🍁Lembaran baru ; pada halaman yang tak pernah terduga, pada akhirnya kisah ini tentang bagaimana aku dan kamu menjalani hari tanpa kita.
_____________
Katanya manusia itu selalu punya jeda-jeda waktu untuk beranjak dari patah lalu kembali tumbuh. Ada ruang yang diperpanjang untuk kembali dijelajahi dengan atau tidaknya seseorang dalam pijakan. Mau bagaimanapun yang mati harus terganti dengan lahirnya kembali kan? Pun dengan keputusannya, setelah usai menjadi pemisah semuanya harus kembali berjalan dengan baik, biarlah sakitnya sembuh secara perlahan, kini saatnya merangkai kembali kata-kata pada setiap langkahnya yang sempat terasa abu-abu. Mengganti bab yang mengutarakan banyak celotehan mengenai suka duka cinta dengan kehidupan yang baru tanpa melibatkan perannya lagi. Karena pada akhirnya dua insan yang dipertemukan dengan berbagai macam tema dalam ceritanya memang harus kembali seperti semula. Seperti beberapa tahun belakang sebelum memutuskan bersama, yaitu ; tak ada kita pada sebuah lembaran-lembaran waktu.
Tidak ada yang spesial, semuanya mau tak mau harus tetap bejalan seperti semestinya.
Aran, barangkali sudah mulai melupakan dan membiasakan harinya tanpa Fiony, satu bulan berlangsung memang rasanya masih terbayang, semuanya terasa begitu berat entah kenapa, tapi katanya wajar karena prosesnya adalah sakit, dan sama seperti apa yang Aran katakan tempo lalu bahwa dia ingin menikmati sakitnya yang dengan perlahan sembuh dan kembali tumbuh menjadi baru. Memang sulit Aran akui, tetapi kini dia mulai terbiasa, tiga bulan berlalu sudah tanpa adanya sebuah ikatan dua orang. Tak ada lagi lembaran yang harus dicoreti tentang dua nama, semuanya berkisah tentang dirinya sendiri. Biarlah, katanya—tak harus dia, dalam hidup berpetualang mencari cinta itu hal yang menyenangkan. Mungkin saat ini Aran membiarkan semuanya berjalan semestinya, dia dengan kehidupannya dan Fiony dengan Zee—yang kini dengan gamblang diperkenalkan sebagai kekasihnya.
Jodoh tak pernah tertukar, mau bagaimanapun Aran mengejar jika Tuhan bilang bukan dia orangnya, perannya hanya sebagai persinggahan semata. Meskipun dalam lubuh hati begitu mendambakan.
Dan biarlah, Aran merangkai ulang kisahnya dengan—
"Hai, sorry lama macet banget tadi sumpah, mana panas lagi."
Kepala yang sedari sibuk menatap gawainya terangkat bersamaan dengan senyum yang merekah lebar. Ponselnya ia letakan begitu saja, atensinya sudah teralihkan pada gadis yang sibuk menyibakkan rambut panjang, atau mengelap sedikit peluh dibalik kacamatanya, tak ada alasan Aran untuk tidak terkekeh melihatnya. "Hai, santai aja, gue pesenin minuman yang seger buat lo, citrus squash." Dey—gadis dengan stylean swagnya itu mengembangkan senyumnya,minuman yang menggoda bersamaan dengan senyum lelaki dihadapannya yang begitu tulus menyapa menguapkan rasa panas karena cuaca juga emosi-emosi yang sempat menguasai ketika di perjalanan menuju cafe shop ini. Dey tersenyum manis, meraih gelas berembun menambah kesan menggoda penikmatnya. "Huh, seger banget gila. Thanks yah. "
"Sama-sama cantik."
"Idih buaya."
Tawa lepas mengisi ruang kosong diantara keduanya, obrolan mengalir dengan begitu saja. Entah bisa dikatakan sudah move on atau masih ingin berkelana dalam perkenalan, tapi kembali Aran katakan bahwa ini lah sebuah proses. Bersama Dhe Angelia, gadis penyuka mamalia Aran mulai mengemasi serpihan luka.
Dan ya begitulah tentang Aran, beberapa waktu belakang sesekali kosongnya terisi oleh gadis dihadapannya yang ia kenal sebagai choreographer di Academy.do1.dance, sekolah dance milik sang ayah. Aran akui ini cukup menyenangkan, Dey—gadis asli betawi yang doyan makan itu cukup asik, mungkin—Aran suka.
Atau soal kisah—Fiony.
Gadis dengan tahi lalat dibawah matanya pun sudah mulai terbiasa dengan status yang sama bersama seseorang yang baru. Meski, tekadang bayang-bayang tentang Aran—mantan kekasihnya masih singgah. Tapi bagaimanapun cerita sudah berbeda, buku tentang Aran dan Fiony sudah lama selesai, entah beneran selesai atau sementara.
Ada banyak kebahagian yang menghampiri, sudah lama mengubur rasa perih dan salah dengan kisah yang baru. Yang, pada bagian ini, setiap halaman berisi dia dan Zee, yang sedikit-sedikitnya ada perandaian kecil mengenai bahagia. Tak mudah jatuh cinta, tapi tak ada alasan untuk tak jatuh cinta. Arzee Saga Ganendra, dengan kepiawaiannya membuat Fiony nyaman membuat prolog antara dia dan Zee terasa lebih menyenangkan. Hari demi hari diisi tentang tawa dan bahagia, meski sesekali keributan soal simple-nya masalah menyapa. Itu wajar dalam hubungan bukan?
Fiony Zee—barangkali sudah menemukan waktu untuk mengatakan dengan gamblang soal mereka yang sekarang. Meskipun sesekali kata tak suka berdatangan. Tapi bagu Fiony maupun Zee, hidup adalah pemula, menuruti apa yang diinginkan banyak orang bukan pilihan yang tepat, karena pada dasarnya manusia hidup atas dirinya sendiri. Kini kisahnya adalah mengenai Fiony dan Zee, bukan Fiony Aran lagi, mau bagaimanapun publik mendesak tak ada pengulangan kisah terebut—pengecualian ; jika Tuhan menghendaki semuanya kembali dengan orang yang sama di waktu yang berbeda nanti-nya. Jelas, jika itu terjadi baik Fiony maupun Zee tak akan pernah mengelak, takdir adalah nyata.
Kini tugas mereka adalah merangkai kebahagiaan yang tak terkira selagi diberi kesempatan, mengisi ruang-ruangnya dengan sebuah kebersamaan disela kesibukan. Sama seperti sekarang—"Kayaknya yang ini lebih bagus deh babe." Tutur Fiony meraih hoodie berwarna beige juga hitam yang terlihat lebih simple. Zee menarik tungkainya mendekati Fiony. Zee mengangguk setelah memperhatikan dua hoodie pilihan gadisnya. "Yaudah yang ini aja deh." Fiony tersenyum, ia mengusap lembut rahang Zee sebelum kembali beranjak untuk memilih pakaian apa lagi yang cocok untuk Zee.
Zee tersenyum, memilih menyusul langkah gadisnya, tangan yang sedari kosong mengambil alih hoodie dari genggaman Fiony, berjalan seraya merangkul bahu gadisnya yang lebih pendek. "Kaos aja babe, aku kemeja udah beli 3 kemarin."
"Oke." Zee membawa Fiony lebih intim dalam dekapannya, sesekali telapak tangannya bekerja mengusap kepala Fiony dengan lembut dalam langkah dan obrolan ringannya.
Begitulah, bab baru yang dimulainya. Membuang segala kenangan bersama masa lalu yang usai karena sebuah kesalahan.
Pada akhirnya, baik Fiony maupun Aran untuk saat ini memiliki ceritanya masing-masing, sudah tak lagi ada tentang mereka sebagai sepasang, sekarang hanya seperti asing, karena pada bab yang tak terduga pada akhirnya berkisah tentang sendiri-sendiri tanpa kita.
•
TBC
Menurut kalian, setiap manusia punya berapa kesempatan? Semoga suka yah maaf baru update dan terkesan enggak jelas, aku bingung banget mau nulis kaya gimana, ada banyak yg terjadi seminggu belakangan sama saya, jadi kosong banget rasanya, but terimakasih yang udah mampir atau kalian yang nungguin. Ga bosen buat bilang have fun aja yah sama ceritanya, jangan dibawa serius oke, hehehe 😁
Next
🏃