BIASAN cahaya matahari menelusup masuk melewati jendela kamarku. Perlahan tapi pasti mulai menerangi setiap sudut kamar dengan sinarnya.
Masih terlalu pagi, ketika Ellie tiba-tiba datang menerobos kamar dengan mata basahnya sekitar sejam yang lalu. Kurasa, ia tidak dapat tidur semalaman karena tak bisa melepas kepergianku hari ini. Ia bahkan sampai menghambatku ketika sedang menyiapkan perlengkapan dan beberapa potong pakaian dalam rangka perjalanan pencarian permata Iorth yang entah akan membutuhkan waktu berapa lama. Mungkin berminggu-minggu. Mungkin berbulan-bulan. Tapi kuharap tak sampai bertahun-tahun.
Aku tahu, Ellie tidak akan membiarkanku pergi dengan mudah. Begitu juga dengan yang lain ketika mendengar keputusanku tentang hal ini. Mereka yang awalnya mendesakku untuk pergi, kini berusaha menghentikanku pergi.
"Kita sudah membicarakan tentang hal ini! Tidak ada yang akan pergi mencari permata itu!" Aku ingat Horald berkata padaku.
"Perjalanan itu sangat berbahaya. Kau yakin?"
"Allerie, kumohon, jangan memambah masalah lagi."
Asal kalian tahu, untuk meyakinkan mereka kembali bukanlah perkara mudah. Namun cukup beruntung, aku tidak sampai pada tahap berlutut, memohon, dan menangis agar mereka membiarkanku pergi.
Hari masih pagi, dan aku sudah turun ke lantai dasar setelah selesai mengepak semua keperluanku. Aku sengaja memakai pakaian yang nyaman, berupa pakaian dari kain biru tua berlengan panjang dengan rompi kulit yang dililiti ikat pinggang berbahan sama sebagai tempat menyampirkan beberapa pisau kecil untuk kebutuhan darurat. Juga mengikat rambut gelapku ke belakang dan mengepangnya panjang ke bawah agar tak mengganggu pergerakanku.
Oh, tentu saja aku tak melupakan satu-satunya petunjuk yang kumiliki dalam perjalanan ini, yaitu belati bergagang putih yang kusampirkan pada bot yang kukenakan. Aku harus mengucapkan terima kasih pada pada Kyle, yang membantu membuat pembungkus untuk menutup belati agar tetap aman dan tidak membuat kakiku terluka. Membuatnya tak begitu terlihat, namun dapat dengan mudah ditarik keluar.
"Berhati-hatilah, kami semua mendoakan keselamatanmu."
Aku tersenyum pada Freya, dan juga pada Horald, Kyle, Ron dan Ellie yang mengantar kepergianku.
Jujur, aku masih tidak percaya akan melakukan ini. Pergi menuju dataran asing di seberang sungai Seth yang entah apa yang menungguku di sana. Aku tidak bisa membayangkannya. Berusaha membayangkannya pun hanya akan membuat tubuhku bergidik.
Sebelum bergabung dengan penginapan tepatnya tiga tahun yang lalu, sebenarnya aku sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh seperti ini. Dulu, ketika aku masih bekerja pada Norez—seorang pedagang tua yang dalam pikirannya hanyalah uang, uang dan uang—, melakukan perjalanan jauh ke berbagai penjuru dataran dataran ini dari kota ke kota, sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku.
Jika Aestmund adalah sebutan untuk dataran tempat tinggal para Elf, maka Horthland adalah sebutan untuk wilayah bangsa kami, Manusia.
Tetapi, meski dengan semua pengalaman itu, tetap saja, dataran Aestmund sangat jauh berbeda dengan Horthland. Dan Elf berbeda dengan manusia.
Di tengah keresahan pikiranku, Kyle tiba-tiba melemparkan sebuah kantung kain lusuh ke arahku. Aku dapat mengetahui isinya ketika mendengar bunyi gemerincingan logam yang saling bergesek ketika kantung itu mendarat di tanganku. Namun aku tetap membukanya, dan menemukan beberapa keping uang di dalam sana.
"Gunakan dengan baik selama perjalananmu," kata Kyle. "Dan jangan boros!"
Aku tersenyum kecil berterima kasih pada Kyle selagi menyimpan kantung uang itu baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FantasyDemi mendapatkan kembali permata Iorth, permata Elf yang katanya seharga segudang keping emas, Allerie terpaksa melakukan perjalanan ke dataran asing, dataran tinggi Aestmund, tempat di mana bangsa Elf tinggal. Sebuah perjalanan yang menuntunnya pad...