakan bahwa dia tidak bisa menempatkan perasaan yang sama seperti Seokjin jika membicarakan tentang Choi Taehyung. Anne dulu berpikir dan bersikap sebatas pemuda itu adalah sosok yang membutuhkan dampingan konseling, tanpa melibatkan rembesan perasaan lain di luar dari konteks profesionalitas. Tapi sekarang, Anne sedikit banyak bisa merasakan bagaimana kesedihan Seokjin, atau bahkan rasa antusias Juliet ketika ingin berinteraksi dengan Taehyung, namun sosoknya tidak ada di sana.

"Kenapa kau diam saja, Ann?" Vante berbicara dengan sebelah pipi yang menggembung oleh potongan donat. "Kau tidak suka donat, ya?" Kedua mata Vante tiba-tiba melebar. "Oh, atau jangan-jangan kau marah aku memakan donat ini?!"

Menahan rasa sesak yang mengiritasi bak luka sayat yang tidak sengaja terciprat oleh perasan lemon, Anne menggeleng. "Tidak, kok. Hanya sedang memikirkan sesuatu saja," timpal Anne saat ia menghindari tatapan mata Vante.

Entah kenapa dia tidak mampu melihat Vante lebih dari tiga detik sebab Anne takut ia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya di sana. Bisa dikatakan ini lebih dari sebulan Anne tidak mendapati perubahan kepribadian Taehyung secara berulang-ulang. Meskipun masih ada Vincent yang sempat menyapa, namun hal itu tidak terjadi secara lama. Untuk di dominan itu, Anne mengerti bahwsannya pemicu Vincent muncul memang lebih besar dan mungkin. Lantas, apa yang membuat Vante tiba-tiba muncul di saat Anne merasa ia dan Taehyung dalam taraf yang baik-baik saja?

"Kapan Juliet pulang sekolah?" kata Vante tiba-tiba setelah ia menghabiskan dua donat rasa vanila dan cokelat sekali duduk. "Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Dia pasti merindukanku."

Anne tidak yakin dengan itu, namun lengkungan pada belah bibirnya tercetak separuh hati meskipun tidak benar-benar kentara. "Sejak kapan kau akrab dengan Juliet, Vante?" tanya Anne tanpa diduga, bahkan Anne sendiri tidak memprediksi dirinya sendiri bisa bertanya seperti itu. "Maksudku, kau dan Juliet selalu terlihat memiliki hubungan yang hangat sekali."

Vante menggumam, pribadi itu juga melipat kedua tanagn rapi di atas meja. "Aku lupa," singkatnya sebelum menjingkatkan pundaknya. "Entah ya, sejak kapan. Memangnya kenapa, Ann?"

Anne perlahan menarik tangannya dari atas meja. Ia menggeleng di sana. "Tidak apa-apa, hanya ingin bertanya saja."

Do'a dan harapan Vante mungkin dikabulkan cepat oleh Tuhan. Sebab, tiga puluh menit kemudian, suara menggemaskan dari arah pintu terdengar menggema hingga mencapai dapur. Anne sudah hapal bagaimana si kecil Juliet akan menyapa Bibi Song dengan kalimat. "Juliet pulaaaang!" lalu menyerahkan tas dan topi bundarnya pada penanggung jawab rumah di kediaman Choi.

Sampai akhirnya, Anne, Vante dan Juliet terlihat duduk pada meja di teras samping di mana donat yang di bawa Anne malah mendapatkan eksekusi yang gemilang. Vante saja sampai membujuk Bibi Song agar tidak membuat laporan pada Seokjin, kalau Juliet tidak ingin makan siang dan memilih menghabiskan donat dengannya. Anne tidak tahu harus merasa bersalah atau tersanjung sebab buah tangannya disukai tanpa sisa.

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang