🍁Menjaganya dengan baik, kembali terlihat dengan luka yang memilukan ; cantiknya aku terluka.
_______
Julie : Fiony lagi di tanganin, mungkin bakal di pindah ke ICU, kecelakaannya cukup parah.Sederet kalimat yang kali ini sangat dirinya benci. Pada bagian yang kembali tak terduga, dia tak pernah ingin menaruh atensinya pada Fiony yang terluka. Dan kali ini Tuhan memberikannya lagi kesempatan pertemuan yang membuatnya merasa gagal. Aran pernah bersumpah, bahwa ; bagaimana pun ceritanya, pada bagian manapun posisi nya, Fiony akan tetap menjadi yang terpenting dalam hidupnya—dan ya, sumpah itu masih Aran penggang hingga detik ini. Jika mengatakan untuk apa Aran repot melibatkan dirinya pada bagaian-bagian yang sudah bukan lagi ranahnya, dan tak ada lagi haknya? Memang benar, dia seharusnya tak perlu repot menempatkan diri seolah dia yang paling dibutuhkan, tetapi peduli apa? Aran jelas membenci Fiony yang tak baik-baik saja, sampai kapan pun itu.
Aran—barangkali selama ini menjaganya dengan baik, tentang bagaiman Fiony melukai, itu tak pernah membuat posisinya terganti, bahkan hingga detik ini tak perlu dibohongi lagi, bahwa Aran masib menempatkan Fiony pada tahtanya yang paling tinggi.
Jika boleh, jujur Aran ingin sekali memaki semesta tentang ; mengapa skenario nya terlalu menyiksa untuk Fiony? Aran ingin sekali mengatakannya dengan lantang jika ini rasanya tak begitu adil untuk Fiony. Atau dia mengutuk dirinya sendiri karena merasa gagal—meskipun banyak yang mengatakan jika perannya tak lagi utama.
Aran ikut hancur dan terluka atas kecelakaan yang satu jam lalu menyapa telinganya, ada rasa ketidakrelaan mengenai fakta kecelakaan yang malam ini Fiony alami, seolah ada cengkraman yang membuat dadanya terasa sesak. Ya, malam ini kembali Aran dapatkan luka atas nama Fiony.
Ada dorongan besar yang membuat tungkainya sampai pada lantai rumah sakit yang terasa begitu dingin, untuk kesekian kalinya dia mengkhawatirkannya. Berita tentang kecelakaan gadisnya—ralat—mantan gadisnya seakan menghantam jiwa raganya dengan keras, berkali-kali menempatkan diri sebagai yang selalu gagal atas Fiony benar-benar menyesakkan hati. Ada ketakutan-ketakutan yang jelas sekali diperlihatkan lewat kerutan-kerutan wajahnya dan juga nafasnya yang terasa tak begitu beraturan menandakan jika Aran tak tenang. Dia khawatir, dia takut sesuatu buruk kembali menyapa gendang telinganya untuk keselian kalinya. Dengan langkah yang tergesa, bersamaan dengan rapalan-rapalan doa meminta Tuhan tentang Fiony, Aran menyusuri lorong yang sunyi dan dingin yang menambahkan kesan yang mengerikan pada dirinya, satu perasaan yang Aran benci.
ICU—mendengar itu saja ada banyak ketakutan yang ingin sekali Aran lenyapkan, Fiony ada didalam ruangan yang menurutnya paling menyeramkan dibandingkan ruang-ruang di rumah sakit lainnya, ada banyak kemungkinan juga harapan di sana. Pertemuan juga perpisahan tidak terduga bukan hitungan jari semata selalu terjadi didalam sana, jadi—bolehkan jika dirinya menjadi seseorang yang memiliki ketakutan besar malam ini atas Fiony? Ya—meskipun bukan hanya dia yang menjadi perannya malam ini, ada banyak kepala yang memiliki perasaan yang sama dengannya. Aran mau menjamin satu hak, bahwa ; seumur hidupnya, ia tak pernah setakut, dan secemas ini mendengar sebuah kenyataan pahit.
"ICU."
"ICU."
"ICU."
"ICU."
Langkahnya memelan, pandangannya langsung tertuju pada mereka—dua orang yang dengan pejaman mata juga tundukan kepala, entah meminta yang terbaik, atau tengah pasrah dengan keputusan yang akan Tuhan berikan atas Fiony? Aran menggeleng pelan, ia tentu berusaha keras membuang banyak hal yang semakin membuatnya takut, pikiran-pikiran sampah yang tirak pernah ingin Aran munculkan, ia hanya ingin jika semuanya berjalan dengan apa yang tengah diharapkan, yaitu ; Fiony semoga baik-baik saja. Sedikit kakinya Aran bawa untuk berlari menghampiri dua orang tersebut, "Rey!"