PART 11

564 54 0
                                    

- 𝐋𝐮𝐤𝐚 𝐁𝐚𝐫𝐮 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐚𝐫𝐤 -

Mark selalu berpikir bahwa ia bisa merasakan yang namanya kebahagiaan. Tetapi tuhan sepertinya tak mau memberikannya. Apakah ini karena Mark adalah anak hasil hubungan gelap?

Sebuah goresan tajam mengenai hati Mark ketika mengetahui Ibunya dilaporkan ke polisi oleh orang Ayah Jeno.

Rasa dendamnya semakin meningkat, rasa iri dan benci menyelimuti hatinya. Ia ingin membalaskan semuanya kepada Jeno.

- 𝐋𝐮𝐤𝐚 𝐁𝐚𝐫𝐮 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐚𝐫𝐤 -

Jeno dengan Jaemin mendatangi rumah keluarga Cornellissen. Jeno mengajak Jaemin untuk bertemu Richard untuk sekedar menjalin ikatan yang erat. Walaupun keduanya sudah saling mengenal.

"Rumah kamu besar Nat. Aku iri, pengen tinggal di rumah besar juga," ujar Jaemin.

Jeno menoleh ke Jaemin lalu berkata, "Kalau kamu mau tinggal di sini gak masalah, kita bisa bilang ke Daddy aku. Nanti aku kasih kamar yang nyaman buat kamu."

Jaemin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Gak mungkinlah di izinkan sama Daddy kamu," sahutnya.

"Belom dicoba mana tau?"

Sampailah mereka di ruangan Richard yang penuh dengan susunan dokumen dan buku-buku bacaan. Di sana, Richard sedang menikmati teh hangatnya sambil sesekali memeriksa dokumen yang sedang ia kerjakan.

"Hello Dad! Kami datang," sapa Jeno pada Richard.

Richard menghentikan kegiatannya kemudian merapihkan pakaiannya. "Welcome to my House, Naresa. Apa kau suka?" tanya Richard.

Jaemin mengangguk. "Saya suka Tuan. Rumah ini besar dan megah. Aku bisa berlarian dari sudut ke sudut yang lain."

"Syukurlah. Jadi ada yang mau kalian bicarakan?"

"Aku hanya mengajak Naresa untuk berkunjung saja. Kali saja kalian berdua mau berbicara satu sama lain, mungkin?"

"Ajaklah dia mengitari rumah Nathan. Bawakan juga ia minuman yang menyegarkan."

Jeno menoleh ke Jaemin. "Mau ikut?" tanya Jeno.

Jaemin mengangguk. "Mau!"

Keduanya pergi meninggalkan Richard yang kembali pada kesibukan nya.

- 𝐋𝐮𝐤𝐚 𝐁𝐚𝐫𝐮 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐚𝐫𝐤 -

Sampailah mereka di belakang rumah. Terdapat taman kecil di tempat itu. Ada juga ikan yang berenang di dalam sebuah kolam.

"Toben!" panggil Jeno.

"Siapa Toben?" tanya Jaemin.

"Anjing, Daddy ku."

GUK! GUK! GUK!

Seekor anjing berlari dengan kecepatan penuh sambil beberapa kali melompat-lompat.

Anjing berwarna coklat dengan sifat aktifnya bernama Toben.

"Lucu!" seru Jaemin. Toben menoleh kesah Jaemin lalu mengeluarkan suara.

GUK! GUK!

Jaemin mengelus kepala anjing itu. "Apa dia sudah makan?" tanya Jaemin.

"Mungkin belum, bagaimana kalau kita memberikannya makan?"

"Boleh!"

"Ya sudah ayo ikut aku!"

Keduanya pergi menuju sebuah rumah kecil di bawah pohon. Di sana lah Toben tinggal.

- 𝐋𝐮𝐤𝐚 𝐁𝐚𝐫𝐮 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐚𝐫𝐤 -

Mark terus mencari obat yang pernah ia simpan dahulu. Sambil sesekali mengumpat.

"Mark kamu ngapain?" tanya Haechan.

Mark tak menjawab ia terus mencari obat itu namun hasilnya tetap sama.

"Bisa aku bantu, Mark?"

"Kau diam saja, Chandra."

Haechan diam menundukkan langkah kakinya lalu meninggalkan Mark dengan aktivitasnya.

"Sial! Kenapa belum ketemu juga?" ujar Mark.

Mark keluar dari kamar menemui Haechan. "Chan, kau melihat obat yang ku beli semalam? tanya Mark.

Haechan mengehela nafasnya."Bukankah kau menaruh nya di tempat obat, seperti saat kamu menaruh obat ku Mark?"

Mark tak lagi membalas ucapan Haechan. Dirinya segera pergi menuju tempat obat. Ia tersenyum ketika mendapatkan obat itu.

"Kau mau apakan dengan obat itu, Mark?" tanya Haechan.

"Obat ini?" Mark menunjukan obat itu. Haechan mengangguk.

"Ini akan ku berikan pada Nathan..."

"Maksud mu?"

"Dia membuat Ibu ku masuk ke penjara. Maka dari itu aku akan membalas dendam atas perbuatannya."

"Bukankah itu tidak baik, Mark. Jangan lakukan itu Mark." Haechan mencoba untuk merebut obat itu namun ditepis oleh Mark.

"Arkh!"

"Jangan mengganggu aku, Chandra."

"Tapi Ma—"

Mark mencium bibir Haechan sambil memeluknya erat. "Aku harus menghabisi, Nathan. Lebih baik kau diam atau kau yang akan meminum obat ini..."

Suara berat Mark memasuki pendengaran Haechan membuat si empu terdiam.

"Be-berdamailah, Mark."

Mark kembali menatap tajam Haechan. "Berdamai?" Mark tertawa, "berdamai dengan orang yang telah membuat hidup ku sengsara? Membuat ku menjadi anak yang dibenci Ibu ku sendiri?"

"Aku tak tahu apa yang menimpa Ibu mu, Tapi, Mark jika kau ingin keluar dari kesengsaraan itu. Jangan pernah membuka luka lama dan membuat luka baru untuk mu, Mark."

"Cih!"

Haechan mengeluh pipi Mark. "Believe, me my boys." selanjutnya Haechan mencium Mark dengan panas. Ia membawa Mark menuju kamar untuk melakukan aktivitas panas mereka.

'Aku berharap ini segera berakhir, Mark.'

- TBC -

Hi! Aku baru aja update, maaf ya updatenya jam segini. Soalnya aku adanya paket malam doang. Huhuhu... Jangan lupa untuk vote dan comment cerita ku. Makasih buat yang udah vote! Sehat selalu buat kalian!

Ganda Putra || Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang