*
*
*
Ditengah malam yang dingin, angin berhembus, membuat tulang - tulang serasa membeku.
Tiba - tiba sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi, melesat bagaikan mobil balap, mengejar mobil yang sudah jauh didepannya.Critttt
Rem ditekan mendadak, ketika mobil dengan kecepatan tinggi tadi melesat laju dan berhenti didepan mobil yang dikejarnya.
Seorang wanita keluar dengan angkuhnya, memasukan kedua tangan disaku jaket kulitnya, menghampiri pengemudi mobil yang dikejarnya tadi.Tok tok
Ia mengetuk kaca jendela mobil itu, karena pengemudinya tak kunjung keluar mobil. Takut mungkin?.
Perlahan kacanya menurun, kemudian pintu mobil dibuka, keluar seorang pria jangkung yang menatapnya sengit." Kau!, wanita?! " Pria itu menatap remeh wanita didepannya.
" Apakah kau tau, kau sudah menghalangi perjalananku?! " Ucapnya penuh amarah.Wanita didepannya tersenyum miring, namun tiba - tiba saja.
" Dimana Bara?! " Ia mencengkram kerah jaket pria tersebut, lalu mengangkat tubuhnya, hingga pria itu tak menginjak tanah lagi.Tatapan wanita itu menyala, terlihat kemarahan, kebencian dan luka di matanya yang memerah.
Pria itu menelan ludahnya susah payah, lehernya tercekik akibat cengkraman kuat tersebut.
" K-kau, si-siapa? " Tanyanya takut dan gugup, tak menyangka seorang wanita mempunyai kekuatan sekuat ini, seperti bukan manusia?.Brakk
Dengan ringan wanita itu melepar pria tadi ke aspal, membuat pria itu meringis dengan napas memburu.
Mendekatinya sambil berkata " Jangan pernah coba - coba mengaku sebagai ayah Maliq, apalagi berniat ingin mengambil dan menjualnya "
Pria itu membelalakan mata, dari mana wanita ini tau?, pikirnya." Jika sampai kau nekat melakukannya, aku akan menghabisimu " Ucapnya penuh penekanan, mendorong pria itu hingga kepalanya membentur aspal dan mengeluarkan darah segar.
Pria itu mengesot mundur, lalu perlahan dengan sekuat tenaga beranjak, sedikit berlari ke mobilnya.Syutt
Setelah mobil pria itu pergi, sosok tak kasat mata keluar dari tubuh wanita tersebut, membuat tubuh wanita itu lunglai, merosot ke aspal.
" Arghh " Erangan wanita itu terdengar ketika ia sadar." Maafkan aku " Sesal sosok tak kasat mata yang tak lain adalah Siska, ketika melihat Panya kesakitan.
" Kamu gila?!, masuk ke tubuhku tanpa meminta izin dulu padaku, aku kan belum siap dimasuki " Omel Panya memijat kepalanya yang terasa pusing." Maaf, aku gak bermaksud menyakitimu, aku hanya takut, kalau pria yang ingin mengambil Maliq adalah Bara " Jelas Siska.
Bara adalah ayah kandung Maliq.Panya menghela " Tapikan aku sudah bilang ke Ali, kalau mereka harus pergi dari sini, karena kau takut Bara mengetahui keberadaan Maliq "
" Aku tau, tapi gak semudah itu membuat mereka percaya kata - katamu "" Apa aku harus menceritakan semuanya? "
" Jangan!! " Sahut Siska cepat, menahan Panya agar tidak memberitahukan semuanya pada siapapun.Panya memutar bola matanya, membuka pintu mobil dan duduk disana dengan menghembuskan napas lelah, membiarkan pintunya terbuka, menatap Siska yang ada didepannya.
" Kenapa mereka gak boleh tau? " Tanya Panya setelah diam beberapa saat.Siska menatap kosong ke depan.
" Hanya kamu yang boleh tau sebelum mayatku ditemukan "
Panya menghela " Ah, kamu ini merepotkan, pasti aku yang harus mencarinya sendiri "
" Kitakan teman? "
" Iyuhh.., ogah gue berteman dengan setan "**
Angin berhembus disekitar taman, menerbangkan dan menggoyangkan apa saja yang ada di taman, namun itu tidak mengganggu setiap orang yang ada di taman tersebut.
Suasananya malah menjadi terasa damai dan sejuk, walau tidak bisa dipungkiri, keributan yang diciptakan semua anak menghilangkan kesunyian." Untung kamu ngidam mintanya gak aneh - aneh ya ay " Ali berkata saat melihat sepasang suami istri yang ada ditaman itu, terlihat suaminya yang menahan malu, karena istrinya yang hamil mengidam mengelus kepala pria botak yang berjualan bakso di ujung taman.
Prilly yang kebetulan juga sedang melihat hal tersebut, hanya bisa terkekeh geli sambil mengelus perutnya.
" Ay, kita jadi pergi kan?, kata Panya kita harus bawa pergi Maliq dari kota ini "" Ngapain kamu dengerin omongan Panya, alasannya aja gak jelas gitu "
" Ihhh..., ayankkkk " Prilly merengek tanpa malu di depan umum.
" Jangan mulai ay " Sahut Ali mengecup sekilas pipi istrinya.Prilly mengerucutkan bibirnya.
" Aku gak mau tau ay, dede Maliq pengen tinggal di Bali, disini.. " Ucapnya menunjuk layar ponselnya, tepat ke tulisan 'sebuah apartemen dekat pantai kuta yang dijual'." Kamu ada - ada aja deh ay, masa ngidam kayak gitu, itu pasti maunya kamu kan " Ucap Ali setelah melihat apa yang ditunjuk istrinya.
" Ih.., yaudah, kalo gak mau " Prilly beranjak meninggalkannya, menghampiri Maliq yang berjalan - jalan di gandeng Tuti.
Ali menghela.
" Keras kepalanya mulai " Gumamnya menggeleng tak habis pikir." Mam, mam " Ketika Maliq diajarkan berjalan oleh Tuti, ia malah mendudukkan badannya, mungkin lelah, hingga membuat celananya kotor.
" Ya ampun Maliq " Prilly yang melihatnya, langsung mengangkat Maliq ke gendongannya, sebelum Maliq mencabuti rumput - rumput halus itu, dan memakannya😂
" Ma, mah " Maliq memeluk lehernya, merebahkan kepalanya di pundak Prilly.
" Maliq capek yah sayang?. Yaudah, kita pulang yuk " Ajak Prilly sambil mengelus punggung si kecil, di ikuti oleh Tuti." Sini, biar papa yang gendong " Ucap Ali mengulurkan kedua tangannya, namun di acuh kan Prilly yang jalan melewatinya.
Ali menghela, mengikuti dari belakang, Maliq mendongkak, menatap Ali sambil mengulum jempolnya dan mengoceh tak jelas " Pap, mm.. "" Maliq, tangannya kotor sayang " Ali menarik tangan mungilnya dari mulut, membuat Maliq berontak di gendongan Prilly, karena tak ingin di larang.
Sampai di mobil, Maliq menolak ikut dengan Tuti, ia lebih memilih duduk di pangkuan sang ibu.
" Maliq, ikut mbak Tuti sayang, jangan duduk sama mama, nanti dede di dalam perut kasian " Bujuk Ali." Udah, biarin aja " Ketus Prilly menepis tangan suaminya yang ingin mengangkat Maliq, tanpa menghiraukan penolakan si kecil yang merengek tidak mau.
" Ma, mah " Maliq bergerak - gerak lincah di pangkuan Prilly, ketika mobil melaju.
" Aw, Maliq, jangan loncat - loncat sayang " Tegur Prilly pada Maliq yang tidak mau diam di pangkuannya, menoleh ke kaca jendela mobil yang di tutup dengan riang.Ali dengan singgap mengambil Maliq, membuatnya menangis " Huaaa, mam, mah " Ucapnya sambil mengulurkan kedua tangan pada Prilly.
" Maliq gak boleh cerewet, duduk sama papa aja yah " Ali mendirikan Maliq di pangkuannya dan menatapnya wajah sembabnya.
" Pap, pah, bum, bum " Maliq menunjuk kaca mobil yang memperlihatkan sebuah mobil melintas di samping mobil mereka." Iyah, disini juga ada mobil sayang " Tunjuk Ali ke samping kiri, namun tidak ada mobil yang melintas, karena setiap mobil melintas disamping kanan.
" Bum, bum, pah " Ocehnya menatap Ali sambil bertepuk tangan, seakan menjelaskan betapa asyiknya melihat mobil - mobil itu.***
" Oke, oke ay, kita akan pindah ke Bali, sekarang udah nangisnya yah "
Setelah lama berdebat, hingga Prilly sampai menangis - nangis di depannya, akhirnya membuat Ali mengalah dan menuruti kemauan istrinya.Senyum langsung merekah dibibirnya " Beneran ay?!, kita bakal pindah ke Bali?! " Serunya sangat antusias.
" Iya - iya, ay " Gemas Ali menciumi wajah istrinya yang berbaring disampingnya." YES!, Makasih ay.. " Prilly mencium pipi suaminya sangat lama, lalu menempelkan pipinya di pipi suaminya dengan senyum yang tak pernah hilang, menatap langit - langit kamar.
Kehidupan baru dimulai..
Meninggalkan kota lama bersama sejuta kenangan indah serta pahitnya rumah tangga.
Memulai semuanya lagi di kota yang berbeda.
Menulis kisah baru dari kelanjutan kisah lama.
Welcome to the city of Bali!!
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not My Mom And Dad
FanfictionMaliq, malaikat kecil yang datang ke kehidupan rumah tangga Ali dan Prilly Mengubah segalanya, menimbulkan kembali cinta yang tadi perlahan akan memudar, menghilangkan pertengkaran yang selalu ada, menghapus keegoisan mereka, Dan menggagalkan perpi...