Between Us 35

3K 587 308
                                    

Voter ke berapa nih?

Marydianne tahu bahwasannya kelelahan manusia itu bisa dibagi menjadi berbagai macam-macam sisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Marydianne tahu bahwasannya kelelahan manusia itu bisa dibagi menjadi berbagai macam-macam sisi. Kelelahan fisik, pikiran, jiwa bahkan mental sekali pun. Hera saja sering mengeluh lelah dengan tuntutan kesibukannya dan hanya membutuhkan air hangat dari pancuran untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik.

Menatap kedua kaki dengan ujung-ujung jemari yang memerah, gemericik air hangat yang mengguyur dari pucuk kepala, Anne nyatanya tidak mendapatkan sesnsasi yang Hera agung-agungkan. Setidaknya untuk kali ini. Napasnya beberapa kali terembus penat, membuat tembok kamar mandi Taehyung yang dilapisi oleh batu marmer itu berembun lebih pekat selain dari uap air hangat. Anne mengusap wajah, lalu mendongak. Berpikir langkah apa lagi yang harus ia lakukan setelah ini. Atau lebih tepatnya, bagaimana ia harus merespons Taehyung setelah apa yang terjadi.

Ketukan pintu kamar mandi tiba-tiba merangsek rungu sampai Anne menoleh seketika ke arah sumber suara.

"Ann?"

"Ya, Tae?" Debar jantung Anne berpacu cepat sekali seiring ia mematikan air shower dan memasang pendengaran lamat-lamat. "Kau butuh sesuatu?"

"Tidak." Suara berat dan halus itu menjeda beberapa saat. "Apa kau butuh sesuatu?"

Suara Anne seakan terbungkam sempurna oleh lemparan pertanyaan yang Taehyung berikan. Anne tak sepenuhnya mengerti, apakah Taehyung sengaja bertanya ia membutuhkan entah apa itu? Lalu tebakan Anne dibenarkan langsung oleh Taehyung yang kembali berkata. "Apakah aku harus melakukan sesuatu agar kau merasa lebih baik? K—kupikir aku harus memberikan semacam ... tidak tahu ... b—bantuan?"

Anne menelan salivanya tanpa sadar, entah kenapa perasaannya semakin merasa aneh. Kekhawatiran yang coba ia abaikan menggelegak kembali.

"A—aku tidak membuat kesalahan kan, Ann?" suara Taehyung terdengar semakin gusar, terbukti ia beberapa kali menggumam di sana. "Seharusnya aku melakukan sesuatu tentang—"

"Tidak apa-apa." Anne memotong cepat, tangannya juga terlihat menggenggam ujung rambutnya dengan napas yang terembus panjang. "Jangan dipikirkan. Itu sudah terjadi dan kupikir kita memang tidak bisa menghindari itu dengan baik."

"Nanti tidak akan ada Juliet versi mini?"

Anne mengedip cepat. Ia bingung harus merespons Taehyung dengan kekehan lucu atau kekhawatiran yang sekarang Anne rasakan seperti diaduk sempurna dalam kuali batinnya. Anne memang sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa semua keputusan yang ia ambil sampai detik ini harus diterima baik buruknya. Mengenai bagaimana akhir yang akan dipersembahkan padanya setelah penelitian ini berakhir, Anne harus bersiap mengenai apa pun yang terjadi.

"Ann?" Taehyung memanggil kembali sebab sang lawan bicara tak kunjung menyahut.

Anne mengambil napas besar dan mengembuskannya perlahan. Gadis itu seakan sudah menghapuskan seluruh rasa ragu yang bersemayam dalam bekanya. Setidaknya itu Anne lakukan setiap detiknya untuk meyakinkan diri. "Julietnya cukup satu saja, ya. Aku dalam keadaan aman juga, seharusnya." Anne menelan salivanya, lalu mendongak untuk melihat lubang-lubang kecil pancuran yang menyimpan bulir air yang tak benar-benar menetes. "Sepuluh menit lagi aku selesai. Maaf aku mandinya terlalu lama."

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang