9. KEKONYOLAN

176 95 45
                                    

"Gak bisa di biarin" Ethan langsung keluar dari Rooftop berniat untuk melabrak Fany, si cewek perusuh itu.

Sebelum Ethan nenuju keluar, Sella menariknya. "Kak Ethan, aku takut" ucapnya.

Ethan menurunkan tangan Sella yang memegang tangannya. "Lo tunggu disini. Jangan kemana-mana! Tunggu gue balik baru lo ke kelas." setelah menjelaskan itu, Ethan segera melanjutkan langkahnya.

Semua berhamburan untuk melihat foto-foto di mading, dan memang benar ada Sella yang sedang memperbaiki pakaiannya. Saat itu Fany tak sengaja melihat Sella di parkiran hotel, dan dengan sengaja ia memotret Sella agar gadis itu bisa ia permalukan di Sekolah.

Ethan langsung merobek semua foto yang terpampang wajah Sella. Ini semua salahnya juga, jadi ia berhak bertanggung jawab.

"Hentiin, ini sampah tau gak Fan!" amuk Ethan. Tapi tidak ada rasa takut di wajah Fany, cewek itu malah tersenyum bangga atas kemenangannya.

Fany tersenyum miring. "Kan lo yang bilang, gue yang ngasih bukti. Salah gue dimana sih, Than?" tanya Fany tidak tau malu.

"Cukup, Fany. Katanya lo gak suka kalo ada murid disini yang nyari keteranan? Dan lo juga gak berhak bikin tenar karena lo bukan siapa-siapa!" kini Niko yang menyahuti.

"Gue 'kan cuma ngasih tau keberanannya aja. Biar kalian tau Busuknya Sella." sungut Fany sambil menekan kata busuk.

"Udah cabut aja beasiswa Sella" tuntut Chika teman Fany.

"Nah iya tuh" dukung Lea temannya juga.

"Yang berhak ngatur keluar enggaknya Sella dari sekolah ini itu Papa Ethan. Kalian gak berhak" cibir Syam.

"Udaahh bubarrr!" kini Ethan yang berbicara, semuanya menurut dan pergi ke kelas masing-masing.

"Masih pagi udah heboh aja" decak Siko terheran-heran.

"Astaga Oliv" Ethan baru ingat bahwa Sella masih di Basecampnya. Seketika ia langsung lari. Tetapi kenapa ia menyebut Sella dengan panggilan Oliv?

"Oliv siapa?" tanya Elang

Siko menggeleng tak tahu.

"Mungkin merek sepatunya" jawab Syam dengan polos

Semua menatap Syam. Mereka bertiga bergidik, langsung lari meninggalkan Syam.

"Weh anjing tunggu!" Syam ikut mengejar teman-temannya.

****

Sella mondar-mandir dari tadi, perasaannya tidak enak. Takut jika sesuatu akan terjadi padanya. "aduh gimana ini"

Ethan masuk membuat Sella merasa lega dan mendekati cowok itu. "Kak Ethan gimana? Ada apa?" tanya Sella panik

"Aman. Lo lewat belakang aja kalo mau ke kelas. Takut nanti lo di bully kalo lewat depan"

Sella mengangguk. Dan langsung keluar dari sana meninggalkan Ethan sendiri.

"ETHANN!" panggil Elang, Siko dan Niko.

"Lo bertiga kenapa anjir" Ethan tertawa, wajah tiga temannya di basahi keringat.

"Lo- ngap-ngapain- sih" ujar Niko ngap-ngapan.

"Gue gak ngapa-ngapain. Ohiya, Syam mana?" tanya Ethan setelah menjawab. Si doyan tempe itu tidak kelihatan.

"AWASSS!!" triak Syam sambil berlari kencang hingga akhirnya lupa ngerem, alhasil semua tertabrak dan terjatuh di lantai.

"Wah bangsat, sakit" umpat Elang ketika tangannya tertindih badan Siko.

"Syam lo dongo banget sih" lanjut Ethan dan mencoba berdiri, sedangkan Niko meringis kesakitan karena tubuhnya tertumpuk badan Elang dan Syam.

"Anjirr" antusias Siko ketika melihat sepatunya.

Pandangan semuanya kini beralih ke arah sepatu Siko, ternyata bolong dan jempol kakinya bisa terlihat. Tawa mereka meledak seketika, itu sepatu baru yang lusa lalu di hadiahkan ayahnya yang baru saja pulang dari Jerman kini rusak sudah.

"Sepatunya bisa mangap dong" kata Niko di sela tawanya.

"Ketauan itu belinya di tanah abang" lanjut Syam merasa tak berdosa

Ethan geleng-geleng kepala, inilah moodnya, kekonyolan dari temannya mampu membuat ia sedikit melupakan masalahnya.

*****

Sella mengikuti perintah Ethan, yaitu lewat belakang untuk menuju kelasnya. Di jalan Sella melihat anak ayam, lucu sekali, badannya berwarna kuning. Ia berniat membawanya ke kelas, tapi pasti gurunya akan memarahinya. Sella melihat sebuah kardus di dekat ayam itu. Ah, pakai ini saja

"Jangan berisik ya di kelas" Sella pelan-pelan memasukkan ayam itu ke kardus dan langsung berlari melanjutkan perjalanannya.

****

"Dari mana aja?" tanya Arsyi pada Sella dan terakhir ia aneh melihat Sella membawa sebuah kotak yang di peluk cewek itu. "Itu apa?"

"Itu Syi, aku abis dari tempat kak Ethan terus kak Fany malu-maluin aku. Dia sebar foto aku yang lagi di hotel di papan mading kelas XII" jawab Sella dengan jelas.

"Wah kebangetan!" geram Arsyi, dirinya tidak mendengarnya karna kelas XI terpisah dengan XII.

"Dan ini isinya anak ayam. Aku kasihan liat dia di belakang sekolah sendirian, jadi aku mau bawa dia pulang. Bolehkan?"

Arsyi melongo, sejak kapan Sella suka memelihara ayam. "Tapi di rumah gue gak ada kandang ayam" jawab Arsyi karena ia tau Sella akan merawat ayam itu di rumahnya.

"Aku tinggal di rumah aku aja, Syi" kata Sella.

Arsyi menggeleng. "Gak boleh! Lo gak boleh tinggal sendirian" tolak Arsyi melarang

Sella menghembuskan nafas, ia tidak enak jika harus menumpang di rumah Arsyi terus. Lagi pula rumah Sella sebelumnya masih layak di tempati. Dan satu lagi, ada kebun sawah milik neneknya yang harus ia rawat.

"Aku bakal nginap di rumahmu kok. Tapi sekarang aku pingin rawat kebun nenek sama rumahnya." aku Sella. Arsyi bimbang tapi yang di katakan Sella benar juga, dan akhirnya ia menyetujui.

"Tapi janji ya sering nginap!"

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN🧚‍♀️♡︎

SELLATHAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang