Jisoo mengerutkan dahinya, ia terus-menerus menatap botol minum yang semulanya ia isi penuh tiba-tiba tidak memiliki isi sama sekali.
Apakah bocor?
Ketika Jisoo masih bingung dengan apa yang terjadi, datanglah Taeyong dengan beberapa kantong plastik berwarna putih.
Taeyong menghampiri Jisoo dan berkata, "Ada apa?"
"Aku mengisi minuman, tapi tiba-tiba hilang," kata Jisoo, "padahal aku tidak lama memalingkan badanku."
"Mungkin sudah di minum," kata Taeyong.
Jisoo menggelengkan kepalanya dan berujar dengan tegas, "Tidak, Taeyong. Aku benar-benar mengingatnya."
"Buktinya tidak ada di sini, Jisoo," kata Taeyong.
"Kau benar, airnya tidak ada. Ya, tidak ada bukti," hela Jisoo pelan.
Jisoo menatap kesal gelasnya dan Taeyong menggelengkan kepalanya. Tak ada lagi topik pembicaraan, mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Jisoo," panggil Taeyong.
"Ya? Ada apa?" tanya Jisoo heran. "Aku masih penasaran, siapa yang mengambil airku."
Taeyong tersenyum, "Jika kejadian dulu terjadi lagi dan ternyata pilihannya adalah aku dan orang tuamu, siapa yang akan kau pilih?"
Jisoo menggerutkan dahinya bingung dan menatap Taeyong. "Kenapa begitu?"
"Entahlah, aku hanya iseng." Taeyong terkekeh.
Jisoo tersenyum dan menggelus rambut Taeyong, "Tentu saja aku akan menolong kalian bertiga."
"Bertiga?" tanya Taeyong. "Tidak berempat?"
"Berempat? Siapa lagi?" tanya Jisoo bingung.
"Dirimu," jawab Taeyong sambil tersenyum.
Jisoo tertawa, "Tentu saja aku lebih mementingkan diri kalian di bandingkan diriku, Taeyong."
Taeyong tersenyum. "Terima kasih."
Jisoo membalas senyuman Taeyong dan menatap kesal gelas yang ia pegang. Jujur saja, Jisoo masih penasaran kemana air yang ia tadi.
Taeyong mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik dan kembali memanggil Jisoo.
"Jisoo," panggil Taeyong lagi.
Jisoo mendongakkan kepalanya dan terdiam melihat Taeyong. Taeyong sedang memegang pistol di hadapannya dan menatapnya.
Seperti bukan Taeyong yang biasanya.
"Pistolnya bagus ya, Jisoo?" tanya Taeyong sambil menatap Jisoo.
Jisoo menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Iya, bagus."
Taeyong tersenyum, "Tapi, ada pistol lain yang bagus."
"Pistol apa?" tanya Jisoo.
"Ya, pistol ini." Taeyong merentangkan tangannya lurus ke arah Jisoo dan menatap Jisoo datar.
"Taeyong..." Jisoo melirih pelan.
"Mari beritahu aku yang sebenarnya," ujar Taeyong, "semua hal yang kau simpan."
Jisoo terdiam.
Taeyong tertawa, "Oh ayolah, aku tahu apa yang di katakan oleh Seomin terakhir kalinya."
Jisoo menghela napas dan menatap Seomin yang berada di belakang Taeyong. "Ketika kau matipun, kau tetap tidak berguna, Choi Seomin."
Seomin mendengus kesal, "Lihatlah, Taeyong. Seseorang yang kau bilang kau cintai itu justru yang paling jahat!"
"Diam kau, setan!" pekik Jisoo dan Taeyong bersamaan.
Seomin kembali mendengus dan menghilang begitu saja. Taeyong kembali menatap Jisoo, "Jadi, jelaskan kepadaku kenapa kau ingin membunuhku di hari dimana Seomin merencanakan pembunuhanku."
Jisoo memutar bola matanya dengan malas dan berujar, "Karena perusahaan orang tuaku selalu menjadi nomor dua."
"Jadi, dengan kau ingin melenyapkanku, kau berpikir orang tuamu bisa jadi nomor satu?" tanya Taeyong.
Jisoo menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Seperti yang kau dengar tadi, ya benar."
Taeyong menggelengkan kepalanya dan tertawa mendengar ucapan Jisoo. Ia menatap datar Jisoo. Tak ada lagi kata-kata yang ingin ia keluarkankan saat ini.
Jisoo hanya diam, karena ia tahu semuanya sudah terbongkar. Tak ada lagi yang ingin ia lakukan kecuali menjelaskan semuanya.
Taeyong menganggukkan kepalanya dan tersenyum, "Sebenarnya aku ingin memaafkanmu, tapi tetap tidak bisa."
Jisoo terkejut, "Kenapa?! Kenapa kau tidak memaafkanku saja?"
"Sebenarnya, kau tahu alasanku kenapa mengatakan itu," kata Taeyong, "apa aku perlu memberitahukannya lagi?"
Jisoo menganggukkan kepalanya, "Tentu saja!"
Taeyong tersenyum, ia berjalan menghampiri Jisoo dan mengelus rambut Jisoo pelan. Tak lupa juga ia mendekatkan wajahnya di dekat telinga Jisoo.
"Karena kau bukan Kim Jisoo," jawab Taeyong sambil tersenyum lebar dan menekan pelatuk pistol dengan cepat.
DOR
Dan tak butuh waktu lama, Jisoo tergeletak tak bernyawa. Roh Jisoo keluar dari tubuhnya dan menatap datar Taeyong.
"Bagaimana kau tahu aku bukan Kim Jisoo yang asli?" tanyanya bingung.
Taeyong tersenyum dan menjawab dengan santai, "Karena Kim Jisoo bukanlah manusia. Dan aku juga bukan manusia."
"Keluarga Kim Groups di temukan tergeletak tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan!"
"Tetap menjadi pemegang rekor utama, Lee's Group panutan semua orang!"
T A M A T
Pekanbaru, 27 Februari 2021
Di persilahkan memberikan komentar protes di bawah🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA AND STEWARDESS ❝✔❞ ; TAESOO
Short StoryKarena pertolongan itu, akhirnya mempertemukan Taeyong dan Jisoo. 7 Januari 2021 - 27 Februari 2021 #62 in taesoo #25 in jisyong #1 in jisyong