"huffftt" hela nafas Rafal legah, usai menyelesaikan minuman latte pesanan dari meja nomor sebelas, "ni! Ini satu" teriaknya memanggil waitress wanita berambut ikat kuda, "lah kok dianter bang? Kenapa ga lu kasih bell aja sih!" omel Nia kesal, tumben-tumbenan lelaki bernama Rafalansyah itu menyuruh waitress yang mengantarkan pesanan, padahal system di kedai 'selaras padu' mewajibkan untuk pelanggan mengambil di meja pick up sendiri.
"sekali-sekali elah, lu tuh gerutuan mulu" ujar Rafal sambil mengelap keringatnya, suhu ac sudah mentok di angka enam belas namun karena tadi sore pas kedai baru buka, tiba-tiba segerombol mahasiswa dan beberapa pekerja kantor datang dengan pesanan begitu banyaknya. Rafal bersyukur banget sih, tapi dia kesal karena ini weekdays, hanya dirinya dan Nia yang menjaga kedai milik kakak sepupunya itu.
Tak ada barista maupun koki lain, alhasil mereka berdua kelabakkan membuat berbagai pesanan, sampai-sampai Rafal nelpon temennya yang suka buka catering untuk datang bantuin dirinya membuat makanan utama seperti spaghetti carbonara, nasi goreng sambal matah, berbagai macam rice bowl, bahkan harus memanggang bolu kukus.
namun, Rafal akan selalu membuat bolu andalannya, yaps.....Bolu karamel, hanya barista itu yang mampu memanggang kue tersebut. entah dapet resep darimana..
Nia pun segera mengambil pesanan lalu menaikki tangga menuju lantai dua, karena meja sebelas sampai dua puluh ada di lantai tersebut.
Mata nya melirik meja itu, seorang pria muda berambut abu-abu terang sedang duduk sambil mengerjakan tugas, "permisi, café lattenya mas" ucap waitres wanita itu yang dua minggu lagi akan menjejakkan umurnya di angka dua puluh satu tahun.
"eh iya, makasih mbak" balas Zia, mahasiswa semester satu yang baru banget masuk kuliah, sekitar dua bulan lalu, meski mengikuti kelas online karena situasi covid masih berlangsung, dosennya itu selalu mengasih tugas terjemahan novel Indonesia begitu banyak.
"ga mau nambah snack atau bolu nya mas?" tawar Nia, berusaha mempromosikan bolu panggang bikinan partner kerjanya itu, kepala Zia menggeleng pelan, tangannya kembali sibuk menulis satu persatu kalimat dari novel 'Aku benci dan cinta' yang ia terjemahi kedalam bahasa inggris, sesuai perintah dosennya.
Namun bukan Nia namanya kalau tak pandai dalam menggoda pelanggan, "bolunya enak loh mas, kita punya yang panggang sama kukus, apalagi bolu karamelnya itu owhh meleleh di mulut" jelas gadis itu centil, "mbak bisa diam ga? Saya udah bilang ga mau, masih aja maksa" balas Zia sangat ketus, dirinya begitu kesal dengan wanita dihadapannya itu.
"ooh maaf mas, yaudah selamat nikmatin coffe nya" ucap Nia berusaha menahan emosi, karena sikap selalu senyum dan menjaga kesopanan menjadi ciri khas di kedai tempat kerjanya ini, lagi pula dia mengaku kalau dirinya salah, jelas-jelas mahasiswa berambut silver ini sedang sibuk.
Setelah itu, dirinya kembali turun ke lantai bawah dengan wajah masam. "lu kenapa ni?" kepo Rafal dari mesin kasir usai mengasih bon pesanan ke customer yang baru datang, "aneh tuh orang, jutek banget njir" curhatnya kesal, sedangkan yang bertanya malah senyum-senyum gajelas.
"ada apaan sih? Tumben-tumbenan lu cemberut karna pelanggan" tanya pria bertubuh jangkung itu lagi, "itu orang meja sebelas, imut sih mukanya....tapi sikapnya beda banget dari tampang, gue kan nawarin bolu kita eh ditolaknya ketus banget seengganya bilang makasih atau maaf kek, duh baru kali ini gue layanin pelanggan kayak gitu selama kerja tiga bulanan disini" jelas Nia panjang lebar sambil menyalakan blender untuk membuat jus alpukat.
"yaudah sabar aja....baru gitu doang, dulu awal-awal nih kedai buka, gue sering dapat kritikkan dari customer, entah itu pelayanan, ataupun nyuruh gue cepettan bikin kopinya" ucap Rafal mengingat enam bulan lalu, masa dimana kedai milik kakak sepupunya ini baru buka, belum punya pelanggan tetap seperti sekarang, kerja sendirian, dan yang naisnya....pernah ada problem di mesin air bangunan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Gagah!
Teen FictionCompleted! rate 18 ++ _____________________________ "hey! hey! hello! mas.....ish budeg banget sih" "eh...iyaiya, sorry...kenapa kak?" "niat jualan ga sih lo?" ujar Zia seketus mungkin, lalu segera mengasih note pesanan. berawal dari pertemuan sing...