Sadistic tragedy Siska

72 10 1
                                    

*
*
*
Perkataan Panya tiga hari lalu masih terngiang - ngiang dibenaknya. Apalagi Ali penasaran, karena Panya tidak mau memberitahukan apa alasannya, mengapa ia tidak bisa membiarkan Maliq sendirian?.

" Permisi pak " Ali tersentak, ketika menyadari sekertarisnya, Vira, masuk tanpa mengetuk pintu.
" Maafkan saya pak, mengganggu "
" Ya, tidak masalah. Ada apa Vir? " Tanya Ali menatapnya heran.

" Ay " Sebuah suara mengalihkannya, ketika Vira ingin menjawab.
" Ay, kok kamu ada disini? "
Ali beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri Prilly yang sedang merengut, entah karena apa?.

" Ay, harusnya kamu bilangin sama sekertaris kamu ini!, kalau aku mau masuk, gak usah minta persetujuan kamu dulu, pegel kaki aku nunggunya tau!! " Prilly mengomel sambil melirik kesal Vira, disampingnya.

" Kamu boleh keluar Vir " Ucapan Ali membuat Prilly berdecak kesal.
" Iya, permisi pak, buk " Pamit Vira sopan, walau Prilly menatapnya tak suka, tetapi ia memakluminya.

" Eh, mau kemana? " Ali mencegah Prilly yang juga ingin keluar, dengan memegang pergelangan tangannya.
" Aku mau pulang, udah gak mood! " Ketus Prilly tanpa menatap suaminya.

Ali menghela, kemudian tersenyum.
" Mama Maliq dan adek cemburu nih.. " Godanya menarik Prilly mendekat, dengan tangan melingkar dipinggang Prilly.

Prilly diam, betah dengan posisi merajuknya, Ali terkekeh.
" Cup " Kecupan dibibir membuat Prilly mau tak mau menoleh pada suaminya.

" Udah ah ay, jangan ngambek gitu, kamu tambah gemesin kalau lagi ngambek " Ucapnya sambil menarik istrinya duduk disofa.

" Ihh.., apaan sih ay " Prilly terlihat menahan senyum.
" Kalau mau senyum, senyum aja ay, kamu manis kalau senyum "
" Aaa..., ay, kamu gombal " Prilly menyusupkan wajahnya didada suaminya, menutupi rona merah yang diciptakannya.

" Apalagi kalau lagi malu gitu ay, kamu kayak anak remaja yang baru jatuh cinta "
" Ayankkkk...... " Prilly memukuli Ali yang tertawa terbahak - bahak melihatnya semakin malu.

**
" Mengapa sekarang kau sering menampakan wujudmu didepanku? "
" Karenamu, aku gak bisa mengajak anakku pergi bersamaku "
" Apakah kau sadar?, duniamu dan anakmu sudah berbeda! "
" Aku tau, karena itulah aku ingin membawanya pergi bersamaku "

Panya menghela, ia menatap ke depan dengan pandangan kosong. Tanpa ada rasa takut lagi, dengan sosok tak kasat mata disampingnya, karena ia sudah terbiasa dengan makhluk seperti mereka.

" Apa kau lupa?, jika kau membawa anakmu pergi bersamamu, dunianya akan berakhir saat itu juga "
Sosok tak kasat mata disampingnya terdiam, ikut menatap kosong ke depan.

" Apakah kau tega mengakhiri hidupnya?. Dia juga pasti ingin hidup seperti anak lainnya, melihat dunia luar sana, kau tega menghancurkan masa depan anakmu demi keegoisanmu? "

" Kamu gak tau alasanku melakukan ini, aku hanya ingin melindungi anakku "
Sosok tak kasat mata itu menundukkan kepalanya, dengan pandangan sendu, seperti ada luka yang mendalam, begitu menyiksanya, hingga arwahnya tak tenang.

Panya menoleh, menatapnya iba.
" Ali dan Prilly bisa melindunginya, kamu gak usah khawatir "
" Mereka tidak akan bisa melindungi anakku dari dia " Sahutnya pelan, hampir tak terdengar.

Panya mengernyitkan alis.
" Dia?, siapa? "
Sosok tak kasat mata itu mendongkak, menatap ke depan, tanpa aba - aba lagi, ia langsung memegang tangan Panya.

Seperti disengat listrik, tubuh Panya bergetar, otaknya berputar menampilkan sebuah memori dari masalalu sosok itu.

Flashback On

Not My Mom And DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang