Chapter 15 Ruang Rahasia

25 6 2
                                    

HARI sudah sore ketika meninggalkan kedai milik Lydia.  Bersama Norez, pria itu membawaku menyusuri jalanan kota satu blok jauhnya. Tak sampai lima menit, kami sudah berdiri di depan sebuah toko kue yang menjual berbagai macam kudapan khas Ethanium.

"Kau ingin membelikanku makanan pencuci mulut?" tanyaku pada Norez ketika kami berdua baru tiba di sana.

Toko itu lebih berkelas daripada kios-kios penjaja kue pada umumnya. Tempatnya merupakan bangunan berlantai dua, dengan sebuah dinding kaca besar pada bagian depan, persis di sebelah pintu masuk. Sementara pada bagian dalamnya, tertata beberapa meja dan tempat duduk mewah yang diatur sedemikian rupa. Sehingga bukan hanya membeli, tapi pelanggan di tempat itu bisa bersantai memakan kue-kue di sana sembari menikmati pemandangan kota yang disuguhkan melalui dinding kaca besar.

"Rapatkan tudungmu." Alih-alih menjawab, Norez hanya memerintah dan menyuruhku mengikutinya masuk.

Bagian dalam tempat itu luas. Dekorasinya mewah namun tak berlebihan. Beberapa pelanggan yang datang ke tempat itu rata-rata berasal dari kalangan atas, terlihat dari setelan maupun gaun bangsawan yang dipakai oleh beberapa pengunjung di sana.

Jelas sekali pakaianku benar-benar tampak kontras dengan ruangan berkelas yang kumasuki ini. Aku lebih terlihat seperti pengelana kumuh yang tersesat di tempat yang bukan seharusnya.

Dapat kurasakan beberapa pasang mata menoleh ke arahku sementara aku dan Norez memasuki ruangan elite itu. Namun aku memilih untuk mengabaikannya dan tetap menunduk, menutup tudungku rapat. Jika para bangsawan itu tahu ada seorang Elfreahn datang ke sini, mungkin saja mereka tidak akan mau berkunjung ke tempat ini lagi untuk selamanya.

Mengekor di belakang Norez, beberapa pelayan yang kami lewati langsung memberi salam serta membungkuk sopan. Bukan kepadaku, melainkan pada Norez. Sementara Norez sendiri hanya tersenyum singkat sambil berjalan melewati mereka semua sebelum ia membawaku ke arah sebuah lorong  di salah satu sisi ruangan, tepat di bawah tangga besar.

"Tempat ini milikmu?" tanyaku selagi mengamati salah satu wanita berpakaian pelayan yang baru saja kami lewati. Wanita itu membungkuk memberi hormat begitu dalam.

"Kenapa? Kau tidak percaya?"

"Aku tidak tahu kalau kau punya tempat seperti ini di Ethanium."

"Karena saat terakhir kali kita bertemu memang tidak ada," sahut Norez. "Bangunan ini sudah kubeli sejak lama, namun bisnis ini baru kubuka dua tahun yang lalu."

"Kenapa kau memilih untuk membuka toko kue?" tanyaku.

"Hanya ingin memulai sesuatu yang berbeda, itu saja. Lagipula, seiring bertambahnya usia, nantinya aku tidak akan terus bisa melakukan perjalanan jauh lagi, berkeliling kota seperti yang biasa kulakukan untuk berdagang. Jadi membuka usaha seperti ini tidak ada salahnya."

Lorong yang kami lewati tidak terlalu panjang. Beberapa lukisan tergantung di sisi dinding, sementara di sisi yang lain terdapat jendela kecil yang mengarah ke luar. Kuikuti Norez sampai ia berbelok ke arah kanan ketika menjumpai lorong yang bercabang, lantas membuka pintu yang terletak paling ujung.

Ruangan kali ini berukuran sedang. Tidak terlalu besar, tetapi juga tak bisa dikatakan kecil. Berbeda dengan bagian depan toko dan seluruh lorong yang kulewati yang bercat putih, seluruh dinding ruangan ini berwarna merah bata. Lantai ruangan itu dilapisi karpet bulu yang tampak lembut. Terdapat dua rak besar yang penuh dengan buku-buku di salah satu sisi ruangan. Sementara di sisi yang lain, terdapat tempat duduk yang mengitari sebuah meja kayu. Sebuah nampan berisi teko beserta dua gelas kecil yang tertelungkup berada di atas meja.

"Inikah tempat menarik yang kau sebutkan?" tanyaku sembari membuka tudung. Berjalan ke tengah ruangan sambil melihat sekeliling. Terdapat sebuah tembikar mewah di salah satu sudut ruangan. "Tempat di mana kau bisa memamerkan kesuksesanmu?"

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang