🍁
Halaman baru, kisah baru ; pada akhirnya kembali berjalan dengan orang yang sama.
_______
3 tahun kemudian.
|
"Satu, dua, ti—tiga!"
Suara teriakan heboh dari para undangan menggema saling menyapa telinga dengan penuh bahagia yang tidak mampu disembunyikan. Ah, ya—barangkali ini menjadi momen paling ditunggu banyakan orang yang mempunyai hubungan, ada hingga dititik seperti sekarang ; mengakhiri satu halaman dengan sebuah ending yang menyenangkan. Berdiri saling menggenggam, saling berjanji dihadapan Tuhan untuk mengisi ruang-ruang yang sekiranya perlu diisi, menyempurnakan berbagai yang sempat rumpang, juga menyalurkan cinta kasih yang mereka punya.
Bunga yang dilemparkan hanyalah sebuah simbolisme semata, ya—pada kenyataannya jodoh sudah diskenariokan oleh Tuhan. Tapi, malam ini rasa-rasanya omong kosong yang beberapa kali sempat dilontarkan menjadi sebuah cacian berbagai kalangan terwujud, yaitu ; pernikahan. Hal yang sempat menjadi ketidakmungkinan bagi beberapa orang, kini, hari ini terjadi. Fiony Aran—ah pasangan dengan problem yang begitu rumit kisah dan alurnya, yang mungkin sulit sekali dimengerti kebanyakan orang, pada akhirnya menyelesaikan endingnya dengan bahagia. Aran membuktikan bahwa mencintai seseorang dengan menerima dan memaafkan mampu membuatnya semakin mengerti bahwa ; cinta sejati itu benar adanya, semuanya berproses, dan pembuktian sebagai jawaban. Atau Fiony, sosok yang diterima dan dimaafkan, dicintai dengan begitu hebatnya, kali ini ia akan mengatakannya dengan lantang bahwa begitu beruntung dan sempurnanya dia memiliki dan dimiliki oleh Aran.
Rumah tetaplah rumah, tokoh utama tetap menjadi tokoh utama. Fiony, barangkali menjadi tokoh favorit Aran untuk segala ceritanya, kali ini ataupun cerita berikutnya. Hingga malam ini mengakhiri satu tema dengan kesempurnaan, yaitu ; pernikahan. Sesuatu yang banyak diimpikan banyak orang. Membahagiakan dan dibahagiakan, mencintai dan dicintai, mengasihi dan dikashi, menerima dan diterima, pada bab ini—barangkali menjadi lebih rumit, tapi Aran sangat mempercayai satu hal, jika bersama Fiony Alveria Natio, gadis yang diperjuangkannya selama hampir 8 tahun itu semuanya akan terasa baik-baik saja, pun dengan yang dirasakan Fiony terhadap Aran.
"Fio."
"Hem?"
"Thankyou." Fiony tersenyum manis, mengeratkan genggamannya terhadap Aran. Entah, seharusnya siapa yang berterimakasih? Fiony yang mendapatkan Aran dengan segala perjuangannya dalam bertahan, atau Aran yang pada akhirnya bersama dengan kebahagiaannya sendiri, mengabulkan apa yang ingin ia kabulkan. Entahlah, semuanya memang terasa begitu tak masuk akal, tapi—keduanya bersumpah bahwa ; tak pernah ada cerita yang sempurna di kisah manapun, segala baik buruk menjadi kekurangan yang dilebihkan. Mereka—Fiony dan Aran—barangkali tidak pernah mengatakan mereka sempurna, tapi mereka akan mengatakan jika mereka ada untuk menyempurnakan. "I love you Aran Norven Chaesar, thank you for stay whit me here and still loving me." Ungkapnya, Fiony mengecup bibir Aran beberapa detik seraya memejamkan matanya, ia tersenyum dengan sempurna disela ciumannya sebelum ia benar-benar melepaskannya.
Fiony menghela nafasnya, ia menatap Aran dengan dalam kemudian kembali tersenyum dengan lebar. "Aku enggak pernah membayangkan ini bakal terjadi diantara kita. Kamu mewujudkan impianku sekali lagi, thank you. Terimakasih karena tetep sama aku, bahkan—yah bahkan dengan aku melukai kamu sekalipun, maaf yah, dan terima kasih. Aku bisa ngerasain sehebat ini dicintai kamu, sampai titik ini kamu buktiin sebasar dan setulus apa kamu sama aku, maaf aku udah sempet buta soal ini. Ran, i love you—love you more and you know that." Tutur Fiony dengan lirihnya.