Bab6 -ayo pacaran!

472 10 1
                                    


"lu kenapa sih dek?"
Karin kebingungan usai memperhatikan sikap adiknya hari ini yang terlihat suram, yah meski setiap hari emang Zia selalu cemberut dan jutek.

"gue kesel, udah lah bete...males cerita" sahut mahasiswa tingkat satu itu ketus, namun meski malas dan sedang bad-mood, tangan Zia tak henti-hentinya memasukkan beberapa souvenier ke tiap goodie bag untuk acara nikahan Kakaknya nanti.

"uuuuu adik gue ngambek, biasanya sih kalo kek gini.....pasti mikirin doi, dah punya pacar lu ya?" kepo Karin yang sama-sama sedang membantu adik serta kedua asisten rumah mengurus beberapa goodie bag.
"aduh eneng, udah gausah dibantu! Biarin kita bertiga ajaa...." Ucap bi Ijah selaku Art yang hampir sebelas tahun tinggal dirumah keluarga Widhiangsa itu.

"tau non, biar kita sama den zia aja yang bungkus-bungkus" balas Nora, sih pembantu baru.

"ih kok zia dibawa-bawa sih!" sahut Zia sebal, harusnya di hari senin cerah kayak gini dirinya rebahan atau marathon series, tapi pagi tadi setelah bangun tidur langsung ditarik bi Ijah buat bantuin ngurusin persiapan nikahan Kakaknya.

Kepribadian Zia memang sangat berbeda jika sedang bersama dengan kedua asisten rumah tangganya ini, karena bi Ijah orang yang paling mengerti dirinya, sedangkan Nora adalah wanita yang sering mahasiswa semester satu itu jahili.

"eh iya nanti dress bibi bakal aku anter  pake gojek ya, paling lusa udah selesai dibikin"

Kedua asisten itu saling menatap satu sama lain, merasa tak enak karena harus memakai pakaian bikinan designer terkenal.

"ihh...jangan gitu dong mukanya! Kan bi ijah udah kaya ibu sendiri bagi Karin sama zia! Jadi gausah ngerasa gaenakkan! Lagian badan Karin yang seksi ini kan hasil masakkan bibi!"

Sering kali Karin ngerasa bingung dengan kedua asisten rumah nya itu, dikasih barang-barang mahal malah nolak sejuta alasan, namun karena ini lah yang membuat Hera dan Edgar tak pernah mengganti asisten rumah tangga karena Bi ijah tipe manusia jujur.

"sebentar....kalo lu nikah, berarti kamar lu kosong selamanya dong?!"

Kata Zia dengan tatapan berbinar karena bakalan pindah kamar ke kamar kosong milik kakaknya, padahal kamar Zia saat ini sangat-sangat besar, namun jarak dapur memang terasa jauh, harus turun tangga dulu, udah gitu kalo malem-malem pengen minum kan serem harus ke lantai satu.

"sih aden! Bukannya sedih ditinggal kakak, malah seneng" sahut bi Ijah kebingungan, "marahin bi! Dasar adek laknat!!" balas Karin kesal, sedangkan Zia tersenyum senang, entah mengapa karena hal kecil ini, bisa membuat dia ngelupain masalah nya sejenak.

-----------------{{{]]]
Dilain tempat, suasana kedai 'selaras padu' sangat ramai, meski hari ini termasuk weekdays namun pesanan online selalu tiba tiap satu pesanan telah selesai.

Suara spatula terdengar nyaring menggosok permukaan wajan, peluh keringat membanjiri wajah serta leher belakang pria bertubuh jangkung ini, mengaduk-aduk macaroni agar saus keju itu tercampur rata.

"udah bang, biar aku aja yang lanjutin, lagian tinggal digarnish doang...sih gio tuh kayaknya butuh bantuan" ujar Selly yang sejak tadi dipanggil Gio dari depan pintu dapur, karena pesanan kopi membludak alhasil sekarang sudah menunjukkan jam makan siang kantor.

"yaudah, gue tinggal ya....jangan salah kasih topping salmon nya!" ingat Rafal sambil mengasih spatula ke bawahannya itu, lalu segera berjalan ninggalin area dapur.

Benar kata Selly kalau junior barista ini sedang kewalahan mondar-mandir ke tiap mesin kopi dengan bermacam-macam variant. "akhirnyaaa" ujar Gio legah usai melihat Rafal yang telah berdiri di depan papan berisikan berbagai pesanan yang ditulis Nia tadi.

Barista Gagah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang