Chapter 9 Ethanium

53 13 0
                                    

Setelah menuruni pegunungan, hari sudah mulai gelap. Aku dan Nethan memutuskan untuk bermalam sekaligus mengistirahatkan kuda-kuda kami di daerah kaki gunung. Kemudian pada hari selanjutnya, ketika cahaya matahari pagi mulai membasuh bumi, barulah kami melewati jalan setapak yang membelah hutan selama hampir satu jam sebelum akhirnya mendapati benteng besar yang menjulang tinggi berada tak jauh dari pemandanganku. Temboknya yang kokoh terlihat gelap dan menghitam akibat terpaan panas dan hujan selama ratusan tahun, namun tetap tak mengurangi kemegahannya.

Tembok kota Ethanium dijaga oleh beberapa penjaga berseragam lengkap yang berjaga di gerbang kota bertugas untuk memeriksa siapapun yang masuk. Baik pengelana, pedagang, bangsawan, maupun orang-orang yang memiliki urusan lain di kota besar Ethanium--tanpa terkecuali--harus membongkar semua barang bawaannya pada pos penjagaan untuk diperiksa.

Aku dan Nethan yang kini berjalan menuntun kuda kami dan berhenti di tempat penjagaan pun tak dikecualikan. Mereka langsung memerintahkan untuk melucuti semua barang bawaan dan memuntahkan semua isi tasku dengan satu gerakan kasar di atas meja pemeriksaan.

Aku mendengus kesal. Untung saja aku tak memiliki barang berharga yang mudah hancur di dalam sana. Jika tidak, aku pasti sudah melakukan protes kepada para penjaga yang kasar dan tak berhati-hati saat melaksanakan tugas mereka. Kulirik Nethan yang mengekor di belakangku, dia tampak ketakutan ketika salah seorang penjaga memerhatikan penampilannya dari atas sampai ke bawah--mungkin karena penampilannya yang mencolok--, tapi untungnya setelah itu kami diperbolehkan masuk.

Bagian dalam kota itu begitu luas. Jalan besar yang menjadi jalur utama kota dilewati oleh beberapa kereta kuda yang memuat barang-barang dagangan menuju pasar atau pun orang-orang yang hanya sekadar melintas. Jalan besar itu berpusat pada alun-alun kota yang kini dipenuhi para pekerja yang tampak sibuk berlalu lalang memenuhi sebagian area alun-alun kota yang luas. Mereka terlihat sedang membangun sebuah patung setengah jadi yang berukuran besar, berupa lambang kota besar Ethanium yang sekaligus adalah ibukota dari kerajaan Horthland bagian utara.

Aku sudah pernah mengunjungi Kota besar Ethanium beberapa kali bertahun-tahun yang lalu, tapi kota ini masih tak jauh berbeda dari ingatanku, kecuali untuk patung yang sedang dibangun itu. Kota Ethanium memiliki banyak bangunan-bangunan besar yang mengagumkan, namun hanya satu bangunan yang sangat menarik perhatian, apalagi untuk Nethan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Kota besar Ethanium.

"Apakah itu Kastel Horthland?" Nethan menunjuk pada istana besar bercat putih yang meski letaknya begitu jauh, namun masih dapat tertangkap oleh mata. Kastel tempat di mana keluarga kerajaan Horthland utara tinggal, sebuah kastel besar yang dikelilingi oleh danau buatan yang luas dan--tentu saja--mempunyai tingkat penjagaan yang sangat tinggi. Menurut cerita yang kudengar, danau buatan yang mengelilingi seluruh kastel itu dibuat sampai memakan waktu hampir seratus tahun lamanya.

"Benar. Itu kastel Horthland," jawabku. Nethan mengangguk-angguk dan masih tampak terkagum-kagum memandangi istana besar yang dari tempatku hanya terlihat menara-menara putih dari kastel yang menjulang tinggi. "Kastel Horthland paling indah terlihat ketika malam hari. Kau akan melihat lentera berwarna-warni yang dipasang sepanjang tepian danau menerangi sekeliling istananya."

Mata Nethan semakin berbinar, begitu antusias. Seakan ia menginginkan malam harus segera tiba agar ia bisa melihat keindahan yang kusebutkan, padahal hari masih pagi.

Aku berjalan menuntun kudaku ke arah pinggiran jalan dan berhenti di sana, tepat di samping sebuah kedai kecil berlantai dua. Sekaligus menepi memberi jalan pada kereta-kereta besar berisi barang dagangan yang melintas.

"Simpan dulu keinginanmu tentang kastel itu," tukasku begitu Nethan sudah ikut menepi di sebelahku. "Sekarang, apa rencanamu selanjutnya?"

"Mencari pekerjaan dan tempat tinggal, kurasa."

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang