Bagaimana, sudah oleng dengan oknum yang pamer pamer di mana-mana?Hahahaha, emang suka banget kasih kejutan jantung. Part ini ada tantangan lagi ya, biar sama-sama semangat! Muehehehe. Sama seperti part kemarin, 500 komen untuk unlock next partnya yaaa.
Voter ke berapa nih?
Entah kapan tepatnya waktu Anne pertama kali meminum cokelat panas. Di saat usianya tujuh tahun? Delapan tahun? Atau bahkan lebih muda dari itu? Anne benar-benar lupa. Namun yang jelas, Marydianne ingat bahwasannya malam natal di mana cokelat panasnya terasa istimewa, bocah perempuan itu mendapatkan sepasang kaus kaki merah muda rajut dari nenek, dan Marydith dengan motif yang sama hanya saja berwarna kuning. Indah sekali memang. Hanya saja Anne tak pernah menduga jika secangkir cokelat panas dan kaus kakinya akan menjadi hal terakhir yang ia terima dari Papa, Mama dan juga Nenek.
Kecelakaan beruntun malam itu membuatnya hanya memiliki Mary sebagai satu-satunya sanak keluarga yang selamat. Ia ingat menangis keras sekali sampai kepalanya berat, sebelum akhirnya kehidupan hangat sepasang anak kembar identik itu terpelanting dengan sempurna dari buaian hangat. Maka, berpikir bahwasannya cara berkemah ini harus memberikan memori dan kenangan terbaik bagi Juliet, Anne berusaha untuk tidak mempersulit keadaan dengan kehadiran Vincent.
"Ann, you're not supposed to be here."
Kalimat Vincent berhasil membuyarkan sekelibat ingatan Anne tatkala ia membenarkan bando berwarna kulit milik juliet, dan juga syal rajut berwarna merah yang ia temukan di lemarinya sebelum datang ke rumah Choi. Syal milik Mary dulu, namun Anne tidak akan mengatakan itu pada siapa pun.
"Anne?" panggil Vincent saat ia memainkan ujung rambut Anne.
Suara tepuk tangan dari tengah bumi perkemahan membumbung, dan Anne lebih ingin berfokus pada suara petikan gitar dibandingkan Vincent yang sudah mulai berbicara menggunakan bahasa inggris di belakang punggungnya. Ya, dia harus segera mengantarkan Juliet ke tempat api unggun sebab jaraknya berada di ujung dari deretan van camp-van camp ini.
"Baiklah Jul," kata Anne saat ia berjongkok di depan Juliet. "Kau harus ingat untuk tidak terlalu dekat dengan api unggun, ya." Anne tersenyum saat tangannya membenarkan sweater yang Juliet kenakan. "Kalau ada apa-apa aku ada di depan camp van. Hampiri saja dan katakan apa yang kau butuhkan."
Bocah perempuan dengan bando berwarna kuning cerah itu mengangguk patuh saat matanya mendongak ke belakang punggung Anne. Juliet terlihat jelas lebih diam dan Anne tahu benar apa penyebabnya.
"Juliet akan baik-baik saja," kata Vincent saat ia menyandarkan sisi tubuhnya pada meja dapur van camp. Tatapan matanya terlihat tegas dengan sorot yang cukup mendominasi bahkan di saat ia tak banyak tingkah. "Jangan cengeng, ya bocah manis." Vincent menarik senyum saat ia mengulurkan tangan ke arah Juliet. "Ayo ku antar ke depan, biarkan Anne tetap berada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Resilience-Between Us ☑️
Fiksi PenggemarEBOOK VERSION COMING SOON Usia Anne tujuh tahun saat ia dibawa dari kota kecil Brussel ke Seoul. Hidupnya berubah drastis semenjak besar di panti asuhan. Tidak ada yang indah sampai ia memutuskan hidup sendiri. Saat perlahan nasibnya mulai membaik...