𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡 𝐈𝐬...

148 20 3
                                    

Flashback On

"dia adalah laki-laki pertama yang kulihat begitu sampai disini," ujar victoria memulai ceritanya.
"he look at me with that eyes- that no one ever did before.. he- just don't care. aku tahu.." lirihnya
aku mengerinyit, "what do you mean?"
"you know- saat laki-laki terpesona jika melihat seorang gadis cantik.."
aku melongo kaget mendengarnya.
"no, maksudku, dia tak memandangku seperti itu. since i was kid, these people always look at me- like they never seen me before, like- i was so perfect,"

"but your man, malfoy, he seems like he don't care. like i was nothing. he- you know, different."
"of course, cause he have me as his girl." sahutku bangga.
victoria mendengus, "aku belum selesai, princess."
"sure, i'm listening"
"setelah aku masuk asrama slytherin, kau tahu- awalnya aku cukup kesal karena harusnya aku masuk gryffindor, denganmu. itu akan mempermudah tugasku kan? tapi rasa kesal itu hilang seketika ketika melihatnya,"

"duduk di depan perapian, sibuk dengan pikirannya yang sepertinya sedang kusut. aku dengan percaya diri menyapanya."
"and you know what he do?" tanyanya menyuruhku menebak.
"what?" jawabku balik bertanya padanya karena aku benar-benar tak bisa menebak.
"dia memanggil parkinson, dan menyuruhnya untuk mengusirku." ujarnya dengan wajah masam.

aku terkekeh seketika mendengarnya, "lalu?"
"tentu saja aku tak terima seorang parkinson memperlakukanku seperti itu. aku mendorongnya dan langsung masuk kedalam kamarku karna sangat sebal."
"kau ingat saat pertama kali kita bertemu? kelas transfigurasi?" tanyanya mengingatkanku.
aku mengangguk, "jadi, alasanmu ingin duduk denganku itu karena tugasmu?" tanyaku mengambil kesimpulan.
dia mengangguk, "lalu kau mengenalkan malfoy padaku, sebagai pacarmu. aku cukup kaget tentu saja, tak pernah terbayangkan di pikiranku kau akan berpacaran dengannya."

"sejak saat itu, aku melupakannya. bagiku, malfoy hanya laki-laki yang sempat menarik perhatianku sesaat."
aku menggelengkan kepalaku tak percaya, "what if i say that i don't believe you?" tanyaku curiga padanya.
victoria memutar matanya sebal, "you can read my mind, princess."
"stop call me princess here, kau ingin aku ketahuan?" sahutku sebal.
"fine, v." jawabnya pasrah.
aku menyeringai, "well, aku cukup suka dengan panggilan itu."
"omong-omong, sebenarnya ada satu hal yang menggangguku tentang hubunganmu dan malfoy."
"what?" tanyaku heran.

"apa kau pernah membaca pikirannya? melihat masa depan dan masa lalunya?" tanyanya berhati-hati.
"no, aku tak pernah dan mungkin tak akan melakukannya. bagiku itu privasi dan jika aku melakukannya, aku mengkhianatinya. kenapa kau bertanya?"
"so you don't know what i know..."jawabnya menyeringai.

hening.

"what the hell?!" umpatku reflek begitu tak sengaja membaca pikirannya.

"yeah, thats what i said when i knew it" sahutnya santai seperti sudah terbiasa.
"how?! how can he do that to me?!" aku sangat marah dan kecewa begitu mengetahui fakta jika draco hanya menganggapku sebagai gadis jalangnya di depan teman-teman slytherin-nya.
victoria menggidikkan bahunya, "entahlah, i know you don't deserve that. tak sepantasnya dia merendahkanmu seperti itu. by the way... -apa kau tak sedih?"
"tidak. well- maybe hatiku sedikit nyeri. but you know what? i want a revenge. aku ingin dia merasakan apa yang kurasakan." sahutku dengan emosi yang berapi-api.

victoria diam tak menanggapiku.
"v, kau mau membantuku?" tanyaku dengan suara parau.
dia terdiam cukup lama, "kurasa- bisa.." jawabnya ragu.
"awasi mereka, aku akan membuat rencana nanti. ah, jangan lupa kita berpura-pura tak akrab untuk saat ini
kudengar victoria menghela nafas berat, "but- is this right? i'm not sure.."
"you want to help me or not?" tanyaku tegas.
"okay.." lirihnya pasrah.

𝓟𝓾𝓻𝓮𝓫𝓵𝓸𝓸𝓭 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼  [Draco Malfoy × OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang