Reunited

45 6 2
                                    

***
Seorang anak berjalan santai di lorong sekolah, teman - teman yang menyapa, hanya ia balas dengan senyuman ramah.

Maliq memang terkenal menjadi siswa terpintar di sekolahnya, hingga banyak sekali yang mengenalnya.

Hari ini, ia akan melakukan ujian pertamanya, ia slalu berdoa, semoga menjalani ujian dengan lancar.

Maliq memang tak pernah sombong dengan kepintaran yang ia punya. Ia kerap sekali merendah pada setiap temannya dan sering kali ia membantu teman yang kesusahan mempelajari apa yang sudah diajarkan guru.

Seorang anak seumurannya menghampiri " Maliq!, kamu dari mana saja?, ko baru masuk, hari ini kan ujian, bagaimana kamu menjawabnya nanti, jika beberapa hari lalu tak ikut dalam pelajaran " Tuturnya dengan wajah cemas.

Maliq tersenyum dan menepuk pundaknya " Kamu tenang saja Rey!, aku udah belajar di rumah " Jawabnya menenangkan.

Rey menghela napas lega " Baguslah kalau begitu " Ucapnya tersenyum " Tapi kenapa kamu gak masuk? " Tanyanya penasaran.

Maliq merangkulnya, mengajaknya berjalan menuju kelas " Kamu sudah tau jawabannya Rey!, aku membantu ka Sita mencari uang untuk bayar kontrakan "

Rey mengangguk paham, lalu mereka berjalan bersama menuju kelas. Rey adalah salah satu murid yang paling dekat dengan Maliq, selain juga pintar sepertinya, Rey anak yang sangat baik.

BUKK
Seorang gadis kecil menabraknya, membuat tas selempang Maliq terjatuh.
" Aw, aduh " Ringis gadis kecil itu. Terjatuh ke lantai.

Maliq berjongkok, mengulurkan satu tangan, membantunya berdiri, tanpa mengambil tasnya yang jatuh.

" Sini kakak bantu " Ucapnya tersenyum ramah pada gadis kecil yang mengernyitkan alis saat menatapnya. Seperti memikirkan sesuatu.

Gadis kecil itu menerima ulurannya. Ia menepuk pantatnya, karena roknya sedikit kotor " Kakak, yang waktu itu kan? "

Maliq mengernyitkan alis, kemudian tersenyum, ketika teringat sesuatu.
Sisi ikut tersenyum menatapnya " Kamu gak papa dek? " Tanya Maliq perhatian.

Sisi menggeleng " Tidak!, Sisi tidak kenapa - napa ka, maaf yah, tadi Sisi nabrak kakak, abis Sisi buru - buru "

Maliq hanya mengangguk paham " Maliq!, ayo kita ke dalam kelas, bentar lagi mau bell " Ajak Rey memotong obrolan.

" Kakak ke kelas dulu yah " Pamit Maliq ramah. Sisi mengangguk sambil melambaikan tangan, ketika Maliq semakin menjauh.

**
" Abang..., tadi Sisi ketemu kakak ganteng itu lagi " Pekik Sisi memasuki kamar.
Digo yang sedang belajar, merasa terganggu dengan pekikan adiknya yang memekakkan telinga " Sisi...!, abang sedang belajar " Tegurnya.

Gadis kecil itu hanya cengengesan. Lalu merebahkan tubuh kecilnya ke atas kasur.
Ia menatap langit - langit kamar, sesekali menghela napas. Ada yang mengganggu pikirannya akhir - akhir ini.

Digo merasa ada yang aneh pada adiknya, karena tak biasanya adiknya itu diam, biasanya sangat bawel.
Ia menoleh " Kenapa? " Mengangkat satu alis sambil bertanya.

Sisi menoleh, mengernyitkan alis " Kenapa? " Ia juga bertanya. Tak mengerti apa yang dipertanyakan kakaknya.

Digo berdecak, ia beranjak menghampiri adiknya, duduk di tepi kasur " Apa yang Sisi pikirkan? "
Sisi kembali menghela, menatap langit - langit kamar " Tadi Sisi melihat mama menangis menatap foto itu " Jawabnya.

Digo terlihat berpikir, kemudian menghela " Owh.., maksud kamu foto kakak Maliq waktu kecil "
Sisi segera bangun dari berbaringnya, ketika mendengar penuturan kakaknya " Maliq! " Ia seperti teringat sesuatu. Tapi ia lupa. Rasanya pernah mendengar nama itu.

Not My Mom And DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang