•• WARNING! •• Mengandung konten kapal yang menolak karam.🍁
Katanya, setiap orang punya banyak alasan untuk bertahan dan berubah. Jadi, kita ada di fase apa?
______
Sudah hampir 20 menit Mobil BMW 320i berwarna putih milik Aran terhenti didepan rumah dengan desain kontemporer tropical. Tak banyak bersuara, dua pasang anak manusia ini saling terdiam enggan untuk kembali berbicara setelah perdebatan kecil selama perjalanan menjadi dominan pertemuan mereka malam ini.
Tak ada yang memulai, atau lebih tepatnya enggan. Masih saling mengatur perasaannya, ego juga emosi yang sempat memuncak. Lagu putus atau terus milik Judika dari radio terputar menengahi keduanya, seolah ikut menyadarkan kedua pasang manusia yang terkungkung ego. Perdebatan kecil yang menunjukkan sisi keras mereka —sebenarnya itu hanya karena masalah sepele, hanya saja mereka tengah dalam frasa yang tak baik. Sepertinya cukup wajar mengatakan percuma mau saling berbicara lagi, langkah terbaik memanglah diam daripada satu kata tidak enak terdengar menyapa pendengaran.
Ah—saling keras pun rasanya percuma, karena pada dasarnya terlihat mereka atau salah satu mereka sudah amat lelah malam ini. Mereka, dua pasang manusia ini masih mampu saling berbalas hembusan nafas yang terasa berat juga kasar. "Sorry."
Fiony menghela nafasnya dalam sekali lagi, membuang pandangannya keluar jendela yang sedikit dibasahi oleh gerimis diluar. "Kayaknya, kita cuma lagi sama-sama capek aja, dan juga kayaknya malam ini keputusan keluar bareng bukan sebuah jawaban dari rindu yang kita bilang malam kemarin, ya kan?"
"Mungkin iya."
Fiony mengangguk, "Kalau enggak ada yang di bicarain lagi aku mau masuk, aku capek banget Ran, kamu langsung pulang yah udah malem." Tutur Fiony mengalihkan perhatian Aran, ia menoleh dan memperhatikan bagaimana gadisnya bersiap untuk turun dari mobilnya.
"Fiony." Tangannya berhasil menggenggam lengan Fiony bersamaan dengan tangan gadisnya yang menyentuh pintu mobil, Aran menahan agar gadis cantiknya tak keluar lebih cepat dari mobilnya, "Udah malam, aku beneran capek banget Ran, besok kita obrolin lagi, yah." Ucapnya lirih, lembut tapi terdengar begitu tegas juga menusuk, tak lupa seraya menekankan kata capek dibelakang agar Aran sedikit paham maksudnya. Ya—Aran tau, bukan lelah yang dimaksud Fiony, tapi dia tau arti lain dari kata lelah milik Fiony, bahwa ; gadisnya ini sudah tak lagi nyaman ada di dalam mobilnya untuk beberapa waktu lagi.
Aran tau itu.
Aran menatap lekat mata indah milik Fiony, berharap masih ada sedikit perasaan yang sama dengannya, berharap tatapan teduh dan menenangkan yang pertama kali Aran lihat masih ada dan sama sampai sekarang, atau setidaknya ada balasan tatapan yang sama dalamnya dari Fiony untuknya. "Ran."
Aran tersenyum tipis ketika tau bahwa Fiony tidak lagi nyaman ditatap sedalam itu olehnya, Fiony memilih memalingkan tatapannya itu ketimbang membalasnya seperti biasa, "Happy 3rd anniversary sayang."
Fiony terdiam kelu, dadanya bergemuruh kala telinganya disapa kalimat yang hangat namun terasa sesak dan tercekat, dan lagi-lagi Aran masih mampu tersenyum tipis ketika melihat ekspresi Fiony yang seketika berubah, Aran cukup sadar.
Aran sangat yakin gadisnya melupakan hari ini, hari dimana cukup berarti untuk mereka— ya seharusnya begitu karena hari ini adalah anniversary untuk keduanya. Aran tak banyak berharap Fiony akan mengingatnya dengan baik, tentang hari dimana keduanya memulai dan sama sepakat untuk menjalani hubungan dengan sebuah kata yang mengikat keduanya beberapa tahun belakangan.