🍁Dia itu sederhana, cantiknya yang luar biasa sempurna.
_______
"Drun katanya—ah, sorry kirain Vito disini." Gadis yang tengah duduk dengan santai pada sofa yang ada di studio musik kekasihnya itu tersenyum dengan manisnya, "Vito lagi mandi, bentar lagi paling tunggu aja disini." Aran—lelaki yang dengan sembarang masuk ke dalam studio musik milik sahabatnya itu pun mengangguk paham.
Pada akhirnya Aran pun memilih menuruti ucapan gadis itu untuk menunggu Vito disini, Aran menarik tungkainya untuk mendekat pada dia, Yessica Tamara, seseorang yang diperkenalkan padanya tempo hari sebagai pacar Vito, entah bagaimana ceritanya, yang Aran tahu Yessica Tamara gadis yang namanya kerap wira-wiri sebagai model kelas atas, nama yang kerap kali diagungkan karena kecantikannya bak bidadari, katanya.
Mereka, Aran dan Chika duduk berhadapan tanpa banyak bicara. Jelas, kecanggungan masih terasa menyekat keduanya, toh tidak ada kesan spesial dalam pertemuan yang hari ini genap dua kali bagi mereka, wajar bukan?
Tak ada yang menarik, baik Aran maupun Chika sama-sama tenggelam pada layar ponselnya. Hingga satu hal membuat Aran tertarik untuk memandangi wajah Chika, gadis yang pagi ini terlihat sangat fresh dengan rambutnya yang dibiarkan tercepol dan terkesan berantakan, ditambah senyumannya yang tertarik keatas menular dengan mudah padanya, entah apa yang membuat gadis dihadapannya ini tersenyum perlahan berubah menjadi sebuah kekehan renyah. "Cantik." Gumamnya lirih. Ah, sekarang Aran percaya jika Yessica Tamara pantas diagungkan dengan predikat cantiknya yang sempurna.
Aran yakin jika Vito, sahabatnya mempunyai keberuntungan yang memihaknya lebih banyak hingga mampu mendapatkan sosok Chika.
Sadar akan satu pandangan yang mengarah padanya, Chika pun mengangkat kepalanya menatap Aran yang kini juga menatap dirinya. "Kenapa?"
"Eh—apa? Ah, e-enggak."
Chika mengernyitkan dahinya hingga detik berikutnya terkekeh pelan mendapati wajah Aran yang nampak panik karena terpergok tengah memperhatikannya, "Santai aja kali kaya abis ngapain aja panik gitu, haha, by the way, kalian mau ke showroom Ollan yah?" Aran menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan mengangguk pelan, "Rencananya, abis itu mau ke rumah Mira."
"Oh, gitu."
Aran mengangguk, hingga obrolan mereka berlanjut dengan sendirinya. Sesekali Chika tertawa dengan celotehan Aran yang memang sangat humble dengan siapapun, atau jokes-jokes kecil yang membuat tawa renyah Chika tercipta, keduanya nampak cocok dalam obrolan yang terkesan ngalor-ngidul tapi nyambung saja diantara Chika maupun Aran. Tanpa sadar Aran pun tersenyum ketika melihat tawa gadis dihadapannya ini, begitu menawan dengan gummy smile-nya yang mempesona.
Aran menggeleng pelan, membuang segala yang ada diotaknya, mengingatkan pada dirinya sendiri bahwasannya gadis yang ada dihadapannya ini adalah milik Vito— sahabatnya, dan balik lagi dengan dirinya yang memiliki ikatan penuh dengan Fiony, kekasihnya.
Tapi, dia tak bohong jika Chika mempunyai sifat yang asik. "Lo cantik kalau lagi ketawa." Tuturnya dengan begitu saja, Chika menghentikan tawanya, kemudian perlahan mengubahnya dengan senyum terbaiknya, "Thank you banyak yang bilang begitu btw, eum— jangan terlalu mengagumi yah, tau kan alasannya apa?"
"Ah, gue cuma—"
"Itu Vito udah selesai mandinya." Ucap Chika mengalihkan membuat Aran lantas memutar tubuhnya, benar saja Vito berjalan mendekat dengan style rumahan yang sangat santai, "Oy Ran, udah dateng ternyata. Mau liat sekarang?" Aran mengangguk, dia melirik kilas Chika yang kini melempar senyuman manisnya, tanpa membalas Aran melangkah mendekati Vito yang sudah duduk dihadapan iPad nya. Tentang ucapannya barusan, entahlah tapi Aran merasa itu sebuah peringatan dari Chika untuknya. "Bagus hasil modif nya, warnanya juga lebih bagus dari pas kita beli."