" serius ini mesin kopinya?"
Hari masih pagi, dan otak Zia sudah dibingungkan dengan berbagai macam mesin kopi yang berjajar rapih didepan matanya saat ini." iya mas, ini saya anjurin kalau mas mau pakai cara manual....harganya juga cocok di kantung pelajar kaya mas" tutur karyawan dari toko elektronik tersebut.
" thanks..." entah mengapa ia malah terkekeh pelan usai dikira masih pelajar, " tapi ini ga kekecilan? Masa cuman oval panjang kayak gini sih? Yang lain gaada?"" oouh, kalau saya boleh tau budget mas berapa ya?"
" saya ga bawa cash sih..."
Karyawan itu pun mengangguk-angguk, sudah ia pastikan kalau pemuda dihadapannya sekarang paling cuman pria biasa, yah karena outfit Zia saat ini hanya oblong hitam, dan celana pendek hijau army, telapak kaki nya pun hanya dialaskan dengan sandal jepit dari miniso.
" tapi di debit saya cuman ada dua puluh juta an, hmm rencananya saya mau beli kado dibawah sepuluh juta lah....ada mesin kopi kayak gitu? Yang bagus tapi mahal juga gapapa deh"
Seketika, mulut karyawati ini terbuka, ia melongo setelah mendengar kata 'dua puluh juta'.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk mendapatkan produk mesin kopi bagus sebagai hadiah sang pacar nanti. Zia mah duduk diam di sofa toko itu sambil men scroll laman akun twitter barunya yang begitu sepi.[ Fyi, aplikasi Instagram di handphonenya telah di uninstall sama Rafal, supaya pikiran Zia tak lagi rusak karena pergaulan Toxic teman medsosnya, akan tetapi, karena bosen dirumah, mahasiswa semester satu ini mutusin buat buka akun twitter]
" bodoh ah, sama aja...pamer-pamer juga" decaknya sebal usai melihat foto dua pria tertidur barang di sebuah ranjang putih, Zia suka bingung pas main twitter, kenapa mereka para kaum gay' bisa seenaknya umbar kemesraan di media sosial? Apa ga takut kepergok?
" permisi mas...barangnya sudah saya antar ke kasir, mas tinggal ngelakuin transaksinya aja"
Zia mengangguk pelan, lalu ia menguam sebentar karena masih sedikit ngantuk." jadi pihak kami bakal kirim ini produk bareng mas nya juga? Hmm kita biasanya sih pake truk kecil, lagian mas kan cuman beli benda-benda yang ga butuh lapak luas..."
Jelas manager toko yang kebingungan karena tumben-tumbenan ada customer yang ingin ikut naik ke truk pengiriman barang.
" hffttt....yaudah saya minta truk agak besaran...gapapa kalau kena charge"
masalah terselesaikan, pihak toko mengasih info bahwa butuh waktu beberapa menit untuk menyiapkan mobil antar." saya mau ke h&m dulu ya, nanti tunggu di sayap kiri mall kan?"
" oouh baik mas, nanti kami bakalan hubungin jika semua sudah siap"
Zia mengedikkan bahu, pemuda berambut abu cerah itu segera keluar dari toko, ia tak sadar jika dirinya menjadi sorotan para karyawan toko, "gila keren parah", "anak sulthan kali" dan beberapa komentar takjub lainnya.-------------------------------------------xxoooxxxooo--------------------------
' drrtt, drrrttt' handphone hijau pastelnya bergetar, tujuh belas panggilan tak terjawab dari Rafal, serta dua puluh enam pesan yang berisikan ketikkan semacam:
"mau gue jemput jam berapa?" "zi...gue jemput set 9an yaa" " zi jawab! Zia!!" "halah, masa bodoh...acara udah gue mulai, kalo lu mau dateng, yaudah dateng aj"
Zia terkekeh sendirian melihat pesan-pesan dari kekasihnya itu, kini ia sedang duduk dibangku depan truk, bersebelahan dengan pria yang sama sekali tak ia ketahui.
" ini jalannya harus lewat tol ya mas? " tanya bapak-bapak berkulit sawo matang.
" ga tau, kan bisa check maps" jawabnya ketus.
" yah itu mah saya tau mas, kali aja gitu ada jalan tikus"
KAMU SEDANG MEMBACA
Barista Gagah!
JugendliteraturCompleted! rate 18 ++ _____________________________ "hey! hey! hello! mas.....ish budeg banget sih" "eh...iyaiya, sorry...kenapa kak?" "niat jualan ga sih lo?" ujar Zia seketus mungkin, lalu segera mengasih note pesanan. berawal dari pertemuan sing...