masih pagi mood mahasiswa semester satu itu sudah dibikin hancur karena tingkah pacarnya semalam hari yang mengesalkan.
"zi....zi..hey kamu! Zia!" varell membesarkan suaranya, kesel sama bocah didepannya ini yang malah ngelamun, padahal sejak tadi pagi dirinya dibujuk-bujuk buat nemenin pemuda berambut abu cerah ini untuk belajar.
"apaan sih! Ah bawel banget lu!" balas Zia ketus.
Dia sedang dilandah dilemma antara ingin berkunjung ke kedai pacarnya karena kangen sekaligus penasaran kenapa history lokasi hp Rafal ada di pesona square kemarin malam, tetapi ia sangat gengsi buat nanya.Untung nih anak orkay, kalo engga Batin Varell, menahan emosinya.
Mereka sudah berteman sejak Smk, dari tujuh puluh lima murid angkatan tahun 2017, hanya delapan orang yang memang sering bermain dengan Zia, dan rata-rata mereka adalah selebgram, most wanted di sekolahnya.
Namun Varell berbeda, pria chineese itu ialah adik dari suster yang suka jaga uks, dan Varell sering bantuin kakak kandungnya bekerja.Pas tahun kedua Zia sekolah, pria bertubuh kurus itu dimasukkin ke ruang Uks karena lutut kaki kanan nya terluka usai bermain basket dijam penjaskes tadi.
"mata lo bagus juga, gue kira orang cina pada sipit-sipit" kalimat pertama yang Zia lontarkan saat pertama kali bertemu dengan pria bertubuh jangkung itu.
Varel sama sekali ga kesal, yah karena perkataan siswa kelas sebelas ini ada benarnya juga, "tapi gue liat-liat badan lo berisi ya....ganteng juga muka lu" lanjut Zia berkomentar, Varell hanya menjawab dengan angukkan pelan dan fokus membuat perban yang rapih.
"lu gagu ya? Atau?" tanya Zia sebal, karna ucapannya tak dijawab-jawab.
"engga, males aja jawabnya....lagian yang lo bilang itu bener, gue cakep, mata gue belo"
Jawaban Varel sukses membuat bocah kelas sebelas itu tertawa renyah, dipikir-pikir baru kali ini Zia bisa tertawa lepas tanpa pemaksaan ataupun dibuat-buat seperti saat bermain dengan teman-teman palsunya.
Bego juga nih anak, pikir Varel melihat tingkah murid didepannya yang tertawa kencang, seolah luka besar di lututnya tak nyerih sama sekali.
Sejak saat itu, Zia mulai sering berkunjung ke Uks, entah sekedar numpang tidur, menggodai Varel yang sibuk mengisi laporan milik kakaknya, makan siang bareng di uks, sampai di hari itu.
"rel...dulu pas lo nembak gue, emang beneran suka? Atau gimana?" tanya Zia yang sudah tak fokus terhadap tugasnya itu, ia malah terjebak dalam kenangan masa lalunya.
1....2....3.. tawa kencang sukses keluar dari mulut pria chineese ini, "lu lagi kenapa sih? Malah ngomongin masa lalu...ett" sergah Varel.
Namun ia langsung mengatupkan bibir karena melihat sorot mata Zia tampak serius, "benerlah... yakali gue bohongan"...."tapi kalau sekarang mungkin iye, kan lu orkay, cowok mana sih yang nolak buat deketin lu" goda Varel.
"terus....sekarang lu deketin gue karena uang? Apa kita emang beneran temen?" tanya Zia, ia sudah berpikiran negative.
Kedua tangannya langsung ia pautkan, Varel membenarkan posisi duduk, lalu menarik nafas sekencang-kencangnya."menurut lo?" tanya nya balik, "apa gue bener temen atau sekedar morotin uang lu?"
Perkataan Varel menjadi kalimat terakhir yang pria chineese itu ucapkan, lima belas menit kemudian segera dirinya berlalu ninggalin temannya, tanpa pamit.' lu tau zi? Alasan lu selalu mikir kayak gitu kenapa? Yah karena...orang-orang disekeliling lu pada toxic! Hufftt....gue gabisa kasih solusi, karena lu nya juga yang mau'
Kata-kata Varel tadi siang terngiang-ngiang dipikiran pemuda berambut abu cerah ini.
Langkah kaki Zia berhenti didepan kedai bertingkat dua, warna hijau pastel mendominasi bangunan, serta papan kayu tulisan 'selaras padu' yang khas.
Padahal ini malam kamis, tetapi begitu banyak pengunjung yang meramaikan kedai tersebut, bahkan beberapa duduk di bangku outdoor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Gagah!
Teen FictionCompleted! rate 18 ++ _____________________________ "hey! hey! hello! mas.....ish budeg banget sih" "eh...iyaiya, sorry...kenapa kak?" "niat jualan ga sih lo?" ujar Zia seketus mungkin, lalu segera mengasih note pesanan. berawal dari pertemuan sing...