Panya arrival

86 12 2
                                    

*
*
*
Sinar mentari yang sudah beranjak dari tempat persembunyiannya, melenyapkan bulan serta pengikutnya, para bintang, menembuskan secerca cahayanya menerobos kaca salah satu kamar yang gordennya sudah dibuka, namun pemilik kamar masih terlelap dalam buaian mimpi.

Terlihat sosok bayi mungil yang duduk diatas kasur sambil mengoceh.
" Aw, aduhh.. " Seorang pria yang tak lain adalah Ali, berbaring disebelah kirinya, mengaduh karena pukulan Maliq, bayi yang sejak tadi mengoceh.

" Apaan sih ini?, sakit banget! " Ucap Ali mengusap jidatnya tanpa membuka mata.
" Pap, pa, pah " Oceh Maliq sambil menepuk - nepuk pipi Ali.

Seketika Ali membuka matanya, mendengar suara Maliq " Maliq! " Serunya terkejut. Seruan Ali membangunkan Prilly yang ada disamping kanan Maliq.

" Mam, ma, mah " Maliq bertepuk tangan sambil tertawa ketika Prilly berusaha mengumpulkan kesadarannya.
Ali bangun dari berbaringnya, lalu mengangkat Maliq kepangkuannya.
" Ya ampun sayang, kamu kemana semalam? " Ucapnya sambil menciumi wajah Maliq.

" Maliq!!! " Seru Prilly saat tersadar bahwa yang ia lihat bukanlah halusinasi.
Maliq merangkak ke pangkuan Prilly.
" Mam, ma, mah " Ocehnya menepuk - nepuk perut Prilly.
" Maliq sayang.. " Prilly mengangkat Maliq kegendongannya, memeluknya dengan erat, tak terasa air matanya menetes.

Prilly melepaskan pelukan, menatap Maliq digendongannya yang juga sedang menatapnya.
" Mam, ma, mah " Maliq mengangkat satu tangan mungilnya, perlahan menghapus air matanya dengan telapak tangan.

Ali tersenyum melihatnya " Sekarang dua orang tersayang papa udah ngumpul " Tuturnya memeluk Maliq dan Prilly, tetapi Prilly seperti enggan dipeluk.

" Maliq disini sama papa yah, mama mau mandi " Ucap Prilly menatap Maliq yang duduk menghadapnya.
Saat Prilly ingin beranjak, Ali langsung mencekal pergelangan tangannya.
" Apa sih Li, Lepas "

Ali menarik Prilly mendekat.
" Kenapa ay?, masih marah? " Tanyanya mencoba menatap mata istrinya, namun Prilly enggan menatapnya.

" Ay " Panggil Ali mencengkram pelan dagu istrinya, agar mau menatapnya. Sedangkan Maliq asyik mengoceh sambil memainkan mobil - mobilannya.

" Ay maaf, kemarin aku kebawa emosi " Sesal Ali sambil menyatukan kening mereka.
Prilly masih tak bergeming, namun air matanya menetes.
" Maaf.. " Ali mengecup kedua matanya, hidung, kedua pipi, lalu berhenti didepan bibirnya, sesenti lagi bibir mereka bertemu.

" Aku... " Ucapan Prilly terhenti karena Ali mengecup bibirnya, bahkan kecupan itu sudah beralih menjadi lumatan.
" Emghh " Prilly melenguh pelan dengan tangan mendorong dadanya.

Ali melepaskan ciumannya " Aku gak akan berhenti sebelum kamu panggil sebutan sayang kita " Ucapnya tegas.
" Ali, lep.... " Lagi - lagi ucapannya terhenti karena Ali menciumnya lagi, melahap habis bibirnya yang mulai membengkak.

Maliq menatap Ali dan Prilly " Bil, bil, mam, mah " Ocehnya sambil kembali bermain, tanpa menghiraukan kedua insan yang ada didepannya.
" Eghhh " Prilly melenguh dengan napas yang memburu. Ali segera melepaskan ciumannya, namun tidak melepaskan kedua tangannya yang melingkar dipinggang istrinya.

" Ay, aku membencimu " Seru Prilly kesal, masih mengatur napasnya. Ali tersenyum mendengar panggilan istrinya.
" Iya ay, aku mencintaimu " Ali mengecup keningnya, lalu menempelkan pipinya ke kepala sang istri.

" Sebagai ucapan maaf aku, kita berlibur ke tempat bunda yah " Penuturan Ali membuat Prilly mendongkak, terlihat sekali matanya langsung berbinar.
" Beneran ay?, besok kita berangkatnya yahh!! " Serunya antusias, dengan senyum yang mengembang.

" Mam, ma, mah " Maliq merangkak mendekat " Lik, kut, kut " Lanjutnya perlahan berdiri sambil berpegangan dengan badan Prilly.
Prilly tersenyum " Iya sayang, Maliq bakal ikut, besok kita pergi yah " Ucap Ali sambil mencubiti gemas pipinya.

Not My Mom And DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang